PERJALANAN PANJANG MENUJU PEMBELAJARAN TATAP MUKA

Sekolah yang normal dengan kegiatan pembelajaran tatap muka sudah lebih dari setahun di diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Berdasarkan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) oleh Mendikbud pada pertengahan Maret 2020. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang  bersifat sementara dalam menyikapi musibah pandemi COVID-19 yang melanda tanah air, termasuk di Tanah Laut.

Seluruh satuan pendidikan di Kabupaten Tanah Laut juga menerapkan BDR dengan pola PJJ, baik secara luring (luar jaringan) atau offline, daring (dalam jaringan) online, maupun kombinasi keduanya. Terjadinya perubahan sistem pembelajaran yang mendadak ini membuat guru harus melakukan upaya pembenahan dan perubahan mendasar dan siginifikan dalam pola pembelajaran. Selama puluhan tahun menggunakan pola tatap muka, namun secara tiba-tiba harus berubah dan berganti dengan pola pembelajaran yang nyaris tidak pernah dilakukan sebelumnya. 

     Ternyata,  hingga menjelang dimulainya masuk tahun pelajaran 2021/2022 kondisi pandemi COVID-19 tidak menunjukkan perubahan ke arah menurun, bahkan terus menanjak dengan berbagai varian baru CPVID-19, seperti varian delta. Sesuai dengan SKB 4 Menteri, bahwa pada tahun pelajaran 2021/2022 tersebut sekolah didorong untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dengan syarat semua guru dan tenaga kependidikan (GTK) sudah menerima vaksin. 

      Kenyataan tersebut  membuat kepala sekolah dan guru serba sulit posisi mereka, karena jika memenuhi desakan orang tua siswa akan bertentangan ketentuan dan aturan yang ada. Sementara jika menolaknya, maka proses pendidikan mencerdaskan anak bangsa akan banyak mengalami kendala. Sebab, pada saat pembelajaran tatap muka saja, kendala mencerdaskan anak bangsa sudah banyak kendalanya, terlebih lagi tanpa pembelajaran tatap muka.

      Dampak kurang baik bagi satuan pendidikan tanpa melaksanakan tatap muka  relatif banyak, baik segi prestasi akademik maupun pembangunan karakter, akhlak, dan budi pekerti. Pembelajaran siswa di rumah dengan bimbingan orang tua tidak semaksimal ketika pembelajaran tatap muka di sekolah, karena orang tua siswa tidak semuanya mampu memberikan penjelasan semua mata pelajaran, terlebih bagi siswa SD kelas rendah (kelas 1,2,dan 3).

      Beberapa kepala sekolah melaporkan ada beberapa siswanya yang berhenti atau putus sekolah. Lebih parahnya lagi, ada siswa SMP yang berhenti karena harus menikah muda, khususnya siswa perempuan. Jika, pembelajaran tatap muka tidak dilaksanakan, kemungkinan besar akan makin banyak siswa yang putus sekolah dengan berbagai alasan.

      Pembelajaran daring pun tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah atau guru, karena tingkat kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Ketergantungan dengan gadget yang tinggi juga tidak baik bagi siswa yang mengikuti pembelajaran daring. Pembelajaran daring hanya  pada awalnya saja menyenangkan dan bersemangat diikuti siswa, tetapi berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan tidak menentu kapan berakhirnya akan sangat membosankan.

      Perjalanan  menuju sekolah kembali dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka  terasa sangat panjang dan tanpa mampu menentukan kapan waktu tersebut dapat dipastikan. Oleh sebab itu, diharapkan agar semua pihak, terutama siswa, orangtua, guru, dan kepala sekolah,  harus bersabar dan tetap semangat dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19  yang masih melanda dunia dan tanah air tercinta  hingga saat ini. Semua rencana , upaya,  dan daya telah dikerahkan untuk persiapan dan pelaksanaan pembelajaran tatap muka.  Namun,  manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan lah yang menentukannya. Wallahu'alam.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA PEMKAB TALA HANYA PERBOLEHKAN SEKOLAH DI ZONA HIJAU (tanahlautkab.go.id)

## #BangkitPendidikanNegeriKu


#



Post a Comment for "PERJALANAN PANJANG MENUJU PEMBELAJARAN TATAP MUKA "