Bermula dengan adanya jembatan yang menghubungkan kampungku
dengan kampung seberang yang dibangun pada tahun 2010 dan diresmikan oleh Bupati Banjar, Gusti Khairul Saleh, pada 10 Januari 20211, lalu kemudian dilanjutnya
dengan pembangunan jalan tembus yang menuju kubah Datu Kalampayan pada tahun
2019. Jembatan yang membentang di atas Sungai
Martapura tersebut diberi nama Jembatan Sultan Mustain Billah, mengambil
nama dari Sultan Banjar IV, yang makam beliau berada kurang lebih 1 km dari
jembatan tersebut. Selain itu, tidak
jauh dari jembatan tersebut juga terdapat kubah makam Sultan Inayatullah,
Sultan Banjar V, jaraknya sekitar 20 meter turun dari jembatan yang ada Desa Sungai
Kitano.
Sedikit informasi mengenai kampung ini, bahwa Desa Sungai
Kitano Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar pada sekitar tahun 1980-an masih merupakan bagian dari Desa Dalam Pagar,
kemudian menjadi desa tersendiri setelah adanya pemekaran Desa Dalam Pagar
menjadi beberapa desa. Nama Sungai Kitano sendiri diambil dari nama sebuah
sungai kecil yang berada di perbatasan antara kampung Kamasan (Dalam Pagar) dengan Desa Sungai Kitano.
Menurut penuturan tatuha
kampung bahwa di sekitar pinggiran sungai kecil yang bermuara ke Sungai
Martapura tersebut dulunya terdapat semacam pesanggrahan sultan dan bangsawan Banjar, dan menurut catatan sejarah
di sana pernah pula berdiri istana Kesultanan Banjar pada masa Sultan Mustain
Billah, Sultan Banjar IV. Oleh sebab
itu, bagi keturunan bangsawan Banjar atau tutus
yang akan melaksanakan upacara adat badudus, mengambil airnya dari Sungai
Kitano tersebut karena dianggap sebagai salah satu sumber air keramat selain air di Candi
Agung Amuntai.
Kini, jalan tembus menuju kubah Datu Kalampayan yang
membentang dari Jembatan Sultan Mustain Billah Desa Sungai Kitano sudah lebih
dari separo pengerjaannya. Jarak antara jembatan tersebut dengan kubah Datu di
Desa Kalampayan sekitar 5 km, menembus
areal persawahan dan kebun masyarakat dari beberapa desa sekitar, yaitu Sungai
Kitano, Dalam Pagar, Akar Baru, Akar Bagantung, dan Kalampayan. Pengerjaan
jalan dengan lebar badan jalan 20 meter tersebut dimulai pada tahun 2018 yang
dikerjakan secara bertahap dengan biaya dari APBD Provinsi Kalimantan Selatan.
Pembangunan jalan tersebut ditargetkan selesai pada tahun
2023, dan jika selesai maka akan sangat memudahkan bagi peziarah ke kubah Datu
Kalampayan, khususnya dari Banjarmasin, Barito
Kuala, Kalimantan Tengah, dan daerah
lainnya yang melalui Jalan Martapura Lama. Peziarah tersebut tidak lagi harus
melewati jalan pedesaan yang sempit dan
padat penduduk, atau memutar ke arah Astambul yang memerlukan waktu relatif
lama, dan tentunya pula mengeluarkan
biaya yang lumayan banyak.
Kondisi jalan yang lebar, beraspal mulus , dan masih belum
digunakan sebagai sarana umum
sebagaimana layaknya jalan raya, maka menjadikan
jalan tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat setiap sore harinya. Ada yang datang untuk memancing ikan di
persawahan yang ada di sepenjang jalan tersebut, atau sekedar bermejeng ria dan cuci mata bagi kalangan anak- anak muda. Hampir setiap sore di sepanjang jalan tersebut
ramai dan tidak pernah sepi dari lalu lalang pengendara sepeda motor yang
datang dari desa sekitar, bahkan dari Martapura , Banjarbaru, dan sekitarnya.
Suasana kampung semakin ramai ketika setiap Kamis sore digelar pasar rakyat yang
menjual berbagai macam keperluan
sehari-hari, seperti sembako, peralatan rumah tangga, hingga pakaian. Pasar rakyat digelar di depan makam Sultan
Inayatullah, Sultan Banjar V, yang letaknya tidak jauh dari Jembatan Sultan Mustain Billah berlangsung sekitar 3 jam-an, dari pukul
15.00 hingga pukul 18.00 WITA. Pasar tersebut menjadi ajang pertemuan masyarakat atau
konsumen dari beberapa desa sekitar Sungai Kitano, seperti dari Dalam Pagar,
Telok Selong, Tangkas, Sungai Batang, dan sebagainya.
Tanah persawahan yang berada di sekitar jalan tersebut dulu harganya rekatif murah dan bahkan sulit untuk
menjualnya, kini harganya pun makin hari semakin mahal dan dicari banyak orang. Harga tanah pada saat ganti rugi tanah yang
terkena proyek jalan tersebut nilainya relatif murah, namun kini harga tanah sudah
jauh naik berkali-kali lipat dari harga ganti rugi yang dulu meski jalannya
masih dalam proses pengerjaan. Selain itu, perumahan penduduk juga mulai
dibangun di tepi jalan tersebut, satu demi satu mereka membangun rumah yang
menghadap ke arah jalan tersebut.
Dengan adanya jembatan dan jalan baru yang melewati Desa
Sungai Kitano telah membuka banyak akses terhadap kehidupan masyarakatnya.
Tidak terkecuali, perkembangan yang relatif pesat tersebut dapat menimbulkan
dampak yang siginifikan bagi kehidupan masyarakat, baik dampak positif maupun
negatif. Dengan adanya akses jembatan
dan jalan tersebut membuka keterisolasian atau keterbatasan akses desa dan masyarakat selama ini, sehingga arus
lalu lintas dan pergerakan orang dan barang semakin lancar.
Sungai Kitano yang
dulunya termasuk salah satu desa yang terisolir dan keterbatasan akses, kini telah
berubah dan semakin mudah dijangkau dari berbagai arah, terlebih lagi dengan
adanya jalan raya menuju kubah Datu Kalampayan tersebut. Desa ini berpotensi untuk dikembangkan objek wisatanya, seperti objek wisata religi makam Sultan Banjar V, areal persawahan sebagai wisata mancing, pasar rakyat sebagai wsiata belanja, dan sebagainya. Semoga.
****
Post a Comment for "SUNGAI KITANO DULU DAN KINI"