Seusai panen padi di kampung kami, maka praktis tidak banyak kegiatan
yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat menikmati dulu hasil panennya
setelah bekerja keras selama beberapa bulan yang lalu. Hasil panen yang ada
sebagian disimpan untuk keperluan rumah tangga selama setahun ke depan, dan
sebagiannya lagi dijual untuk membiayai berbagai keperluan hidup lainnya,
seperti memperbaiki rumah, membeli alat rumah tangga atau usaha, biaya
perkawinan anak, dan sebagainya.
Berwisata atau rekreasi masyarakat kampung kami seusai panen padi pada
umumnya menggunakan kapal klotok dengan salah satu tujuannya ke objek wisata
Pulau Kembang yang terletak di delta Sungai Barito Kota Banjarmasin. Hampir
setiap tahun seusai panen masyarakat kampung kami melakukan perjalanan wisata
atau rekreasi ke objek wisata Pulau Kembang, yang merupakan wisata alam berupa
pulau kecil yang penghuninya sekawanan monyet atau kera ekor panjang, atau
dalam bahasa Banjar disebut warik.
Kapal klotok yang digunakan untuk mengangkut puluhan warga kampung kami
yang melakukan rekreasi ke Pulau Kembang ini cukup besar, dapat memuat sekitar
30-40 orang. Perjalanan ke Pulau Kembang Banjarmasin ini menelusuri Sungai
Martapura yang panjangnya atau jaraknya sekitar 40-50 km. Kecepatan kapal klotok
yang berisi banyak penumpang tersebut hanya sekitar 20-25 km/jam, sehingga
sampai ke tujuan sekitar pukul 14.00 atau 15.00 siang. Oleh sebab itu,
perjalanan rekreasi tersebut memakan waktu sehari semalam hingga sampai ke
rumah kembali, sehingga membuat banyak penumpangnya sempat tidur di kapal klotok saat perjalanan pulang
ke kampung.
Kapal klotok yang disewa oleh masyarakat kampung kami yang berwisata ke
Pulau Kembang, Banjarmasin sudah berada di tempat yang menjadi titik kumpul, yaitu
di batang Suanang Amat
Aini. Titik kumpul tersebut untuk
memudahkan penumpang yang berasal dari berbagai tempat, bukan saja dari orang
yang dari kami yang ikut,tetapi ada juga
3-4 orang dari kampung sekitar.
Aku bersama kedua orang tua dan adikku ikut menjadi salah satu keluarga
yang berangkat ke Pulau Kembang. Pagi-pagi aku sudah bangun,sementara itu ibuku
sibuk menyiapkan bawaan yang akan dibawa
selama perjalanan ke Pulau Kembang selam sehari semalam, terutama makanan untuk
kami sekeluarga. Selain membawa nasi dan lauk pauknya, ibu juga menyiapkan
makanan ringan lainnya. Ada lapat dan
sambalnya, dan kue untuk-untuk, gagatas, pais pisang, dan air minum
secukupnya untuk persediaan makanan dan minuman selama sehari semalam tersebut.
“ Nang, kamu bawa tapih
juga untuk selimut nanti malam,” ujar ibuku saat mau berangkat menuju kapal klotok.
“ Inggi,bu, sudah ulun bawa dalam tas “ jawabku.
Sesudah semuanya siap,kami sekeluarga menuju tempat titik kumpul yang
jaraknya sekitar 300 meter dari rumah kami. Pagi Sabtu itu, sekitar pukul 07.30, sudah banyak
orang yang ikut berwisata ke Pulau Kembang telah berkumpul di tempat titik
kumpul yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada yang berangkat bersama keluarga
seperti keluarga kami, namun banyakjuga yang ikut sendiri atau bersama temannya.
Kapal klotok yang akan membawa kami wisata ke Pulau Kembang sudah siap.
Terdengar suara mesinnya yang sudah dihidupkan dari kejauhan. Kapal klotoknya
cukup besar dan kokoh, panjangnya sekitar 15 meter dan lebarnya sekitar 2 meter
serta tingginya sekitar 1,5 meter. Penumpang pun mulai masuk ke kapal klotok,
termasuk kami sekeluarga. Kami duduk secara lesehan di dalam kapal klotok,
sedangkan yang lainnya menempati posisi atap kapal klotok, terutama anak muda
yang laki-laki.
Kapal klotok mulai berangkat meninggalkan kampung kami bergerak menuju ke
arah hilir Sungai Martapura. Perjalanan panjang menelusuri aliran Sungai
Martapura menuju Banjarmasin pun dimulai. Perkiraan sampai ke tempat tujuan
dengan kecepatan kapal klotok yang kami tumpangi tersebut sekitar 20-25 km/jam
sekitar pukul 14.00, karena dalam kondisi penumpang yang cukup banyak dapat
mengurangi kecepatan kapal klotok.
Kampung demi kampung yang berada di sepanjang aliran Sungai Martaapura
arah ke Banjarmasin dilewati oleh kapal klotok yang membawa rombongan wisata
kampung kami, seperti Kampung Sungai Batang, Sungai Rangas, Kaliling Benteng,
Pajambuan, Sungai Tabuk, Sungai Pinang, Lok Baintan, Sungai Lulut, hingga
memasuki wilayah muara Sungai Barito. Perjalanan menulusuri aliran Sungai
Martapura dengan menggunakan kapal klotok tersebut sangat menyenangkan, karena
pemandangan alam yang dilihat beragam. Tidak membosankan untuk dipandang mata
yang melihatnya.
Selama dalam perjalanan panjang ini
penumpang, termasuk kami sekeluarga,
maka bekal yang kami bawa dari rumah menjadi santapan utama sambil
menikmati pemandangan sekitar yang dilalui.
Kondisi suara mesin kapal klotok yang cukup nyaring dan bising membuat suara
kami kurang terdengar, kecuali dengan suara yang sedikit keras, sehingga
penumpang lebih banyak yang diam. Tidak sedikit pula penumpang yang tiduran
dalam perjalanan panjang ini setelah bosan melihat pemandangan sekitar atau
kekenyangan sehabis menyantap makanan yang ada. “ Nang, kalau kamu lelah dan mengantuk, tidur dulu, itu adikmu juga
tidur, ” ujar ibuku saat melihat aku mengantuk.
“ Perjalanan masih panjang, Nang,
“ ujar ayahku juga.
Aku pun menuruti anjuran kedua orang tua. Hari mulai siang, rasa
mengantuk pun mulai menyerangku. Maklum, aku dibangunkan oleh ibu sebelum
subuh, karena persiapan keberangkatan wisata ke Pulau Kembang tersebut. Aku merebahkan
diri dengan beralaskan bantal yang dibawa dari rumah sebagai persiapan dalam
rangka perjalanan panjang tersebut.
****
Post a Comment for "Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 16. Berwisata ke Pulau Kembang dengan Kapal Klotok (1) "