Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 16. Berwisata ke Pulau Kembang dengan Kapal Klotok (1)


Seusai panen padi di kampung kami, maka praktis tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat menikmati dulu hasil panennya setelah bekerja keras selama beberapa bulan yang lalu. Hasil panen yang ada sebagian disimpan untuk keperluan rumah tangga selama setahun ke depan, dan sebagiannya lagi dijual untuk membiayai berbagai keperluan hidup lainnya, seperti memperbaiki rumah, membeli alat rumah tangga atau usaha, biaya perkawinan anak, dan sebagainya.
Berwisata atau rekreasi masyarakat kampung kami seusai panen padi pada umumnya menggunakan kapal klotok dengan salah satu tujuannya ke objek wisata Pulau Kembang yang terletak di delta Sungai Barito Kota Banjarmasin. Hampir setiap tahun seusai panen masyarakat kampung kami melakukan perjalanan wisata atau rekreasi ke objek wisata Pulau Kembang, yang merupakan wisata alam berupa pulau kecil yang penghuninya sekawanan monyet atau kera ekor panjang, atau dalam bahasa Banjar disebut warik.

Kapal klotok yang digunakan untuk mengangkut puluhan warga kampung kami yang melakukan rekreasi ke Pulau Kembang ini cukup besar, dapat memuat sekitar 30-40 orang. Perjalanan ke Pulau Kembang Banjarmasin ini menelusuri Sungai Martapura yang panjangnya atau jaraknya sekitar 40-50 km. Kecepatan kapal klotok yang berisi banyak penumpang tersebut hanya sekitar 20-25 km/jam, sehingga sampai ke tujuan sekitar pukul 14.00 atau 15.00 siang. Oleh sebab itu, perjalanan rekreasi tersebut memakan waktu sehari semalam hingga sampai ke rumah kembali, sehingga membuat banyak penumpangnya sempat  tidur di kapal klotok saat perjalanan pulang ke kampung.
Kapal klotok yang disewa oleh masyarakat kampung kami yang berwisata ke Pulau Kembang, Banjarmasin sudah berada di tempat yang menjadi titik kumpul, yaitu di batang  Suanang Amat Aini.  Titik kumpul tersebut untuk memudahkan penumpang yang berasal dari berbagai tempat, bukan saja dari orang yang dari kami yang ikut,tetapi  ada juga 3-4 orang dari kampung sekitar.
Aku bersama kedua orang tua dan adikku ikut menjadi salah satu keluarga yang berangkat ke Pulau Kembang. Pagi-pagi aku sudah bangun,sementara itu ibuku sibuk menyiapkan bawaan  yang akan dibawa selama perjalanan ke Pulau Kembang selam sehari semalam, terutama makanan untuk kami sekeluarga. Selain membawa nasi dan lauk pauknya, ibu juga menyiapkan makanan ringan lainnya. Ada lapat dan sambalnya, dan  kue untuk-untuk, gagatas, pais pisang, dan air minum secukupnya  untuk persediaan  makanan dan minuman selama  sehari semalam tersebut.
Nang, kamu bawa tapih  juga untuk selimut nanti malam,” ujar ibuku saat mau berangkat  menuju kapal klotok.
Inggi,bu, sudah ulun bawa dalam tas “ jawabku.
Sesudah semuanya siap,kami sekeluarga menuju tempat titik kumpul yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumah kami. Pagi  Sabtu itu, sekitar pukul 07.30, sudah banyak orang yang ikut berwisata ke Pulau Kembang telah berkumpul di tempat titik kumpul yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada yang berangkat bersama keluarga seperti keluarga kami, namun banyakjuga yang ikut sendiri  atau bersama temannya.
Kapal klotok yang akan membawa kami wisata ke Pulau Kembang sudah siap. Terdengar suara mesinnya yang sudah dihidupkan dari kejauhan. Kapal klotoknya cukup besar dan kokoh, panjangnya sekitar 15 meter dan lebarnya sekitar 2 meter serta tingginya sekitar 1,5 meter. Penumpang pun mulai masuk ke kapal klotok, termasuk kami sekeluarga. Kami duduk secara lesehan di dalam kapal klotok, sedangkan yang lainnya menempati posisi atap kapal klotok, terutama anak muda yang laki-laki.
Kapal klotok mulai berangkat meninggalkan kampung kami bergerak menuju ke arah hilir Sungai Martapura. Perjalanan panjang menelusuri aliran Sungai Martapura menuju Banjarmasin pun dimulai. Perkiraan sampai ke tempat tujuan dengan kecepatan kapal klotok yang kami tumpangi tersebut sekitar 20-25 km/jam sekitar pukul 14.00, karena dalam kondisi penumpang yang cukup banyak dapat mengurangi  kecepatan kapal klotok.
Kampung demi kampung yang berada di sepanjang aliran Sungai Martaapura arah ke Banjarmasin dilewati oleh kapal klotok yang membawa rombongan wisata kampung kami, seperti Kampung Sungai Batang, Sungai Rangas, Kaliling Benteng, Pajambuan, Sungai Tabuk, Sungai Pinang, Lok Baintan, Sungai Lulut, hingga memasuki wilayah muara Sungai Barito. Perjalanan menulusuri aliran Sungai Martapura dengan menggunakan kapal klotok tersebut sangat menyenangkan, karena pemandangan alam yang dilihat beragam. Tidak membosankan untuk dipandang mata yang melihatnya.
Selama dalam perjalanan panjang ini  penumpang, termasuk kami sekeluarga,  maka bekal yang kami bawa dari rumah menjadi santapan utama sambil menikmati pemandangan sekitar yang dilalui.  Kondisi suara mesin kapal klotok yang cukup nyaring dan bising membuat suara kami kurang terdengar, kecuali dengan suara yang sedikit keras, sehingga penumpang lebih banyak yang diam. Tidak sedikit pula penumpang yang tiduran dalam perjalanan panjang ini setelah bosan melihat pemandangan sekitar atau kekenyangan sehabis menyantap makanan yang ada. “ Nang, kalau kamu lelah dan mengantuk, tidur dulu, itu adikmu juga tidur, ” ujar ibuku saat melihat aku mengantuk.
“ Perjalanan masih panjang, Nang, “ ujar ayahku juga.
Aku pun menuruti anjuran kedua orang tua. Hari mulai siang, rasa mengantuk pun mulai menyerangku. Maklum, aku dibangunkan oleh ibu sebelum subuh, karena persiapan keberangkatan wisata ke Pulau Kembang tersebut. Aku merebahkan diri dengan beralaskan bantal yang dibawa dari rumah sebagai persiapan dalam rangka perjalanan panjang tersebut.
****



Post a Comment for "Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 16. Berwisata ke Pulau Kembang dengan Kapal Klotok (1) "