JEJAK KESULTANAN BANJAR DI KAMPUNGKU


Kesultanan Banjar yang didirikan oleh Sultan Suriansyah pada tahun 1526 menjadi tonggak sejarah perkembangan baru dari kehidupan masyarakat Banjar. Kesultanan Banjar meliputi wilayah yang saat ini termasuk dalam Provinsi Kalimantan Selatan, semula beribukota di Banjarmasin, kemudian berpindah-pindah hingga terakhir di Martapura. Menurut sejarahnya, bahwa kota Martapura dibangun pada masa pemerintah Sultan Mustainbillah, yang memerintah pada 1650-1670. 

Kesultanan Banjar dibubarkan secara sepihak oleh kolonial Belanda pada 11 Juni 1860. Namun demikian, rakyat Banjar tidak menerima keputusan tersebut dan tetap mengakui Kesultanan Banjar yang dijalankan secara darurat oleh tokoh-tokoh Kesultanan Banjar, seperti Pangeran Antasari, Pangeran Muhammad Seman, dan sebagainy. Rakyat Banjar terus melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda melalui Perang Banjar hingga berakhir pada 24 Januari 1905.

Beberapa peninggalan Kesultanan Banjar masih banyak ditemukan sampai saat ini, seperti makam Sultan Suriansyah dan kerabat kesultanan lainnya yang terdapat di Komplek Makam Sultan Suriansyah dan Masjid Sultan Suriansyah di Kuni Utara Banjarmasin, dan sebagainya. Adanya makam-makam Sultan Banjar yang hingga kini masih ada dan sering dikunjungi oleh para peziarah, dan ada 3 (tiga)  makam Sultan Banjar ada di  Desa Sungai Kitano,  Dalam Pagar ,  dan  Tangkas 

Dalam tulisan ini  makam Sultan Banjar yang disebutkan di atas diruntut berdasarkan masa kekuasaannya, yaitu sebagai beikut : Pertama, Sultan Mustainbillah, Sultan Banjar V, yang berkuasa pada tahun 1650-1670. Makam beliau berada di dekat sebuah sungai kecil yang dikenal sebagai Sungai Tabuk atau Sungai Tabukan yang berada di wilayah Desa Tangkas Kecamatan Martapura Barat. Letak makam Sultan Banjar V ini sekitar 500 meter dari Jembatan Sultan Mustainbillah, yang menghubungkan Desa Sungai Kitano dan Tangkas, dapat ditempuh lewat jalan darat dengan sepeda motor maupun mobil.

Kedua, makam Sultan Inayatullah, Sultan Banjar VI, yang bekuasa antara tahun 1670-1685. Makam beliau berada di Desa Sungai Kitano, Kecamatan Martapura Timur, tidak jauh dari Jembatan Sultan Mustainbillah, sekitar 10 meter. Sebelum, makam Sultan Inayatullah ini dulunya dikira  sebagai makam Sultan Mustainbillah, namun setelah ditemukan makam Sultan Mustainbillah pada tahun 2016 yang berlokasi di Sungai Tabuk Desa Tangkas yang berada di bawah sebuah pohon kasturi besar. 

Ketiga, makam Sultan Tahmidillah, Sultan Banjar, Sultan Banjar XII, yang terletak di Desa Dalam Pagar Kecamatan Martapura Timur. Jarak antara makam Sultan Inayatullah atau Jembatan Sultan Mustainbillah  dengan makam Sultan Tahmdillah ini sekitar 1,5 kilometer. 

Nah, itulah makam-makam Sultan Banjar yang ada di kampung halaman penulis dan sekitarnya yang menjadi jejak dan bukti sejarah keberadaan Kesultanan Banjar pada masa lalu. Keberadaan makam para sultan Banjar tersebut letaknya memang relatif  berjauhan, tidak seperti makam raja-raja yang ada di Pulau Jawa. Entahlah, bagi penulis sendiri masih menyimpan tanda tanya, mengapa letak atau lokasi makam sultan Banjar tersebut terpisah satu sama lain, tidak sebagaimana makam para raja di Pulau Jawa yang ada dalam satu komplek pemakaman. 


Post a Comment for "JEJAK KESULTANAN BANJAR DI KAMPUNGKU"