Pagi Kamis, 8 Desember 2022, sekitar pukul 09.30 WITA saya bersama Rahmadi dan Martini dari Tanah Laut yang mendapat undangan peluncuran buku Jalan Tengah Kopi Pengaron sampai di depan Balai Kota Banjarbaru. Mobil parkir di tepi jalan depan balai kota bersama dengan beberapa mobil lainnya yang sudah lebih dahulu parkir di sana. Langsung saja kami memasuki halaman dan menaiki tangga menuju teras menuju pintu utama balai kota . Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki dan masuk ke ruangan balai kota yang sering saya lihat saat berada di Kota Banjarbaru. Saya sebenarnya ingin menikmati suasan di loby balai kota tersebut, namun karena acara sudah mulai maka terpaksa keinginan tersebut ditahan sebentar agar segera masuk dan bergabung dengan undangan lain di ruang aula.
PERTAMA KALI MENGINJAK KAKI DI BALAI KOTA BANJARBARU
Selama ini saya hanya mampu memandang saja bangunan balai kota nan indah dan megah yang bergaya arsitektur Belanda setiap kali berada di Banjarbaru, kota yang kini menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Selatan tersebut. Saya hanya sekedar dapat memandang dan membayangkan bagaimana isi ruangan dari salah satu bangunan tertua dan menjadi ikon kota tersebut tanpa pernah berkhayal bahwa suatu saat akan dapat masuk dan melihat keindahan ruangan dalam dari bangunan yang menjadi Kantor Walikota Banjarbaru tersebut. Terakhir saya berada di depan balai kota tersebut pada sekitar bulan November 2022, ketika saya bersama anak jalan-jalan pagi di lapangan Dr. Murjani yang berada di depan balai kota tersebut.
Ternyata nasib berkata lain, karena secara tak terduga saya mendapatkan undangan dari Asyikasyik.com, penyelenggara kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) Regional Kalimantan Selatan untuk menghadiri peluncuran buku kumpulan esai yang berjudul Jalan Tengah Kopi Pengaron di Balai Kota Banjarbaru pada Kamis, 8 Desember 2022. Alhamdulillah, bagai kata pepatah pucuk dicinta ulampun tiba, ternyata akhirnya dapat juga kesempatan untuk masuk dan melihat langsung isi ruangan gedung yang menjadi ikon Kota Banjarbaru tersebut.
Saat saya masuk aula balai kota yang menjadi tempat kegiatan peluncuran buku saat itu acara sudah dimulai, yaitu pengukuhan Bunda Literasi Kota Banjarbaru. Setelah mengisi daftar hadir dan mendapatkan buku Jalan Tengah Kopi Pengaron, piagam, dan baju kaos saya mencari kursi untuk duduk. Ya, saya, Rahmadi, dan Martini merupakan bagian dari penulis dari buku yang diterbitkan oleh Perpusnas tersebut, sehingga kami juga mendapatkan sebuah buku tulisan kami, piagam, dan baju kaos sebagaimana didapatkan oleh 15 orang penulis lainnya. Syukurnya masih ada kursi kosong yang tersedia untuk kami bertiga yang berada di bagian deretan kursi paling belakang.
Sambil mengikuti rangkaian acara yang tengah berlangsung meriah, saya mencoba memandang kondisi ruangan aula balai kota yang anggun dengan hiasan dan ornamen yang bergaya klasik. Meski ruangan aula ini tidak terlalu luas, namun dengan dinding ruangan yang tinggi membuat ruangannya terasa luas dan lega. Pertama kalinya saya melihat langsung bagian bagunan dari balai kota yang ikonik, khususnya aula yang menjadi pusat kegiatan saat mengumpulkan banyak orang, seperti kegiatan yang saya hadiri saat itu. Seusai mengikuti rangkaian kegiatan acara menjelang pukul 11.30 WITA, sebelum keluar balai kota saya mencoba melihat-lihat loby dan dan ruangan lainnya.
Nah, sebagai penutup dari catatan ringan ini saya coba tambahkan informasi mengenai sejarah singkat Balai Kota Banjarbaru tersebut. Bangunan balai kota tersebut dibangun pada tahun 1956 yang dirancang oleh seorang arsitektur keturunan Belanda yang bernama Van der Pijl dan dikerjakan oleh kontraktor Raden Panji Soeparto. Pada awalnya bangunan tersebut dipergunakan untuk Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan atas usul dari Dr. Murjani yang menjadi Gubernur Provinsi Kalimantan kala itu, namun kemudian usul tersebut tidak terwujud. Bangunan balai kota tersebut memiliki ruang bawah tanah atau underground.
Post a Comment for " PERTAMA KALI MENGINJAK KAKI DI BALAI KOTA BANJARBARU"