Peran Penting Jembatan Sultan Mustainbillah

Jembatan Sultan Mustainbillah yang diresmikan penggunaannya pada 10 Januari 2011 oleh Bupati Banjar waktu itu, Pangeran Khairul Saleh, memegang peran penting dalam transportasi masyarakat selama ini. Nama jembatan ini mengambil nama Raja Banjar IV, yang makamnya tidak jauh dari jembatan tersebut. Dalam perjalanan waktu sampai sekarang ini, jembatan rangka baja yang menghubungkan Desa Tangkas (Martapura Barat) dengan Desa Sungai Kitano (Martapura Timur) banyak membantu kelancaran transportasi darat masyarakat sekitarnya. Keberadaan jembatan tersebut telah mampu merubah banyak pola kehidupan masyarakat yang sebelumnya sangat terbatas pergerakannya, maka kini semakin terbuka dan mudah bergerak kemana-mana dalam beraktivitas sehari-hari menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dan sebagainya.

Peran penting jembatan tersebut semakin teras ketika ada kegiatan besar yang menghadirkan masyarakat luas di Martapura dan sekitarnya, seperti peringatan haul Datu Kalampayang atau Syekh Muhammad Arsyad al Banjary dan haul Guru Sekumpul atau K.H.Muhammad Zaini Ghani. Kedua agenda besar haul tersebut menghadirkan jamaah yang datang dari berbagai penjuru wilayah di Kalimantan Selatan, sehingga menyebabkan arus pergerakan kendaraan juga meningkat, baik roda dua maupun roda empat. Nah, pada situasi dan kondisi yang demikian  peran jembatan besar menjadi penting dan signifikan seperti Jembatan Sultan Mustainbillah yang kita bahas ini.

Agenda haul Datu Kalampayan dilaksanakan setiap 6 (enam) hari setelah hari raya Idul Fitri atau lebaran yang pusat kegiatannnya di Masjid Tuhfaturroqibin Desa Dalam Pagar Kecamatan Martapura Timur, atau sekitar 2-3 kilometer dari Jembatan Sultan Mustainbillah Sungai Kitano.  Pada saat haul tersebut, berdatangan jamaah haul dari arah Kota Banjarmasin yang melalui Jalan. Martapura Lama, jalan yang menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kota Martapura. Jamaah yang dari arah Kota Banjarmasin ini bukan hanya dari Banjarmasin itu sendiri tetapi juga dari beberapa daerah seperti Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, dan daerah hulu sungai lainnya , serta beberapa daerah dari Kalimantan Tengah, seperti Kuala Kapuas, Pulang Pisau, Kota Palangkaraya dan sebagainya. 

Kemudian, saat agenda haul Guru Sekumpul yang  dilaksanakan pada sekitar bulan Pebruari atau Maret ,bulan Hijiriahnya pada 5 Rajab setiap tahunnya, dengan pusat kegiatan haul di Musolla Ar Raudhah Sekumpul Martapura.  Jamaah haul Guru Sekumpul ini datang dari penjuru Pulau Kalimantan, bahkan dari seluruh Indonesia  hingga luar negeri, sehingga saat puncak haul yang biasanya pada malam Senin, jutaan jaamah tumpah ruah di Kota Martapura dan sekitarnya.  Arus kendaraan jamaah yang datang dari pelosok Kalimantan Selatan dan wilayah Kalimantan lainnya semakin  banyak ketika mendekati puncak haulnya, sehingga jalan-jalan Kota Martapura dan sekitarnya mengalami kemacetan yang luar biasa. 

Demikian pula dengan arus kendaraan jamaah yang melalui Jalan Martapura Lama dari arah Kota Banjarmasin menjeleng malam Senin semakin meningkat. Sejak pagi Ahad, arus kendaraan jamaah mulai  bergerak menuju Sekumpul Martapura hingga menjelang sore hari arusnya semakin padat dengan makin bertambahnya jamaah yang datang dari daerah Kalimantan Tengah. Seiring dengan arus lalu lintas kendaraan jamaah yang semakin padat dan meningkat, maka dalam rangka mengurangi kemacetan arus lalu lintas di Jalan Martapura Lama yang berada di Desa Teluk Selong, Keramat, dan Pakauman hingga mendektai Kota Martapura dilakukan pengalihan arus kendaraan ke Jembatan Mustainbillah. 

Kendaraan jamaah haul yang melewati Jembataan Mustaainbillah diarahkan melelui jalan yang di Desa Sungai Kitano, Dalam Pagar, Melayu Ilir dan seterusnya sampai di Kota Martapura. Ada 2 (dua) jalur jalan bagi jamaah yang diarahkan melalui Jembatan Sultan Mustainbillah, ada jalur jalan yang berada di tepi Sungai Martapura (jalan kampung yang lama) dan jalur jalan di belakang kampung yang mengarah ke Martapura. Jamaah haul yang menggunakan roda dua (sepeda motor) diarahkan melalui jalan kampung , sedangkan yang menggunakan kendaraan roda empat (mobil) diarahkan menggunakan jalur jalan di belakang kampung.

Jembatan Sultan Mustainbillah menjadi titik sentral pemecahan arus kendaraan jamaah dari arah Banjarmasin yang menuju Martapura, sehingga mampu mengurangi beban dan arus lalu lintas di beberapa titik yang berpotensi terjadi kemacetan akibat kendaraan jamaah haul yang membludak dalam waktu yang bersamaan. Demikian pula dalam proses pulangnya  jaamah haul dari menghadiri haul. Pada masa pulang jamaah haul ini lebih parah lagi dibandingkan saat berangkatnya,  karena jamaah pulang nyaris secara bersamaan waktunya dari satu titik yang sama, yaitu Kota Martapura. Jembatan Sultan Mustainbillah menjadi titik penting pengaturan arus lalu lintas jamaah yang pulang ke tempat asalnya, termasuk yang pulang ke daerah hulu sungai dan bahkan juga   arah ke Kalimantan Timur yang menggunakan mobil.

Silahkan tonton vedionya di link YouTube ini https://www.youtube.com/watch?v=o9cNRI7dUbQ&t=19s




Post a Comment for "Peran Penting Jembatan Sultan Mustainbillah"