Pelajaran 3. Kelas 4. PERMAINAN TRADISONAL BANJAR ‘BAGIMPAR’

 


Kompetensi Inti

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang  dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual  dalambahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis,   dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

 

Kompetensi Dasar

3.1.Permainan tradiosional Banjar bagimpar

4.1.Terampil bermain tradisional Banjar bagimpar

 

Materi Pembelajaran 

Anak-anak, bagaimana kabar kamu semua, semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Kesehatan itu sangat penting bagi kita semua. Guna menjaga stamina dan kesehatan, maka kita perlu berolahraga secara rutin dalam menjaga stamina dan kesehatan badan kita.

Baiklah, dalam pembelajaran kali ini kita akan membahas mengenai sebuah permainan rakyat Banjar yang mungkin saat jarang sekali dimainkan oleh anak-anak.

Tulisan ini dikutip dari buku “ Permainan Rakyat Kalimantan Selatan” yang dikeluarkan oleh Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1980/1981, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(https://id.wikisource.org/wiki/Permainan_Rakyat_Daerah_Kalimantan_Selatan)

Permainan ini dinamakan masyarakat daerah Kalimantan Selatan dengan bagimpar, yang asal katanya  ‘gimpar’. Jadi, kalau ‘bagimpar’ berarti melakukan permainan gimpar.

Nama permainan ini sebenarnya diambil dari sebutan salah satu tahapan dalam permainan tersebut, yaitu tahapan gimpar, yang merupakan variasi dari kata lempar. Permainan ini pelemparannya dilakukan dengan kaki, maka tahapan itu dinamakan gimpar.

Bagimpar merupakan permainan hiburan bagi anak-anak waktu mereka berkumpul dan dalam pelaksanaannya tidak terikat pada peristiwa sosial tertentu.

Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak - anak pada waktu siang hari, baik waktu pagi, siang atau sore hari. Suasana permainan cukup mengasyikkan. Hal ini terlihat pada waktu anak - anak sedang melakukan permainan tersebut. Kelihatan anak - anak sering lupa waktu makan dan juga lamanya mereka mengadakan permainan itu sampai beberapa jam lamanya.

Pada masa lalu, terutama di daerah pedesaan, hiburan anak anak sangat terbatas sekali. Satu-satunya hiburan bagi anak-anak adalah bermain. Permainan yang mereka adalah antara lain permainan bagimpar.

Permainan ini merupakan permainan yang berkembang di masyarakat yaag tidak membedakan kelompok sosial tertentu. Karenanya permainan ini didukung oleh masyarakat, baik masyarakat petani. buruh, nelayan, pedagang dan lain - lainnya.

1.   Latar belakang sejarah perkembangannya

Menurut keterangan dari para informan, permainan bagimpar ini sudah ada sejak beliau-beliau masih kecil, yaitu sebelum kemerdekaan. Sekarang permainan tersebut sudah hampir punah. Hal ini terbukti pada masa sekarang ini permainan tersebut sangat jarang sekali dilakukan oleh anak - anak.

2. Peserta / pelaku

a.   Jumlah pemain

Permainan bagimpar ini dapat dilakukan secara perorangan dapat pula diadakan secara beregu. Kalau diadakan secara perorangan, maka jumlah pemainnya hanya dua orang. Dari kedua orang itu, yaitu seorang sebagai pemain yang naik dan yang seorang lagi sebagai pemain yang pasang.

Sedangkan dalam permainan beregu, sekurang-kurangnya 4 orang dan sebanyak-banyaknya 8 orang. Sekurang-kurangnya 4 orang, karena kelompok/regu itu anggotanya harus lebih dari satu setiap regu.

 Mengenai tidak melebihi dari 8 orang, karena kalau terlalu banyak akan menyulitkan dalam penempatan pasangan dan juga dalam waktu melakukan permainan tersebut.

b.  Usianya

Permainan ini dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7 sampai 15 tahun. Bagi anak yang belum berusia 7 tahun biasanya belum mampu melakukan gimparan. Dan bagi anak yang usianya lebih dari 15 tahun, biasanya mereka enggan turut bermain, karena takut mendapat ocehan dari masyarakatnya.

c.   Jenis kelamin

Permainan ini merupakan permainan khusus bagi anak laki – laki. Hal ini mungkin kebiasaan dari masyarakatnya dan mungkin pula karena tidak ada keberanian dari anak perempuan yang melakukan permainan ini.

d.  Kelompok sosialnya

Permaninan ini tidak membedakan kelompok sosial di masyarakat. Sehingga permainan ini boleh dimainkan oleh anak - anak dari kelompok sosial mana pun. Begitu pula dalam melakukan permainan, mereka begabung menjadi satu dengan tidak membedakan apakah dia dari anak petani, anak pedagang, anak pegawai dan sebagainya.

3.    Perlengkapan permainan

Perlengkapan/peralatan permainan yang diperlukan dalam permainan ini ialah :

a.   Alat permainan

Alat permainan ini sebenarnya mempunyai dua fungsi. Bagi pemain yang pasang alat ini digunakan sebagai pasangan dan bagi yang naik digunakan sebagai alat gimparan / lemparan, yang sering disebut dengan nama undas. Benda-benda yang digunakan untuk alat pasangan / undas ini ialah batu kali yang berbentuk pipih dan dicari pula bentuknya yang persegi. Diperlukan alat pasangan / undas yang demikian supaya memudahkan waktu memasang undas itu di tanah pada waktu pasang dan juga supaya undas itu mudah ditempatkan di punggung kaki waktu membawa dengan jalan bainting - intingan ( berjalan dengan satu kaki ), baik pada waktu menjelang gimparan atau pada waktu membawa undas ke garis pelemparan.

b.  Lapangan permainan

Untuk melakukan permainan ini diperlukan suatu lapangan permainan. Lapangan ini terdiri atas 3 buah garis. Garis pertama dinamakan garis penaikan, garis kedua dinamakan garis pasangan dan garis yang ketiga dinamakan garis pelemparan.

Jarak masing - masing garis diperkirakan sebagai berikut :

- Jarak dari garis I ke garis ke II  lebih kurang 6 meter.

- Jarak dari garis II ke garis III lebih kurang 4 meter.

Skema lapangan permainan adalah seperti gambar di bawah ini :

4.    Jalannya Permainan

a. Persiapannya

Sebelum diadakan permainan, lebih dahulu diadakan persiapan- persiapan, terutama sekali mencari alat permainan yang digunakan untuk undas/alat pasangan. Alat permainan yang dicari ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kalau terlalu besar. maka akan sulit waktu membawa di punggung kaki. Dan apabila terlalu kecil maka kawan lawan bermain biasanya akan protes, karena mereka sulit mengenai undas apabila yang bersangkutan waktu pasang.

Kalau permainan yang diadakan secara beregu, mereka menetapkan anggota masing-masing regu. Untuk keseimbangan dalam permainan, mereka biasanya memadu yang besar dengan yang besar, yang terampil dengan yang terampil dan yang kecil dengan sesama kecil.

Jika semua itu sudah disiapkan, dan untuk menentukan siapa atau regu yang mana berhak memulai permaman, maka diadakanlah pinsut. Kalau permainan itu diadakan secara beregu, masing-masing regu menunjuk seorang temannya sebagai wakil dari kelompok masing-masing wakil yang menang pinsut menjadi pemain atau kelompok / regu yang naik, yaitu sebagai pemain perorangan/ beregu yang menjalankan permainan. Bagi yang kalah akan menjadi pemain atau kelompok/regu yang pasang.

b.  Aturan permainan

Permainan Bagimpar ini mempunyai aturan permainan sebagai berikut:

1)   Keadaan undas semua pemain harus berimbang. Maksudnya tidak ada yang terlalu besar dan tidak ada pula yang terlalu kecil.

2)   Setiap pemain pada waktu membawa undas, baik waktu akan mengadakan gimparan maupun ketika bainting- intingan ( berjalan dengan satu kaki ) apabila undasnya terjatuh dari punggung kaki, maka pemain itu dikatakan mati.

3)   Pemain yang mati dalam permainan secara perorangan akan langsung menjadi pemain yang pasang. tetapi kalau dalam beregu pemain yang mati itu dapat dibela ( digantikan ) oieh temannya sekelompok yang belum mati. Kalau pembelaan itu berhasil. pemain yang
gagal/mati tadi boleh melanjutkan permainan tahap selanjutnya. Sebaliknya kalau pembelaan itu tidak berhasil, kelompoknya secara otomatis menjadi pasang.

c. Tahap permainan

1)  Tahap bagimpar

Setelah dapat ditentukan siapa yang berhak menjalankan permainan, pihak yang kalah memasang pasangan dan yang menang berkumpul di garis penaikan untuk melakukan gimparan. Semua pemain yang naik berbaris menghadap ke gari pasangan. Mereka secara bergantian mengadakan gimparan.

Waktu akan melakukan gimparan, undas ditempakan di punggung kaki kanan atau kaki kiri. Apabila undas ditempatkan di kaki kanan, kaki kiri dilangkahkan ke muka dan selanjutnya kaki kanan kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri lagi, setelah itu kaki kanan diayunkan ke muka agar undas yang ada di punggung kaki itu terlempar tepat mengenai pasangan yang ada di garis pasangan.

Seandainya ada pemain yang mati/tidak berhasil dalam gimparan ini, yaitu undasnya tidak mengenai pasangan, maka pemain itu tidak boleh lagi meneruskan permainannya. Dia akan menjadi pemain yang pasang.

Kalau permainan itu diadakan secara beregu, kegagalan itu dapat dibela oleh teman sekelompoknya yang telah berhasil melakukan gimparan. Bila pembelaan itu berhasil, pemain itu berhak pula melanjutkan permainannya dalam tahap berikutnya. Sebaliknya kalau pembelaan itu tidak berhasil, maka kelompoknya itu dinyatakan mati. Tahapan permainan tidak dilanjutkan, tetapi diadakan pergantian pasangan, yaitu kelompok yang tadinya pasang menjadi naik ( berhak main intingan ) dan kelompok / regu yang naik menjadi pasang.

2)  Tahap baintingan membawa undas diakhiri pelemparan

Setelah selesai mengadakan gimparan, pemain yang pasang membetulkan pasangannya yang telah direbahkan di garis pasangan kembali, sedangkan pemain yang menang menempatkan undasnya di punggung kaki dan selanjutnya membawa undas itu dengan cara bainting-intingan dari garis pasangan ke garis pelemparan.

Sesampainya di garis pelemparan kembali berputar menghadap ke garis pasangan, kemudian berhenti sebentar sambil mengambung undas yang terletak di punggung kaki. Undas itu kemudian disambut dan terus dilemparkan ke pasangan.

Andaikata seseorang pemain gagal dalam tahap ini, yang dimulai dengan membawa undas dengan berinting-intingan dari garis pasangan ke garis pelemparan dan diakhiri dengan pelemparan, maka pemain itu dikatakan mati.

Jika permainan itu diadakan secara perorangan, secara otomatis pemain itu menjadi pemain yang pasang dalam permainan selanjutunya. Dia dapat pula menjadi pemain yang naik nantinya, jika undasnya diwaktu dia men1adi pemain yang pasang itu tidak dapat dikenai oleh lawannya bermain.

Sebaliknya kalau permainan itu diadakan secara beregu, pemain yang nanti itu dapat dibela oleh teman sekelompoknya yang telah selesai melakukan tahapan permainan. Pembelaan itu tentunya dimulai dari awal tahapan permainan, yaitu dari membawa undas secara berinting-intingan ke garis pelemparan dan diakhiri dengan pelemparan ke undas pasangan. Kalau pembelaan itu berhasil, regu itu tetap naik dalam permainan selanjutnya. Tetapi kalau pembelaan itu tidak berhasil, regu itu menjadi pasang.

  d.Konsekwensi kalah menang.

Dalam permainan ini tidak ada konsekwensi kalah menang, tetapi bagi pemain yang jarang mati dan sering membela teman yang mati, pemain itu dianggap sebagai pemain yang cakap dan terampil.

 

5.      Peranannya masa kini.

Bila dibandingkan dengan masa lalu, permainan ini kelihatannya sudah mendekati kepunahan. Hal ini mungkin disebabkan kurang menonjolnya peranan permainan tersebut di masyarakat. Selain hal itu mungkin pula ada hal-hal lainnya yang antara lain :

a.    Bertambah banyaknya hiburan dan permainan yang lebih menyenangkan anak-anak, sehingga permainan ini jarang dimainkan oleh anak-anak.

b.   Permainan ini terdapat unsur negatifnya, yaitu sering membahayakan anak-anak yang sedang lewat dan juga bagi anak-anak yang sedang melakukan permainan tersebut. Bahaya itu antara lain waktu diadakannya pelemparan, apabila tidak mengenai pasangan sering undasnya meluncur keluar lapangan dan akan mengenai anak-anak yang lewat. Begitu pula ketika undas mengenai pasangan pun sering pula terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu kalau berkebetulan undas atau pasangan yang pecah. Pecahannya sering mengenai anak-anak yang sedang bermain itu.

c.    Kalau pada masa yang lalu orang memperbaiki jalanan dengan mempergunakan batu kali, tetapi sekarang hanya dengan batu pecah yang diambil dari pegunungan. Karenanya pada masa sekarang ini anak-anak terutama di daerah rawa sulit mencari batu kali tersebut sebagai alat permainan.

 


Anak-anak, demikian pembelajaran dan pembahasan kita mengenai permainan bagimpar. Jika diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, permainan bagimpar ini sudah jarang atau langka dimainkan. Bahkan, mungkin saat ini banyak yang  tidak mengenal lagi permainan ini, terlebih lagi anak-anak generasi milenial seperti kalian.

Oleh sebab itu, mari kita mengenal dan memainkan kembali permainan bagimpar ini agar tidak hilang ditelah masa dan tetap hidup dan menjadi bagian budaya daerah Banjar yang berarti juga bagian daeri budaya nasional.

 

Post a Comment for "Pelajaran 3. Kelas 4. PERMAINAN TRADISONAL BANJAR ‘BAGIMPAR’"