Sesudah makan malam,pada Senin, 1
Juli 2019, sekitar pukul 20.30 WIT, kami berempat, yaitu penulis, Ahmadiyanto,
Ibu Diana Mulawarmaningsih, S.Ag, dan ananda Muhammad Munawir Akbari, kembali
menuju hotel tempat kami menginap selama berada di Kota Tamiyang Layang,
Ibukota Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah hingga Selasa, 2
Juli 2019. Kondisi cuaca malam itu cuku panas, sementara itu arus lalu lintas
di jalan raya yang ada di kota ini cukup sepi dan lengang.
Selesai memarkirkan mobil pada lahan parkir hotel yang relatif
luas, kami segera masuk ke kamar hotel masing-masing untuk beristirahat guna
melepaskan lelah setelah cukup panjang menempuh perjalanan dari Kota Paringin,
Ibukota Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan menuju Tamiang Layang,
Ibukota Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah melalui jalur
Paringin, Lampihong, Sungai Turap, Kalua, Pasar Panas hingga akhirnya Tamiang Layang. Ada sekitar 2 (dua)
jam perjalanan dengan kondisi cuaca siang itu yang cukup panas terik.
Penulis berusaha membuka kembali
laptop untuk menulis tentang perjalanan selama 2 (dua) hari ini, sedangkan
Ahamdiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari tidur-tiduran di tempat tidurnya
masing-masing sambil menonton televisi yang ada dalam kamar tidur hotel kami.
Penulis kembali melanjutkan menulis yang sebelumnya sudah ada tulisannya saat
menjelang Magrib, sudah ada 3 (tiga) tulisan yang selesai ditulis tentang saat
berangkat dari Pelaihari, saat di rumah Ahmdiyanto di Paringin, Balangan,
Kalsel. Oleh sebab itu, penulis melanjutkan kembali tulisan untuk mengurangi
‘beban’ dan bahan tulisan selama 2 (dua) hari perjalanan panjang penulis,
karena jika tidak segera ditulis khawatir akan banyak hal yang terlewatkan.
Dengan menggunakan sisa tenaga
yang masih terdapat dalam diri, penulis melanjutkan beberapa tulisan yang
terkait perjalanan panjang dari Pelaihari, Paringin, hingga sampai di Tamiyang
Layang. Mata memang terasa sudah mengantuk berat, tetapi terasa masih ada yang
‘mengganjal’ jika tidak secepatnya dituangkan dalam tulisan tentang perjalanan
tersebut. Meski dengan mata yang mulai kurang bersahabat pada malam itu,
penulis terus menyelesaikan tulisan yang ada agar pada malam tersebut dapat
selesai, sehingga waktu subuh atau pagi nantinya menulis tentang hal yang baru lagi.
Dalam rangka menulis kisah
perjalanan panjang tersebut, penulis didukung oleh foto dan vedio yang diamabil
saat dalam perjalanan, baik oleh penulis maupun ananda Muhammad Munawir Akbari.
Ketika mobil dalam kondisi jalan karena penulis menjadi sopir, maka saat itu
penulis minta ananda Muhammad Munawir Akbari yang mengambil gambar atau
vedionya dengan kamera handphone penulis
atau miliknya. Namun, ketika dalam kondisi berhenti, penulis mengambil sendiri
gambar atau vedionya, seperti saat selesai shalat, habis makan di warung makan,
atau berhenti untuk istirahat.
Dengan adanya data dukung berupa
foto dan vedio yang diambil selama dalam perjalanan tersebut, penulis dapat mengingat
kembali cerita perjalanan yang sudah berlalu. Bahan dukung dari foto tersebut
juga menjadi gambar pada tulisan yang ada sesuai dengan judul atau topik
tulisan. Adanya foto dan vedio tersebut sangat mendukung penulis dalam menulis
kisah perjalanan selama ini, karena banyak hal yang terlupakan kalau hanya
mengandalkan ingatan semata. Penulis telah menyiapkan tempat untuk melatakkan handphone di kaca depan mobil, sehingga
ketika ingin merekam suatu tempat atau kondisi tinggal tekan vedio atau kamera
saat mobil berhenti atau jalan.
Malam semakinlarut dan mata pun
sudah tidak dapat diajak kompromi lagi untuk meneruskan tulisan, dan demikian
pula pinggang serta seluruh badan perlu diistirahatkan. Sekitar pukul 10.30 WIB
atau waktu setempat, penulis berhenti dan merebahkan diri di tempat tidur,
sedangkan Ahmadiyanto dan ananda Munawir sudah terlebih dulu tertidur di tempat
tidurnya masing-masing.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 9. Kagiatan Malam Pertama Di Tamiang Layang"