Sesaat kami bertiga memasuki
kamar hotel, terlihat kamarnya cukup bersih dan rapi, lalu ketika membuka kamar
mandinya juga relatif bersih dan baik, meskipun bak penampungan airnya terlihat
kosong.. Fasilitas yang ada di dalam kamar ini antara lain televisi, AC, meja
yang ada kacanya, lemari untuk menyimpan baju dan tas atau koper. Kamar
tidurnya relatif sempit jika dibandingkan dengan kamar hotel yang berbintang,
namun cukuplah bagi kota yang masih berkembang seperti Tamiang Layang ini.
Selain itu, pihak pengelola hotel juga menyediakan ruangan khusus bagi pememluk
agama Islam untuk melaksanakan shalat pada bagian belakang hotel.
Penulis mengambil posisi tempat
tidur yang ada sebelah kanan danAhmadiyanto sebelah kiri, sedangkan ananda
Muhammad Munawir Akbari berada di tengah, namun masih belum dapat tempat tidur
tambahan. Penulis menghubungi pihak resepsionis hotel untuk meminta tambahan
tempat tidur, karena kami menampatinya dengan 3 orang. Oleh pihak resepsionis
dapat ditambahkan dengan menambah biaya lagi untuk tempat tidur tembahan
tersebut, dan penulis menyanggupinya. Pembayaran untuk tempat tidur tambahan
tersebut dibayar lebih dulu kepada resepsionis,
dan baru nantinya diantarkan ke kamarkami.
Hari semakin senja dan tidak lama
kemudian suara azan Shalat Magrib mulai berkumandang dari masjid yang berada
sekitar 30 meter dari hotel tempat kami menginap. Penulis, Ahmadiyanto,dan
ananda Muhammad Munawir Akbari bersiap-siap berangkat ke masjid terdekat dengan
menggunakan mobil, karena lumayan jauh letaknya serta belum mengetahui
bagaimana situasi lingkungannya. Malam pertama kami berada di Tamiang Layang
diawali dengan mengikuti Shalat Magrib di Masjid Besar Nurul Ibadah Tamiyang
Layang, Barito Timur, Kalimantan Tengah.
Pada pertamanya ke masjid tersebut, penulis sempat kelewatan mengarahkan
masuk mobil ke arah jalan masuk masjid karena mengira jalan masuknya ke arah
yang lain, ternyata masuknyajalan masuk terminal yang berhadapan langsung
dengan pasar Tamiyang Layang.
Seusai melaksanakan shalat, kami
kembali ke hotel untuk beristirahat. Setelah istirahat sebentar di kamar hotel,
selanjutnya kami bersiap-siap kembali keluar hotel untuk mencari makan malam.
Penulis menghubungi Ibu Diana
Mulawarmaningsih, S.Ag, rekan penulis nantinya dalam memberikan pengalaman pada
Worshop SAGUSAKU di Tamiang Layang tersebut yang berada di hotel dan lantai
yang sama tetapi kamar berbeda, untuk mengajak makan malam keluar. Maklum, di
sekitar hotel tempat menginap tidak ada
warung makan, sehingga harus keluar pakai mobil untuk mencari tempat yang ada
warung makannya.
Sekitar pukul 19.15 WIB atau
waktu setempat pada Senin,1 Juli 2019, kami keluar hotel dengan mobil penulis
untuk mencari warung makan yang diinformasikan oleh petugas resepsionis sesaat
sebelum berangkat keluar hotel. Malam itu, di mobil penulis bertambah
penumpangnya dengan bergabungnya Ibu Diana Mulawarmaningsih, S.Ag dalam
perjalanan mencari warung makan keluar hotel, selain penulis, Ahmadiyanto, dan
ananda Muhammad Munawir Akbari. Kami
semua yang ada di dalam mobil penulis sama-sama baru pertama menginap atau bermalam
di Tamiang Layang ini, sehingga tidak mengenal kondisi kota ini, termasuk
dimana lokasi pusat penjulanan makanan atau warung makan.
Akhirnya, kami menemukan warung
makan ala masakan Jawa setelah mendapatkan informasi dari petugas resepsionis
hotel tempat kami menginap. Kami memesan
makanan setelah melihat kondisi warung tersebut sesuai dengan harapan dan
selera kami masing-masing. Maklum, tidak banyak alternatif warung makan yang
ada, sehingga yang warung yang kami singgahi ini jadi tempat untuk mengisi
kekosongan perut setelah melakukan perjalanan yang relatif jauh dan melelahkan.
Syukur alhadulillah, masakan yang
kami pesan tadi cukup sesuai dengan selera lidah kami, sehingga kami sempat
menambah lagi sepiring nasi untuk tambahan nasi yang ada.
Sekitar pukul 21.15 WIT kami tiba
kembali ke hotel tempat menginap di Tamiang Layang, setelah meninjau tempat
kegiatan besok hari, yaitu di aula BKD Kabupaten Barito Timur, sekitar 2 km
dari hotel tempat kami menginap. Namun, saat kami melihat lokasi tersebut,
ternyata tidak aktivitas pihak panitia untuk persiapan kegiatan besok. Kondisi
di tempat tersebut gelap gulita, hanya ada lampu penerangan di depan ruang
masuk Kantor BKD Kabupaten Barito Timur. Berdasarkan informasi dari penjaga
kantor tersebut, bahwa malam itu tidak ada aktivitas di aula yang letaknya di
samping Kantor BKD Kabupaten Barito Timur tersebut. Akhirnya, kami putuskan
untuk kembali ke hotel.
Selanjutnya, kami masuk kamar
hotel guna beristirahat kembali untuk memulihkan dan mengumpulkan tenaga dan
stamina guna menyiapkan untuk beraktivitas besok, khususnya bagi penulis dan Ibu
Diana Mulawarmaningsih, S.Ag, dari Katingan, Kalimantan Tengah, yang nantinya
mengisi atau menjadi narasumber pada kegiatan Workshop SAGUSAKU yang
dilaksanakan oleh Pengurus IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kabupaten Barito Timur,
Kalimantan Tengah.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 8. Malam Pertama Di Tamiang Layang"