CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 10. Jalan-jalan Menikmati Suasana Pagi Hari



Pagi Senin, 1 Juli 2019, sebelum Shalat Subuh penulis dan Ahmadiyanto sudah terbangun, lalu penulis membangunkan ananda Muhammad Munawir Akbari untuk bersama-sama melaksanakan Shalat Subuh di masjid terdekat. Sesudah selesai azan Shalat Subur berkumandang, kami bertiga meluncur dengan mobil penulis ke masjid yang berjarak sekitar 300 meteri dari hotel tempat kami menginap. Sesudah melaksanakan shalat, kami kembali ke hotel untuk menikmati sarapan pagi  yang disediakan oleh pihak hotel.
Sambil menunggu pukul 06.00 WIT, dimana penghuni hotel dapat mengambil jatah sarapan pagi selama menginap di hotel tersebut, penulis dan Ahmadiyanto pada pagi itu berjalan-jalan di sekitar hotel untuk melihat kondisi pagi hari di Kota Tamiang Layang. Kami berdua berjalan ke arah dekat geraja terbesar di kota ini yang berada di pertigaan jalan, sedangkan ananda Muhammad Munawir Akbari masuk hotel dan menonton televisi yang ada di ruang lobi hotel lantai II. Ketika menikmati suasana pagi di sekitar hotel ini, penulis dan Ahmadiyanto menemukan sebuah ‘tanda’ yang menjadi ciri khas suku asli di daerah ini, yaitu Suku Dayak, yaitu berupa sebuah tongkat berukir yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi, kayu khas Kalimantan dengan panjang sekitar 1 meter.
Seusai menikmati suasana pagi Kota Tamiang Layang pada pagi hari pertama di kota ini, penulis mulai sedikit demi sedikit memahami keadaan dan budaya masyarakat setempat yang mayoritas dari Suku Dayak. Salah satu berkaitan dengan tongkat kayu ulin yang berukir khas Suku Dayak, yang mendiami sebagaian besar Pulau Kalimantan bagian pedalaman. Kota Tamiyang Layang bagi penulis sudah lama mendengarnya dari orang-orang tua di kampung penulis dulu, dan kini penulis menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di bumi berjuluk “ Gumi Jari Janang Kalalawah “, yang artinya  “ Bumi yang subur selama-lamanya”.
Penulis dan Ahmadiyanto kembali ke kamar hotel dulu untuk berganti baju, sebab saat Shalat Subuh tadi masih memakai sarung, sehingga untuk menjaga kesopanan dan tata krama selama berada di hotel tersebut. Sekitar pukul 06.15 WIB, penulis bersama Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari menuju ke ruang makan yang berada di lantai I bagian belakang. Memang, tidak ada ruang khusus untuk tamu hotel makan sarapan pagi, sehingga kami menyantap makanan pagi itu duduk pada kursi yang ada di selasar ruang kamar hotel.  Makanan disediakan oleh pihak pengelola hotel cukup sederhana, namun cukup sesuai dengan lidah atau selera penulis, sehingga makanan sarapan pagi itu habis disantap, baik oleh penulis, Ahmadiyanto, maupun ananda Muhammad Munawir Akbari.
Sambil menunggu antri mengambil makanan secara prasmanan, penulis menghubungi Ibu Diana Mulawarmaningsih melalui WA untuk mengabarkan bahwa makanan untuk sarapan pagi sudah siap. Tidak lama setelah penulis menyantap sarapan pagi, Ibu Diana Mulawarmaningsih datang dan mengambil makanan sarapan pagi serta bergabung dengan kami yang lebih dulu menyantap sarapan pagi. Saat kami bertiga makan sarapan pagi, datang pula salah satu dari tamu hotel yang menginap di lantai I hotel, kamarnya dekat dengan ruang makan.  Penulis duduk di samping tamu hotel yang baru datang tersebut dengan menggunakan meja yang sama, sedangkan Ahamdiyanto duduk berdampingan dengan Ibu Diana Mulawarmaningsih.
Seusai sarapan pagi, kami mulai berbicara ringan masing-masing teman dekat saat makan tersebut. Penulis mulai mengobrol ringan dengan salah satu tamu hotel yang berdampingan duduk saat makan tadi, dan ternyata orang tersebut peneliti dari IAIN Palangkaraya, dan saat ini sedang melakukan penelitian di kota ini. Pada awalnya kami berdua saling berkenalan dan menyampaikan tujuan datang ke kota ini, namun pada lama-lama terlibat pembicaraan yang relatif serius yang berkaitan dengan masalah sosial, budaya, politik, dan suksesi kepemimpinan daerah yang bersifat kekinian. Sedangkan Ahamdiyanto dengan Ibu Diana Mulawarmaningsih berbincang-bincang seputar dunia pendidikan.
Pembincangan kami masing-masing berakhir seiring dengan waktu yang semakin siang dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini, sehingga kami pun segera membubarkan diri untuk menuju ke kamar masing-masing. Penulis kembali ke kamar untuk ganti baju sesuai dengan baju seragam batik IGI (Ikatan Guru Indonesia) yang sudah dipakai oleh  Ibu Diana Mulawarmaningsih saat sarapan pagi tadi. Sesudah semuanya siap, penulis pun keluar dari kamar dan turun ke lantai II, karena waktu saat itu menujukkan pukul 07.30 WIB, yang artinya sudah saatnya penulis berdua dengan Ibu Diana Mulawarmaningsih menuju tempat kegiatan Workshop SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) yang dilaksanakan oleh IGI Kabupaten Barito Timur, yaitu Aula BKD Barito Timur.

Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 10. Jalan-jalan Menikmati Suasana Pagi Hari"