Bagian 10. Buku JMMP-2019. Menulis yang Terdekat : MENULIS TENTANG SEBUAH PERJALANAN


Setiap orang hampir dapat dipastikan pernah mengalami dan melakukan perjalanan yang relatif jauh dalam kehidupannya. Misalnya, ketika musim mudik lebaran atau hari keagamaan lainnya, banyak sekali orang melakukan perjalanan panjang dengan waktu yang lama, karena jaraknya sangat jauh. Perjalanan jauh yang dialami setiap orang memiliki catatan dan ceritanya sendiri-sendiri, dengan pernak-pernik dan segala macam kondisi yang dialaminya.
Dalam sejarah Islam, ada dua perjalanan Nabi Muhammad SAW yang diabadikan dalam Alquran dan menjadi momentum penting dalam kehidupan umat Islam, yaitu perjalanan Isra Mi’raj dan hijrah bersama umat Islam kala itu dari Mekkah ke Madinah. Demikian pula dengan kisah perjalanan tokoh-tokoh dalam sejarah lainnya yang dilakukan pada masa lalu, dan kini menjadi bahan pelajaran masa sekarang dan akan datang.

Perjalanan panjang itu menenyangkan dan menyimpan banyak cerita yang patut dibagikan kepada banyak orang melalui cerita lisan maupun tulisan. Ketika cerita perjalanan itu diceritakan secara lisan, besar kemungkinannya tidak mampu bertahan lama, sehingga akan hilang ditelan masa atau hanya jadi cerita dongen belaka. Namun, beda hasilnya ketika cerita perjalanan panjang itu ditulis dalam catatan perjalanan yang lengkap dan rinci, yang dicatat dari awal berangkat hingga sampai ke tempat tujuan atau pulang kembali.
Cerita perjalanan yang ditulis atau dibukukan secara lengkap dan rinci merupakan sebuah ‘warisan’ yang berharga bagi penerus atau genarasi selanjutnya, terlebih lagi dalam cerita perjalanan tersebut mengandung informasi yang bermanfaat bagi banyak orang. Semakin banyak cerita perjalanan itu ditulis, maka semakin informasi dan pengetahuan yang dapat digali dari cerita perjalanan tersebut.
Bukankah setiap tempat yang dilalui dalam perjalanan yang dilakukan tersebut ada tersimpan informasi dan pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang lain yang nantinya akan melakukan perjalanan ke tempat yang sama? Misalnya, cerita perjalanan pendakian gunung yang terjal dan tinggi, seperti gunung Everest  dan perjalanan penjelajahan ke Kutub Utara atau Selatan.  Dengan adanya catatan perjalanan ke tempat-tempat tersebut, maka perjalanan berikutnya yang orang lain dilakukan akan  relatif lebih mudah, karena sudah mengetahui informasi dari catatan orang pertama yang melakukan perjalanan ke tempat tersebut.
Selama ini mungkin sudah banyak kita melakukan perjalanan yang relatif jauh, panjang, dan melelahkan guna suatu keperluan dengan menggunakan berbagai alat transportasi, baik melalui perjalanan darat, laut, maupun udara. Lalu, apakah perjalanan panjang itu hanya tinggal kenangan dalam diri kita, atau menjadi cerita dari mulut ke mulut semata, dan kemudian hilang ditelan zaman? Tentu, kita ingin cerita perjalanan panjang tersebut menjadi cerita yang ‘abadi’ sepanjang masa, meski kita sudah tidak ada lagi.
Secara praktis berdasarkan pengalaman penulis, ketika akan melakukan perjalanan yang relatif jauh dan dalam waktu lama, maka ada baiknya kita menyiapkan buku catatan mengenai jalur yang akan ditempuh. Diawali dengan mencatat waktu keberangkatan dari rumah, kondisi cuaca saat berangkat, dimana dan apa saja yang dilakukan selama singgah dalam perjalanan sebelum sampai di tempat tujuan,  sampai di tempat tujuan, dimana dan apa saja aktivitas yang dilakukan di tempat tersebut, demikian sebaliknya  hingga akhirnya sampai di rumah kembali.
Menceritakan sebuah perjalanan panjang dengan mewujudkan dalam bentuk tulisan , baik hanya untuk konsumsi sendiri atau dibuat menjadi bentuk artikel atau buku yang dipublikasi kepada banyak orang, merupakan cara kita memaknai sebuah perjalanan. Perjalanan panjang memiliki cerita menarik yang patut disebarkan untuk menjadi informasi kepada orang lain ketika menelusuri jalan dan tujuan yang sama, dan diharapkan juga menginspirasi orang untuk menulis juga cerita perjalanan panjangnya tersebut.
Cerita tentang sebuah perjalanan panjang akan semakin seru dan menarik untuk dipublikasikan ketika perjalanan itu untuk kegiatan rekrasi atau wisata ke tempat atau objek wisata yang menarik dan terkenal.  Kalau selama ini cerita tentang penjalanan wisata itu foto-fotonya dikirim ke media sosial dengan sedikit deskripsinya, maka sudah saatnya cerita itu ditulis lebih lengkap dan rinci lagi ke dalam sebuah artikel atau buku. Dengan adanya dukungan foto-foto pada diperjalanan dan sampai di tujuan, maka akan menambah menarik lagi tulisan yang kita buat tersebut.
Kecanggihan alat tekonologi komunikasi sekarang ini dapat menunjang dan mendukung kita dalam menulis cerita perjalanan panjang dalam rangka rekreasi atau berwisata dan tujuan perjalanan lainnya. Melalui kamera handphone yang canggih atau kamera yang biasa, kita dapat mengabadikan moment, tempat, dan sebagainya sebagai bahan dan pendukung tulisan yang akan dibuat.  Jadi, sekarang ini sudah semakin mudah dana canggih sarana pendukung tulisan yang akan dibuat, sehingga tinggal kemauan kita saja untuk menulis atau tidak.
Berdasarkan pengalaman penulis selama ini, bahwa untuk menulis cerita perjalanan panjang yang kita alami dilakukan sesudah sampai di rumah kembali dan sudah cukup siap untuk menulis. Mengapa menulis cerita perjalanan panjang itu perlu disegerakan? Proses penulisan cerita perjalanan itu perlu disegerakan, karena kemampuan daya ingat kita terbatas. Jika  menulis relatif lama dari perjalanan panjang itu dialami, maka dikhawatirkan akan banyak hal yang terlupakan dari perjalanan tersebut.
Menulis cerita dari perjalanan panjang yang telah dialami memerlukan sedikit konsentrasi untuk mengingat kembali apa saja yang pernah dialami maupun dilihat dalam perjalanan itu. Jika kita pada saat perjalanan panjang itu telah mencatat secara garis besar atau pokoknya saja, maka akan sangat membantu saat kita akan mengembangkannya lebih luas menjadi sebuah tulisan.
Selanjutnya, penulis berikan contoh artikel yang memaparkan tentang sebuah perjalanan yang judulnya “ Berburu Cempedak di Palam Banjarbaru  “ oleh  Maslani, yang isinya  Penulis mendapat ‘undangan’ dari, Ismail,  kawan yang rumahnya berada di Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru. Isi undangannya, bahwa penulis jika ke Martapura pada hari Ahad, 20 Januari 2019, agar mampir ke rumahnya di Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru, untuk panen buah cempedak yang ada di belakang rumahnya.
Rumah kawan yang ada  di Kelurahan Palam tersebut  tidak berada dekat dengan poros jalan Martapura (Kabupaten Banjar)- Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut). Namun, harus masuk jalan lagi sekitar 5-6 km dari jalan utama atau poros Martapura-Pelaihari. Kebetulan hari Ahad, 20 Januari 2019, memang ada rencana mau ke Martapura untuk menengok orangtua dan keluarga lainnya, maka ‘undangan’ tersebut penulis penuhi. Bersama isteri dan anak kami yang bungsu, Maulidina Rizkia, berangkat dari Pelaihari menuju Palam, Kota Banjarbaru menggunakan mobil yang biasa dibawa.
Ketika memasuki jalan menuju Palam, Kota Banjarbaru, sekitar pukul 11.00 WIT, cuaca terlihat makin mendung, meski belum ada hujan. Penulis memarkir mobil di halaman sebuah tempat rekreasi yang ada di Kelurahan Palam, untuk menghubungi Ismail  yang mengundang melalui telpon guna menanyakan arah jalan menuju ke rumahnya. Memang, dulu penulis sudah pernah ke rumahnya pada tahun 2016 lalu, tetapi setelah hampir 3 (tiga) tahun agak lupa arah masuk atau jalan ke rumah Ismail tersebut. Maklum, jalan yang ada di Palam tersebut cukup banyak juga.
Penulis menghubungi Ismail, namun yang menerima adalah isterinya, sedang yang bersangkutan ke kebun orangtuanya dan  hanphonenya  ditinggal. Ternyata penulis lupa dan tidak dapat mencari rumah Ismail tersebut, meski sudah diberikan informasi oleh isterinya melalui telpon. Pada akhirnya, penulis dijemput oleh isteri Ismail dengan sepeda motor pada suatu tempat yang berada di wilayah blok sebelah dari blok rumahnya tersebut.
Hujan mulai turun rintik-rintik ketika penulis sampai di rumah Ismail tersebut,  dan kemudian semakin lebat disertai suara petir yang mengiringi suasana hujan. Waktu itu sudah menujukkan pukul 12.00 WIT. Sambil menunggu hujan reda, penulis dan keluarga disajikan oleh tuan rumah  cempedak sebanyak 2 (dua) biji dan beberapa gorengan dari cempadak. 
Hujan masih belum reda juga, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIT. Ismail mengajak penulis, apakah mau menunggu hujan teduh memetik cempadak, atau sekarang saja meski hujan belum reda juga. Penulis mengatakan terserah Ismail saja, dan kalau menunggu hujan reda juga agak lama. Akhirnya, penulis beserta isteri dan anak serta ditemani Ismail dan isterinya ke belakang rumah untuk memetik cempadak yang buahnya lumayan banyak sambil membawa payung agar tidak basah kuyup.
Satu per satu buah cempedak diperiksa oleh Ismail yang punya kebun, karena kondisi cuaca yang kurang baik sehingga agak susah mencari dan memetik buah cempadak sudah tua atau matang. Ismail dan penulis mencoba memilah dan memilih mana cempedak yang sudah waktu dipetik atau matang, karena cukup sulit menentukan pilihan pada saat kondisi turun hujan. Meski pun memakai payung, tetap saja kena air hujan sehingga celana dan baju menjadi basah, hingga akhirnya penulis menyerahkan payung kepada anak penulis.
Ada sebanyak satu karung gula buah cempedak yang berhasil  kami petik dan dari buah cempadak yang sudah jatuh sebelumnya. Penulis sendiri yang memasukkan buah cempadak yang telah dipetik, ada yang masak, sudah tua, dan ada pula yang masih muda. Cempadak yang masih muda tersebut rencananya dimasak menjadi sayur.  Kegiatan berburu buah cempadak sudah selesai, lalu dilanjutkan dengan memetik buah rambutan dan buah pepaya yang berada di kebun belakang rumah Ismail tersebut.
Hujan masih belum juga reda ketika penulis dan keluarga pamit untuk pulang serya mengucapkan terima kasih atas pemberian buah cempadak, rambutan, dan pepayanya. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 14.30 WIT ketika penulis pulang dari rumah Ismail yang berada di Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru”.













Post a Comment for "Bagian 10. Buku JMMP-2019. Menulis yang Terdekat : MENULIS TENTANG SEBUAH PERJALANAN "