Bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan kita sebagai manusia adalah lingkungan sekitar kita, baik yang
berupa masyarakat, bangunan, maupun alam. Setiap lingkungan masyarakat dan alam
memiliki kondisi, keunikan, karakter, dan keragaman yang berbeda antara satu
tempat dengan tempat lainnya. Lingkungan sekitar yang sedemikian rupa tersebut
dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan yang tidak sedikit untuk dijadikan
tulisan dalam berbagai genre.
Masyarakat di sekitar kita yang
memiliki adat istiadat, tradisi, budaya, dan keunikan lainnya dapat kita
jadikan sumber inspirasi dan bahan tulisan. Misalnya kita menulis tentang asal
usul masyarakat setempat dengan menggali informasi dari berbagai sumber, baik
melalui kajian pustaka, observasi lapangan, wawancara, dan bentuk penggalian
informasi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Kemudian,
informasi tersebut kita kembangkan dengan menulisnya sesuai bentuk tulisan yang
kita inginkan, seperti sejarah, artikel, dan sebagainya.
Kondisi sosial kemasyarakatan di
sekitar yang unik dapat pula menjadi sumber inspirasi lainnya untuk dijadikan
tulisan. Tidak perlu kita datang ke suatu tempat yang jauh dan memerlukan
tenaga dan biaya, namun cukup melihat dan mencermati kehidupan dari masyarakat
yang terdekat dengan diri kita, atau bahkan kita juga merupakan bagian dari
masyarakat tersebut.
Mungkin, bagi kita yang hidup
menyatu dengan masyarakat tersebut, tidak menganggap masyarakat kita itu adalah
sesuatu yang biasa saja, bukan sesuatu yang unik. Namun, persepsi dan pandangan
orang lain ketika membaca tulisan kita akan berbeda, dan mungkin saja mereka
menganggapnya kehidupan sosial masyarakat kita tersebut termasuk sesuatu yang
unik dan menarik. Menurut kita biasa-biasa saja, tetapi menurut orang lain akan
berbeda persepsinya.
Sebagai contoh yang penulis dapat
berikan tentang kehidupan masyarakat di sekitar kita, misalnya tentang
kehidupan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan upacara pernikahan dan resepsi
perkawinannya, perayaan hari raya, dan berbagai bentuk upacara adat dan tradisi
lainnya. Ketika dipaparkan dalam tulisan yang baik, apalagi disertai gambar,
maka sesuatu yang kita angkat dalam tulisan itu akan dapat diketahui oleh
banyak orang yang membaca tulisan kita tersebut.
Selanjutnya, menulis tentang alam
yang ada di sekeliling kita. Terlepas apakah alam yang ada di sekeliling kita
tersebut berupa dataran, pegunungan, perairan, hutan, dan sebagainya. Alam
menjadi salah satu inspirasi yang banyak ditulis oleh penulis, apakah dalam
bentuk cerpen, artikel, puisi, lagu, dan lain-lain. Alam dapat menjadi latar belakang
sebuah tulisan, misalnya dengan menggambarkan atau memaparkan keadaan alam
dimana kita bertempat tinggal dan beraktivitas sehari-hari.
Alam dan lingkungan sekitarnya memberikan
banyak inspirasi bagi yang mau menulisnya dalam berbagai bentuk tulisan sesuai
dengan selera dan genre masing-masing penulis. Tinggal kita
saja, mau atau tidak menangkap makna
yang ada dibalik keindahan dan keunikan alam yang dihamparkan oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa. Tulisan dalam berbagai bentuk dan genre merupakan ekspresi dari penulis untuk mengungkapkan rasa
syukur dan menikmati keindahan alam sesuai dengan kemampuannya dalam menulis.
Dengan mengambil latar belakang
alam dan lingkungan sekitarnya diharapkan dapat memberikan nuansa dan keunikan
tersendiri dalam tulisan tersebut. Kenyataannya, bahwa alam dan lingkungan
sekitarnya memiliki keunikan dan karakter yang berbeda satu daerah dengan daerah
lainnya, terlepas apakah alam dan lingkungan sekitarnya itu kondisinya indah
atau kumuh, hijau atau gersang.
Menulis tentang alam dan
lingkungan sekitarnya merupakan sumber dan bahan menulis yang tidak terbatas
dan dapat digali dengan semaksimal mungkin, tergantung dengan misi dalam
menulisnya. Bagi penulis cerpen atau cerita fiksi, alam dan lingkungan
sekitarnya menjadi latarbelakang yang eksotik dalam cerpennya, sedangkan
penulis yang berlatar belakang petualang sejati dapat menjadikannya sebagai
‘syurga’ yang menginspirasi tulisannya.
Menulis tentang alam dan
lingkungan sekitarnya akan lebih dalam dan bermakna apabila penulis berinteraksi
langsung dengan alam tersebut. Berpetualang atau menjelajah alam langsung
sangat memberikan pengalaman fisik dan kejiwaan, sehingga kita dapat menyalami
dan merasakan lebih dalam lagi tentang alam tersebut. Misalnya menelusuri
sungai dengan menggunakan rakit bambu, menjelajari hutan belantara, menapaki
jalan menuju puncak gunung, dan sebagainya.
Dalam rangka menulis tentang alam
dan lingkungan sekitarnya, maka kita perlu memiliki informasi dan wawasan
tentang alam dan lingkungan sekitarnya tersebut, misalnya terkait dengan nama,
luas, letak geografis, dan berbagai informasi pendukung lainnya yang terkait
dengan yang kita kunjungi. Informasi
yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sekitarnya merupakan informasi dasar
yang patut diketahui secara umum maupun khusus, agar nantinya tulisan kita
memiliki dasar yang kuat.
Selanjutnya,
penulis berikan contoh artikel yang memaparkan tentang lingkungan sekitar yang ditulis
seorang guru yang pernah mengikuti Workshop Menulis Artikel yang
diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru
Indonesia) Tanah Laut angkatan II Maret, 2018 yang lalu, judulnya “ Keterbatasan
dan Prestasi Pendidikan di Pedesaan “ oleh
Edy Nugroho, yang isinya “ Menilai baik atau belumnya mutu pendidikan bangsa
ini, maka salah satunya dapat ditinjau dari mutu pendidikan di daerah pedesaan.
Tentunya, perbedaan mutu pendidikan di kawasan perkotaan dan pedesaan saat ini
masih sangat jauh. Pendidikan yang lokasinya berada dalam wilayah perkotaan
akan lebih unggul dibandingkan dengan pedesaan. Apakah kesenjangan mutu
pendidikan perkotaan dan pedesaan tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya
ketidakadilan perlakuan pendidikan di kota dan di desa?
Tetapi, asumsi tersebut di atas tidak sepenuhnya benar,
karena masih perlu dijabarkan apa kelebihan dan kekurangan dari pendidikan yang
berada di kawasan perkotaan dan pedesaan. Penulis, sebagai salah satu orang
yang pernah merasakan sendiri pendidikan di wilayah perkotaan. Penulis merasa
beruntung, karena pernah merasakan pendidikan di kota dengan segala fasilitasnya
yang tersedia. Tetapi, apakah saudara-saudara kita yang mengenyam pendidikan di
pedesaan, apakah mereka mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa yang
sekolah di kawasan perkotaan.
Kini, penulis merasakan sendiri mengajar di
pedesaan, banyak hal yang masih dirasakan kurang dari segi fasilitas, sarana
prasarana, dan tentunya daya dukung teknis yang multi komplek. Kondisi
pendidikan di pedesaan cukup mengandalkan faktor nonteknis, yaitu semangat,
ketulusan, dan dedikasi. Hal inilah yang meyakinkan penulis dan teman-teman
yang bertugas di sekolah untuk mengejar dan meningkatkan mutu pendidikan di
pedesaan
Dalam beberapa hal, justru siswa dari sekolah
yang berada di pedesaan telah menunjukkan prestasi luar biasa dibanding dengan
siswa di perkotaan. Salah satunya dari sisi semangat belajar, sehingga dengan
berbagai keterbatasan, muncul siswa yang
memiliki semangat belajar luar biasa dan berprestasi.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
telah diserap pula oleh anak-anak di perkotaan, sehingga telah menjadi
pemandangan sehari-hari mereka tidak dapat terlepas dari gadget. Sementara
itu, anak-anak di pedesaan masih belum
semuanya memiliki alat teknologi informasi dan komunikasi.
Tetapi,
dampak dari teknologi informasi dan komunikasi yang negatif, juga telah
banyak menelan korban anak-anak di perkotaan, sedangkan bagi anak-anak di
pedesaan tidak begitu banyak yang terkena pengaruhnya. Dampak negatif dari teknologi informasi dan
komunikasi dapat dilihat pada saat menjelang Maghrib. Anak-anak di perkotaan masih sibuk di depan
televisi, mesin PS, atau sedang
berselancar di dunia maya, sementara anak-anak di pedesaan terlihat banyak yang
telah siap untuk pergi ke mesjid, mushola dan langgar untuk melaksanakan ibadah
shalat, mengaji, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Sementara itu, keadaan di sekolah pun juga
berbeda antara di perkotaan dengan di
pedesaan. Fasilitas sekolah perkotaan relatif lebih maju dibandingkan dengan
pedesaan. Siswa yang bersekolah di perkotaan memakai seragam bagus, bersih, dan
rapi, serta memakai sepatu. Sedangkan siswa
di sekolah pedesaan, masih jauh dari kata cukup, walaupun ada satu atau
dua siswa yang berpenampilan yang memakai seragam yang baik, dan terlihat
berbeda jauh dengan kawan-kawannya.
Keadaan geografis di pedesaan dengan kondisi
perbukitan, pegunungan, rawa, perairan, atau pesisir pantai merupakan medan
‘pertempuran’ dan ‘santapan’ sehari-hari bagi siswa. Kondisi alam dan geografis
yang relatif berat tersebut yang akhirnya membentuk semangat juang mereka untuk
tidak mau menyerah dan kalah dengan
saudara mereka yang berada di perkotaan. Terbukti dengan prestasi yang mereka
torehkan, baik prestasi yang akademis
maupun prestasi non akademis.
Demikian pula, dengan kawan kawan guru yang
bertugas sebagai pengajar di pedesaan, agar
lebih bersemangat lagi untuk melaksanakan tugas mulia mencerdaskan anak
bangsa, meskipun jauh dari perkotaan dan serba terbatas. Kondisi geografis alam
dengan keterbatasannya, diharapkan tidak menyurut semangat dan melemahkan motivasi untuk mengabdi dan berbakti sebagai guru.
Dengan modal kemauan dan semangat yang tinggi, guru dapat mewujudkan mimpi
siswa di pedesaan dalam meraih harapan dan cita-cita mereka”.
Post a Comment for "Bagian 9. Buku JMMP-2019. Menulis yang Terdekat : MENULIS TENTANG LINGKUNGAN SEKITAR"