Perjalanan wisata di kawasan
hutan dan puncak meranti masih dilanjutkan. Sekitar pukul 11.10 WITA pada Ahad,
22 September 2019, rombongan dari kedua bus sudah berad di parkiran dekat kawasan hutan
meranti. Sebagian membawa nasi makan siangnya ke dalam hutan meranti, namun
lebih banyak yang makan di warung dekat parkiran bus, termasuk penulis sendiri.
Penulis bersama Agus Darmadi, M.Pd, Bahtiar, S.Pd, Tri Susilo, S.Pd ,dan
H.Sibawaihi, S.Pd menyantap makan siang di sebuah warung yang tidak berjualan
lagi, tetapi kursi dan meja masih ada.
Sesudah menyantap makan siang
yang ada, penulis beranjak untuk jalan-jalan melihat kondisi hutan meranti yang
ada seberang tempat makan tadi.
Penulis masuk melalui pintu
gerbang hutan meranti yang tidak jauh dari tempat parkir bus. Saat masuk hutan
meranti yang dikelilingi dengan pagar tembok tersebut, penulis tidak melihat
ada kawan yang berada di hutan tersebut. Setelah masuk sekitar 10 meter dari
pintu gerbang, penulis ada beberapa kawan yang duduk santai di bawah rimbunya
pohon meranti yang besar-besar dan tinggi.
Di dalam kawasan hutan meranti
tersebut terdapat arena bermain anak dan orang dewasa, namun kondisi kurang
terawatt, bahkan playingfox yang di
dalam hutan tersebut sudah tidak berfungsi lagi, meski tali-talinya masih ada.
Demikian pula dengan binatang yang ada dalam kandang di kawasan itu, terlihat
kurang terawat. Penulis sendirian menelusuri jalan setapak yang dikuatkan dengan
semen sambil memperhatikan pohon meranti yang tumbuh besar, lurus, dan tinggi.
Kalau menurut data, bahwa pohon-pohon tersebut ditanam sejak 30 tahun yang
lalu, dan sekarang menjadi hutan buatan yang isinya khusus pohon meranti saja.
Penulis bertemu dengan
kawan-kawan yang duduk santai di dalam hutan meranti yang rindah. Ada Surya
Winarna, S,Pd, Hardianto, S.Pd, H.Jufri, dan Saptadi, M.Pd . Mereka sedang
duduk di bangku, dan penulis duduk sebentar dengan mereka. Kemudian penulis
meneruskan jalan-jalan untuk melihat dari dekat tulisan atau label yang ada di
setiap pohon meranti. Penulis tidak mengerti dengan tulisan atau label yang ada
di setiap pohon tersebut, karena hanya ada angka-angka yang mungkin kode
pemeriksaan atau perkiraan umur pohon.
Selama ini penulis belum pernah
melihat langsung bentuk pohon meranti, hanya mendengar atau melihat gambar atau
bentuk lainnya. Dengan memasuki kawasan hutan meranti yang ditanam sekitar 30
tahun lalu, penulis dapat melihat secara langsung bentuk pohon meranti yang
sesungguhnya. Pohonnya seperti pohon beringin tetapi batangnya lurus dan jarang
ada dahan, terlebih lagi ditanamnya secara rapat atau berdekatan. Penulis
mendapatkan pengetahuan baru dan wawasan baru tentang pohon meranti dan
perlunya menjaga dan melestarikan lingkungan, karena Indonesia itu paru-paru
dunia.
Penulis keluar dari kawasan hutan
meranti sekitar pukul 11.45 WITA dan langsung masuk bus. Sambil menunggu
penumpang bus yang lain, penulis istirahat di dalam bus bersama sopir dengan
mendengarkan alunan musik. Tidak berapa kemudian penumpang bus mulai
berdatangan dan memasuki bus masing-masing. Pada sekitar pukul 11.50 WITA bus
berangkat dari kawasan hutan meranti menuju pelabuhan ferry Tanjung Serdang,
Kotabaru.
###studitourktb-2019###
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN STUDI TOUR KE KOTABARU-2019. Bagian 29. Jalan-jalan di Tengah Hutan Meranti"