Sebagaimana
penulis sampaikan sebelumnya, bahwa potensi dan kemampuan menulis seseorang,
khususnya yang berprofesi sebagai guru, sangat besar dan berpeluang menjadi
penulis yang produktif atau bahkan profesional. Masalahnya hanya terletak pada
kemauan, percaya diri, dan
berkonsentrasi untuk memulai menulis yang masih belum tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Banyak
guru yang memiliki kemauan untuk menulis, tetapi belum percaya diri untuk
memulai menulisnya, bahkan ada guru yang sudah memiliki tulisan artikel atau
sejenisnya, tetapi belum berani mengirimkan naskah artikel tersebut ke media
massa cetak atau koran. Kenyataan demikian penulis temukan dalam beberapa
pertemuan dan kegiatan pelatihan menulis artikel selama ini.
Keberanian
dan percaya diri memang menjadi salah satu faktor untuk menjadi penulis.
Menulis, menulis, dan menulis adalah tips
yang perlu dipahami bagi penulis pemula yang terkadang masih kurang percaya
diri (pede) atas hasil tulisannya,
apalagi jika mau diterbitkan pada koran. Kemampuan menulis bertambah dan terus
bertambah apabila kita rajin menulis, menulis, dan menulis. Menulis tentang apa
saja yang kita alami, kita rasakan, kita lakukan, ataupun kita alami selama
ini. Apakah menulis tentang perjalanan hidup kita sendiri, pengalaman pertama
menjadi guru, mengikuti kegiatan pelatihan atau diklat, kegiatan kedinasan,
kehidupan di sekolah, dan sebagainya.
Tulislah
apa yang kita alami karena lebih mudah menulisnya, dan jangan dipikirkan dulu
baik atau bagusnya tulisan kita. Tulis saja semaksimal mungkin dengan
mengarahkan daya pikir dan nalar yang ada untuk memberikan nilai lebih pada
tulisan kita. Kemampuan menulis
masing-masing kita memang berbeda, tetapi bukan berarti kita tidak dapat
menulis apa kita alami selama ini.
Ketika tulisan yang telah kita anggap selesai, maka selanjutnya kita
membaca beberapa kali hasil tulisan untuk melakukan editing atau perbaikan tulisan kita agar menjadi lebih baik lagi.
Pada
kesempatan ini, penulis mengutip pendapat Buya Hamka, seorang ulama, pujangga,
dan penulis besar Indonesia. Buya Hamka pernah ditanya seseorang bagaimana
beliau menjadi seorang penulis, beliau menjawab “saya hanya mengutip, meringkas atau mengembangkan, mengambil hal-hal
yang menarik, saya cerna kemudian analisa,
saya tambahkan bahan referensi yang sesuai, saya hubung-hubungkan,
ditambah sedikit imajinasi, saya tuliskan ulang dengan kata-kata sendiri, saya
cantumkan nama, maka jadilah saya seorang penulis”.
Menulis
diera digital ini bukan sesuatu yang asing bagi banyak orang. Hampir setiap
saat orang melakukan aktivitas menulis di smartphone
dan gedget lainnya untuk meng-up date status dirinya melalui media sosial yang hampir semua orang
memilikinya. Hanya pertanyaannya, apakah aktivitas tersebut termasuk katagori
menulis? Ya, secara umum, bahwa apapun yang berhubungan dengan ditulis tentang
sesuatu sudah termasuk menulis.
Hari-hari
diera digital ini komunikasi melalui tulisan sangat aktif dan dilakukan oleh
banyak orang. Mungkin ribuan atau jutaan tulisan berkeliaran di dunia maya
melalui berbagai aplikasi yang ada smartphone dan gadget
lainnya, sehingga di dalam smartphone
penuh dengan tulisan dari orang yang tergabung dalam group atau anggota
aplikasi media sosial yang ada di dunia maya.
Lalu
bagi kita sebagai guru, apa yang mestinya kita tulis? Sejatinya apa saja dapat
guru tulis yang sudah, sedang, atau akan dilakukan. Ketika kita sudah terbiasa
menulis apa yang sudah, sedang, atau mungkin yang akan dilakukan, maka akan
semakin menambah kemampuan menulis dan memperkaya perbendaharaan kosakota kita.
Kemampuan menulis itu tidak sekedar hanya dipelajari dari informasi oleh pelatih
atau pembimbing dalam kegiatan pelatihan atau workshop. Terori tentang menulis itu memang perlu, tetapi praktik
menulis itu lebih penting lagi.
Menulis
tentang apa saja yang kita lakukan atau alami tentunya lebih mudah kita
menulisnya. Misalnya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan setiap harinya di
sekolah. Apa saja yang kita persiapkan, saat kegiatan pembelajaran, masalah
atau kendala dalam proses pembelajaran, akhir pelajaran, dan seterusnya. Banyak
bahan atau materi yang dapat kita jadilakn sebuah tulisan yang bernuansa atau
berlatar belakang proses pembelajaran, sekolah, dan dunia pendidikan lainnya.
Guru
memiliki banyak kesempatan dan peluang yang cukup besar dalam hal menulis,
karena lingkungan dan dunia pendidikan sangat kompleks dan beragam hal ada di
dalamnya. Tema ata topik masalah dalam dunia pendidikan sangat banyak, mulai
dari masalah kurikulum, buku, siswa, guru, ujian nasional, UKG, sarana dan prasaran sekolah, orangtua,
masyarakat, kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah berkaitan dengan guru
dan dunia pendidikan Indonesia pada
umumnya, dan permasalahan pendidikan lainnya.
Post a Comment for "Bagian 3. Buku JMMP-2019. BAGAIMANA MEMULAI MENULIS?"