Bagian 2. Buku JMMP-2019. GURU, FIGUR INSPIRASI MENULIS


Guru sudah atau bahkan setiap hari memberikan pelajaran kepada anak didiknya untuk menulis. Hal itu  sudah menjadi hal yang lumrah dan mudah dilakukan oleh guru. Lalu, mengapa ketika guru itu sendiri disuruh menulis, ia mengeluh dan mengatakan tidak dapat menulis?.  Sudah sepatutnya, guru menjadi motivator dan contoh bagi anak didiknya dalam hal menulis. Guru dapat  menulis apa saja  tentang profesinya sebagai guru dan dunia pendidikan pada. Permasalahannya, tergantung pada kemauan guru , dan kapan mengawali menulis itu sendiri. Sejatinya kegiatan menulis tidak dapat dilepaskan dari profesi seorang guru, karena menulis merupakan salah satu cara guru mengembangkan profesinya agar terus terjaga dan meningkat, terlebih pada era digital sekarang.
Dunia pendidikan merupakan dunia yang sangat komplek dan dinamis. Perkembangan  teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi sekarang ini juga memberikan andil yang tidak sedikit bagi dunia pendidikan.  Guru sebagai agen pembaharuan tentunya harus mengikuti proses perkembangan tersebut, sehingga tidak ketinggalan informasi dan gagap  teknologi. 

Menulis dan profesi guru adalah dua hal yang harusnya sejalan dan  mampu saling mendukung. Misalnya, permasalahan guru dalam pembelajaran di kelas dapat menjadi sumber inspirasi untuk ditulis dalam bentuk tulisan formal seperti  laporan penelitian tindakan kelas (PTK) , paparan hasil inovasi pembelajaran (Inobel), makalah  best praktice, dan sebagainya. Dengan menulis, guru dapat memberikan solusi bagaimana memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, dan tulisan tersebut menjadi bukti outentik dan bermanfaat bagi guru itu sendiri maupun pihak lain. Dengan menulis, guru telah menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya bagi khazanah dunia pendidikan.
Memulai menulis dari yang terdekat dengan kegiatan profesi guru dan dunia pendidikan. Menulis tentang cara menghadapi anak didik yang ‘nakal’, cara menyajikan materi pelajaran yang dianggap ‘sulit’, atau penggunaan media pembelajaran yang sederhana, dan sebagainya. Kuncinya menulis itu adalah kemauan. Kemauan untuk maju, kemauan untuk mencari ilmu pengetahuan baru atau pengalaman baru, dan tentunya yang penting adalah kemauan untuk menulis
Menulis merupakan bagian dari olah pikir dan hati yang terpadu dalam bentuk tulisan mewujudkan ide dan gagasan yang berhubungan dengan fenomena yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam aktivitas profesi kita sebagai guru. Dengan menulis berarti kita mewujudkan ide dan gagasan yang terpendam dalam alam pikiran kita, tidak hanya disimpan di alam pikiran kita.  Menulis harus diwujudkan dan dipraktikkan, bukan sekedar hanya dalam tataran teori atau konsep yang disampaikan kepada anak didik semata, tetapi guru memberikan contoh nyata apa dan bagaimana menulis tersebut.
Masih banyak guru yang hanya mencukupkan diri sebagai konsumen dan pembagi ilmu pengetahuan kepada siswanya, tanpa mau berpikir, bagaimana memproduksi ilmu pengetahuan itu sendiri melalui menulis ide dan gagasan yang inovatif dan kreatifitasnya. Menulis untuk menuangkan ide dan gagasan kreatifnya dalam masalah pembelajaran dan  bidang pendidikan pada umumnya, sehingga banyak tulisan atau buku yang berkaitan dengan pembelajaran dan pendidikan. Kemampuan dan daya kreativitas yang dimiliki guru,  bukan hanya disampaikan dan dipompakan kepada siswanya saja,  tetapi juga mestinya diimplementasi oleh guru tersebut dalam bentuk karya tulis yang nyata dan orisinil.
Mengutip suatu pepatah yang berbunyi “ Segala sesuatu  musnah kecuali perkataan yang tertulis”, maka tentunya budaya menulis perlu ditumbuhkan di kalangan guru,  agar apa yang dimiliki dan diajarkannya menjadi sesuatu yang ‘abadi’  dan bermanfaat bagi orang lain kelak dikemudian hari. Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Ja.far ash-Shadiq yang dikutip  dalam buku Jamal Ma,mur Asmani, yaitu”  Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Menulis sebagai bentuk ekspresi diri dan profesionalisme guru sangat diperlukan agar pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru dapat dipelajari dan diimplementasikan oleh guru-guru yang lain, sekecil apapun karya yang dituangkan ke dalam tulisan tersebut.Budaya menulis yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan guru, karena  setiap hari guru menemukan berbagai kejadian dan permasalahan dalam kegiatan profesinya, yaitu mendidik dan mengajar. Ada seribu satu macam kejadian dan masalah yang ditemukan dalam proses pendidikan di sekolah.
Kejadian dan masalah itu ada yang berkaitan dengan siswa, materi pelajaran, metode, media, evaluasi, dan sebagainya. Semua itu dapat  menjadi bahan yang aktual dan faktual yang ditemui guru dimanapun ia bertugas sebagai guru, apakah di sekolah yang maju dan lengkap sarana dan prasarana , atau di sekolah yang ‘terkebelakang’ dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas dan serba kekurangan.
Dengan demikian, kejadian dan masalah yang terjadi di dalam ruang lingkup pekerjaan atau profesi sebagai guru tersebut menjadi sumber informasi dan bahan yang sangat berharga dan bermanfaat ditangan  guru yang kreatif dan profesional  untuk  dituangkan dalam karya ilmiah, baik namanya  PTK (penelitian tindakan kelas) PTS (penelitian tindakan sekolah) ,artikel, dan sebagainya.
Sosok guru merupakan figur pribadi yang semestinya dapat menginspirasi dan memotivasi siswa dalam banyak hal positif, salah satunya minat baca siswanya. Ketika guru memberikan contoh perilakunya gemar menulis, maka siswanya akan ada yang terinspirasi untuk mengikuti jejak gurunya menulis pula. Beranjak dari hal tersebut guru harus memberikan motivasi kepada siswanya untuk lebih banyak lagi membaca, baik buku, majalah, koran, dan sumber informasi lainnya. Pengungkapan pengalaman pribadi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana persepsi siswa terhadap guru. Pandai-pandailah guru membawa diri untuk dapat menginspirasi dan memotivasi dalam menggemakan minat baca dan kemudian menulis kembali yang dibacanya tersebut.




Post a Comment for "Bagian 2. Buku JMMP-2019. GURU, FIGUR INSPIRASI MENULIS"