Sudah selayaknya, guru harus memiliki
komitmen guna menghasilkan buku,
setidaknya satu buku selama pengabdiannya menjadi guru. Mengapa guru
harus menulis dan menerbitkan buku? Guru
itu ‘gudang’ ilmu dan pengalaman selama mengabdikan dirinya menjadi guru yang
berpuluh-puluh tahun. Selama berpuluh tahun guru bergalut dalam dunia
pendidikan, dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu angkatan siswa ke
angkatan siswa berikutnya, dari
kurikulum yang lama ke kurikulum yang baru, dan sebagainya.
Keilmuan dan pengalaman guru yang
terpendam berpuluh-puluh tahun harusnya dapat diungkap dan dituliskan dalam
sebuah buku. Dari sekian juta guru yang ada di Indonesi saat ini, kalau saja
satu guru menulis sebuah buku tentang pengetahuan dan pengalamannya selama menjadi guru selama ini, maka tentu ada jutaan buku yang
terbit dan menghiasi berbagai toko buku dan perpustakaan di Indonesia. Namun
sayang, mungkin dari seribu guru yang hanya ada 1 atau 2 guru yang menulis dan
menerbitkannyan menjadi sebuah buku.
Gerakan Literasi Nasional (GLN) , program Satu Guru Satu Buku
(Sabusaku) , atau kebijakan dan kegiatan
yang menginisiasi guru menulis lainnya, diharapkan menjadi wahana dan sarana
untuk membangkitkan potensi dan motivasi guru menulis. Dari jumlah guru
Indonesia yang jumlahnya relatif besar
tersebut, maka tentunya memiliki potensi
yang besar pula dalam menulis buku.
Bagi guru untuk mengumpulkan
angka kredit kenaikan pangkat sejak
golongan Penata Muda Tk I /III.b untuk naik ke Penata /III.c sudah wajib mengumpulkan dan memiliki angka
publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan seterusnya. Publikasi ilmiah tersebut adalah (1)
presentase di forum ilmiah, (2) hasil penelitian, (3) tinjauan ilmiah, (4)
tulisan ilmiah populer, (5) artikel ilmiah, (6)
buku pelajaran, (7) modul/diktat, (8) buku dalam bidang pendidikan, (9)
buku terjemahan, dan (10) buku pedoman guru.
Dari berbagai macam publikasi
ilmiah tersebut, pada umumnya bentuk penilitian ilmiah dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) lebih banyak dibuat oleh guru untuk kepentingan naik
pangkat. Dari karya PTK tersebut
selanjutnya dapat dijadikan pula menjadi sebuah buku, atau artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam
bentuk jurnal.
Dengan adanya PTK sebagai salah
satu bentuk publikasi ilmiah diharapkan
dapat mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru sehari-hari dengan
cara ilmiah, sehingga dapat dicontoh atau diaplikasikan oleh guru lain atau
sekolah lain. Selain itu, ketika PTK
tersebut dipublikasikan melalui seminar, diterbitkan dalam jurnal ilmiah, dan
dibukukan, maka diharapkan akan menjadi pengimbasan yang dapat memotivasi dan
menginspirasi banyak guru guna mewujudkan sebuah pembelajaran yang bermutu.
Sebagaimana disebutkan di atas,
bahwa ada 10 jenis atau bentuk yang
termasuk kelompok publikasi ilmiah, namun pada kenyataannya banyak guru yang
terfokus pada PTK semata dalam pengusulan angka kredit kenaikan pangkat.
Seandainya saja, dari sekian banyak
jenis atau bentuk publikasi ilmiah
tersebut ada separo dibuat untuk pengusulan angka kredit kenaikan pangkat, maka
tentu guru dapat memperoleh angka kredit
dari publikasi ilmiah, misalnya membuat modul/ diktat pelajaran, buku
pedoman guru, tulisan ilmiah populer, dan sebagainya.
Berbagai cara dan upaya yang
dirancang untuk memudahkan kenaikan pangkat guru sebenarnya sudah diberikan
oleh Pemerintah, baik secara prosedural maupun kemudahan birokrasi lainnya
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan guru melalui kenaikan
pangkat yang lancar dan memenuhi prosedural yang ditentukan. Terkait dengan publikasi ilmiah, khusunya
PTK, diharapkan guru melaksanakan
kegiatan penelitian tindakan kelas yang benar dan memenuhi kreteria APIK, yaitu
Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten.
Guru merupakan agen pembaharuan,
yang salah satunya melalui pembaharuan
dalam pembelajaran melalui kegiatan PTK sebagai bentuk kajian ilmiah guru. Guru senantiasa melakukan pembaharuan dan
inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri,
dan pada muaranya peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Guru Indonesia memang sangat
besar dan berpotensi menulis dan menerbitkan buku, baik secara perorangan
maupun bersama, dari berbagai genre,
daerah, kondisi geografis, dan berbagai latar belakang lainnya. Betapa luar
biasa dan dahsyatnya apabila jutaan guru yang ada di Indonesia menulis dan
menerbitkan buku. Ayo guru Indonesia menulis dan menerbitkan buku.
Post a Comment for "Bagian 1. Buku JMMP-2019. GURU, MENULIS, DAN BUKU"