Setelah mempersiapkan segala
sesuatunya yang perlu dibawa untuk perjalanan panjang selama 5 hari, penulis
bersama anak nomor dua, Muhammad Munawir Akbari, berangkat menggunakan mobil
sendiri dari rumah di Pelaihari, Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada Sabtu, 29
Juni 2019. Hari masih pagi, sekitar pukul 09.00 WIT, dan kondisi cuaca saat itu
juga sangat cerah. Sesusah berpamaitan dengan keluarga yang tinggal di rumah,
penulis pun segera meluncur menuju ke arah Martapura, dan selanjutkan menuju
tujuan persinggahan sementara di Paringin, Ibukota Kabupaten Balangan.
Kondisi lalu lintas di jalan dari
arah Pelaihari, Ibukota Kabupaten Tanah Laut menuju Martapura, Ibukota
Kabupaten Banjar relatif lengang dan lancar,
hanya ketika memasuki kawasan Kecamatan Bati-Bati sudah arus lalu lintas semakin pada dari arah
Banjarmasin, namun lalu lintas masih lancar. Sekitar pukul 10.30 WIT, sampai di
Martapura, penulis mampir sebentar di salah satu mini market untuk membeli
minuman dan makanan ringan guna keperluan selama dalam perjalanan.
Kemudian, ketika sampai di daerah
Tambak Anyar, tidak jauh dari Kota Martapura, penulis kembali berhenti untuk
membeli kue untuk oleh-oleh yang akan diberikan kepada keluarga kawan yang akan
dituju. Ananda Muhammad Munawir Akbari penulis minta untuk membeli kue yang
akan dijadikan oleh-oleh tersebut. Seusai membeli kue tersebut, perjalanan
dilanjutkan kembali. Kondisi arus lalu lintas pagi menjelang siang itu di daerah
Tambak Anyar hingga Astambul terus mengalami kepadatan, baik dari arah hulu
sungai maupun dari Banjarmasin.
Semakin siang kondisi arus lalu
lintas di jalan trans Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Selatan, Tengah,
dan Timur tersebut semakin padat,
sehingga dibeberapa titik laju mobil penulis harus dipelankan. Kondisi lalu
lintas semakin padat ketika memasuki daerah Binuang, Kabupaten Tapin, karena
kondisi jalan yang relatif sempit, sedangkan daerah tersebut banyak terdapat
truk pengangkut batubara berukuran besar yang melintas di wilayah tersebut.
Maklum, daerah sekitar Binuang tersebut merupakan salah satu daerah penghasil
utama batubara di Kalimantan Selatan.
Sesudah melaksanakan shalat di
Masjid Raya Nurul Falah Rantau, Ibukota Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan
Selatan, penulis melanjutkan perjalanan kembali untuk menuju Paringin, Balangan
sesuai dengan rencana sebelum menuju tujuan utama ke Tamiang Layang, Barito
Timur, Kalimantan Tengah. Sekitar pukul 13.15 WIT, penulis memasuki Kandangan,
Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), yang memilik kuliner khas dan unik
yaitu katupat dan dodol Kandangan.
Perut sudah terasa lapar setelah
menjalani perjalanan panjang dari rumah di Pelaihari, meski pagi tadi sudah
makan nasi kuning sebagai menu sarapan pagi. Akhirnya penulis putuskan untuk
makan siang di daerah sekitar Kota Kandangan, dan menu yang mau disantap siang
itu makanan khas kota ini, yaitu katupat Kandangan. Seusai memarkirkan mobil di
tepi jalan raya trans Kalimantan, penulis bersama ananda Muhammaad Munawir
Akbari memasuki warung yang siang itu cukup banyak pelanggan mampir di sana.
Penulis memesan katupat Kandangan, sedangkan anak penulis memesan nasi sop.
Saat menunggu makanan yang dipesan datang
penulis menyempatkan untuk mengontak melalui WA Hj, Herniyanti, kawan saat
kuliah penulis yang memesan buku penulis, Jalan Mudah Menjadi Penulis, untuk
mengabarkan bahwa posisi penulis sudah di Kandangan. Sesuai rencana sebelumnya,
bahwa buku pesanan tersebut akan penulis serahkan dalam rangka perjalanan
menuju Paringin tersebut. Seusai makan siang, penulis segera meluncur kembali
menuju Barabai, Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, untuk bertemu dengan
Hj.Hernianti.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 1. Edisi Makan Siang Katupat Kandangan"