Bagian 5. Buku JMMP-2019. MENULIS UNTUK MENATA MASA DEPAN


Perjalanan hidup kita sejak lahir sampai saat ini,  merupakan sebuah perjalanan yang relatif panjang dan memuat banyak pengalaman yang beraneka ragam, baik pengalaman yang sedih maupun gembira. Semua itu,  sudah dialami dan dilalui dalam perjalanan hidup kita selama ini. Kesedihan dan kegembiraan merupakan dinamika yang sunnatullah dalam kehidupan seorang anak manusia, tanpa melihat apapun satus sosialnya.
Ketika merenung dan mengingat masa lalu, kita tentunya akan menemukan banyak pengalaman yang dapat menjadi bahan 'baku' untuk dapat dijadikan sebagai bahan tulisan, terlepas apakah itu kisah sedih atau gembira. 
Masalahnya, apakah kita mau mengangkat pengalaman masa lalu kita tersebut menjadi sebuah tulisan, yang setidaknya menjadi pembelajaran bagi diri kita sendiri pada masa kini dan mendatang. Melalui menulis tentang apa yang pernah kita alami selama ini, kita juga berarti berbagi pengalaman kepada banyak orang yang ada di sekitar kita.
Melalui menulis perjalanan dan pengalaman hidup kita sendiri, maka berarti kita mau belajar dari masa lalu. Bukankan setiap pengalaman dalam perjalanan hidup kita ada hikmah yang dapat kita petik?

Menulis itu menjadi sebuah cara kita untuk belajar memperbaiki kehidupan kita selanjutnya agar lebih baik lagi dari masa lalu. Prinsifnya, hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari pada hari ini.
Mungkin saja, mengungkapkan perjalanan dan pengalaman hidup masa lalu dapat dilakukan dengan cara mengisahkan atau menceritakan secara lisan atau ucapan kepada orang lain yang terdekat dengan kita. Namun, ucapan atau cerita tersebut tentunya tidak bertahan lama dan tidak memiliki 'bukti fisik' yang kuat untuk dijadikan dokumen kehidupan kita. Nah, dengan menulis dan membukukannya, tentunya perjalanan dan pengalaman hidup yang terjadi di masa lalu itu akan lebih 'kuat' dan dapat bertahan lama.
Menulis perjalanan dan pengalaman masa lalu menjadi cara dan upaya kita untuk bercermin dan belajar dari pengalaman masa lalu,  agar masa mendatang kita dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas hidup kita. 
Dalam proses mencari jatidiri dan kemapanan kepribadian, maka salah satu caranya adalah  mengingat dan belajar dari masa lalu kita sendiri. Dengan menulis pengalaman kita dapat memahami kehidupan masa lalu untuk menjadi perbelajaran bagi masa  depan.
Menulis itu sejatinya menjadikan kita selalu menggunakan olah pikir dan olah rasa kita untuk menggambarkan dan mendiskripsikannnya dalam bentuk tulisan. Kita mengembangkan kemampuan dan daya imajinasi untuk mengungkapkan dan mengekspresikan sesuatu yang bersifat abstrak dalam alam pikiran kita. Melalui tulisan itulah, sesuatu yang bersifat abstrak atau bayang-bayang menjadi berwujud dalam bentuk tulisan.
Dengan menulis, pikiran dan imajinasi kita mengalami perkembangan dan dinamika, tidak bersifat statis dan terpaku pada satu keadaan saja. Melalui menulis inilah kita 'memaksa' otak dan imajinasi kita bergerak mengolah dan memproduksi kata yang tertuang dalam bentuk tulisan. Terlepas, apakah hasil tulisan itu baik atau tidak menurut etika penulisannya, yang penting kita keluarkan dan tulis dulu kata-kata tersebut.  Kata yang keluar saat menulis, mengalir seiring dengan kemampuan pikir dan imajinasi kita saat menuangkannya dalam bentuk tulisan, sehingga besar kemungkinan belum pasti baik sesuai etika penulisannya.
Ketika kita menulis sesuatu masalah, maka pada saat itu kita mulai berpikir tentang sesuatu di masa depan, apakah itu sebuah harapan, cita-cita, atau keinginan yang akan diwujudkan. Konsep, ide, gagasan, ataupun pemikiran yang kita tuangkan dalam tulisan kita merupakan suatu harapan atau bahkan menjadi prediksi untuk masa depan. Ketika tulisan itu dituangkan, maka pada umumnya tulisan tersebut masih masih berupa konsep, ide, gagasan dan pemikiran yang belum atau akan diwujdukan dikemudian, baik oleh kita sendiri atau pihak lain.
Menulis itu pada hakikatnya kita memikirkan tentang sebuah masa depan. Tidak penting apakah yang kita tulis itu sesuatu yang sangat sederhana atau tidak penting bagi diri kita sendiri. Menulis menjadi sarana bagi penulis untuk mengungkapkan konsep, ide, gagasan, ataupun pemikiran dirinya yang berkaitan dengan masa depan dirinya, lingkungannya, atau yang lebih luas bangsa dan negaranya. Penulis-penulis besar seperti almarhum BUYA HAMKA  telah mempersembahkan karya besar meraka bagi masyarakat, bangsa dan negara yang berada dan hidup di masa depan, bukan masa penulis itu masih hidup.









Post a Comment for "Bagian 5. Buku JMMP-2019. MENULIS UNTUK MENATA MASA DEPAN"