Perjalanan
hidup kita sejak lahir sampai saat ini, merupakan sebuah perjalanan yang
relatif panjang dan memuat banyak pengalaman yang beraneka ragam, baik
pengalaman yang sedih maupun gembira. Semua itu, sudah dialami dan
dilalui dalam perjalanan hidup kita selama ini. Kesedihan dan kegembiraan
merupakan dinamika yang sunnatullah dalam kehidupan seorang anak manusia, tanpa
melihat apapun satus sosialnya.
Ketika
merenung dan mengingat masa lalu, kita tentunya akan menemukan banyak
pengalaman yang dapat menjadi bahan 'baku' untuk dapat dijadikan sebagai bahan
tulisan, terlepas apakah itu kisah sedih atau gembira.
Masalahnya,
apakah kita mau mengangkat pengalaman masa lalu kita tersebut menjadi sebuah
tulisan, yang setidaknya menjadi pembelajaran bagi diri kita sendiri pada masa
kini dan mendatang. Melalui menulis tentang apa yang pernah kita alami selama
ini, kita juga berarti berbagi pengalaman kepada banyak orang yang ada di
sekitar kita.
Melalui
menulis perjalanan dan pengalaman hidup kita sendiri, maka berarti kita mau
belajar dari masa lalu. Bukankan setiap pengalaman dalam perjalanan hidup kita
ada hikmah yang dapat kita petik?
Menulis itu
menjadi sebuah cara kita untuk belajar memperbaiki kehidupan kita selanjutnya
agar lebih baik lagi dari masa lalu. Prinsifnya, hari ini lebih baik dari hari
kemarin, dan hari esok lebih baik dari pada hari ini.
Mungkin
saja, mengungkapkan perjalanan dan pengalaman hidup masa lalu dapat dilakukan
dengan cara mengisahkan atau menceritakan secara lisan atau ucapan kepada orang
lain yang terdekat dengan kita. Namun, ucapan atau cerita tersebut tentunya
tidak bertahan lama dan tidak memiliki 'bukti fisik' yang kuat untuk dijadikan
dokumen kehidupan kita. Nah, dengan menulis dan membukukannya, tentunya
perjalanan dan pengalaman hidup yang terjadi di masa lalu itu akan lebih 'kuat'
dan dapat bertahan lama.
Menulis
perjalanan dan pengalaman masa lalu menjadi cara dan upaya kita untuk bercermin
dan belajar dari pengalaman masa lalu, agar masa mendatang kita dapat
memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas hidup kita.
Dalam proses
mencari jatidiri dan kemapanan kepribadian, maka salah satu caranya adalah
mengingat dan belajar dari masa lalu kita sendiri. Dengan menulis
pengalaman kita dapat memahami kehidupan masa lalu untuk menjadi perbelajaran
bagi masa depan.
Menulis itu
sejatinya menjadikan kita selalu menggunakan olah pikir dan olah rasa kita
untuk menggambarkan dan mendiskripsikannnya dalam bentuk tulisan. Kita
mengembangkan kemampuan dan daya imajinasi untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan sesuatu yang bersifat abstrak dalam alam pikiran kita. Melalui
tulisan itulah, sesuatu yang bersifat abstrak atau bayang-bayang menjadi
berwujud dalam bentuk tulisan.
Dengan
menulis, pikiran dan imajinasi kita mengalami perkembangan dan dinamika, tidak
bersifat statis dan terpaku pada satu keadaan saja. Melalui menulis inilah kita
'memaksa' otak dan imajinasi kita bergerak mengolah dan memproduksi kata yang
tertuang dalam bentuk tulisan. Terlepas, apakah hasil tulisan itu baik atau
tidak menurut etika penulisannya, yang penting kita keluarkan dan tulis dulu
kata-kata tersebut. Kata yang keluar saat menulis, mengalir seiring
dengan kemampuan pikir dan imajinasi kita saat menuangkannya dalam bentuk
tulisan, sehingga besar kemungkinan belum pasti baik sesuai etika penulisannya.
Ketika kita
menulis sesuatu masalah, maka pada saat itu kita mulai berpikir tentang sesuatu
di masa depan, apakah itu sebuah harapan, cita-cita, atau keinginan yang akan
diwujudkan. Konsep, ide, gagasan, ataupun pemikiran yang kita tuangkan dalam
tulisan kita merupakan suatu harapan atau bahkan menjadi prediksi untuk masa
depan. Ketika tulisan itu dituangkan, maka pada umumnya tulisan tersebut masih
masih berupa konsep, ide, gagasan dan pemikiran yang belum atau akan diwujdukan
dikemudian, baik oleh kita sendiri atau pihak lain.
Menulis itu
pada hakikatnya kita memikirkan tentang sebuah masa depan. Tidak penting apakah
yang kita tulis itu sesuatu yang sangat sederhana atau tidak penting bagi diri
kita sendiri. Menulis menjadi sarana bagi penulis untuk mengungkapkan konsep,
ide, gagasan, ataupun pemikiran dirinya yang berkaitan dengan masa depan
dirinya, lingkungannya, atau yang lebih luas bangsa dan negaranya.
Penulis-penulis besar seperti almarhum BUYA HAMKA telah mempersembahkan
karya besar meraka bagi masyarakat, bangsa dan negara yang berada dan hidup di
masa depan, bukan masa penulis itu masih hidup.
Post a Comment for "Bagian 5. Buku JMMP-2019. MENULIS UNTUK MENATA MASA DEPAN"