Dalam perjalanan pulang ke Pelaihari, Tanah
Laut, kami sempat mampir sebentar di sebuah warung makan di daerah Pagatan,
Tanah Bumbu, guna menyiapkan konsumsi saat perjalanan berangkat dan pulang bagi
peserta studi banding MKKS SMP Tanah Laut, 20-22 September 2019 yang akan
datang. Kami mampir di warung makan tersebut sekitar pukul 15.20 WITA pada
Kamis, 5 September 2019.
Dari hasil negosiasi Yuliansyah, M.Pd dan
Supian, S.Pd diperoleh beberapa kesepakatan awal bahwa jika nantinya jadi dan
sepakat atau sebaliknya dengan harga makan yang ditawarkan akan Supian, S.Pd
hubungi minimal dua hari sebelum hari
‘H’. Adapun menu lauknya hanya satu pilihan, apakah ayam goreng, ikan patin
bakar atau goring, sehingga peserta tidak dapat memilih bebas sesuai seleranya.
Namun demikian, kami tetap mencatat dulu kesepakatan yang ada sebelum
diputuskan jadi atau tidak nantinya menjadi tempat makan siang saat berangkat
ke Kotabaru.
Perjalanan kembali dilanjutkan menuju arah ke
Pagatan kota. Yuliansyah, M.Pd yang menjadi ‘driver’ menyatakan ada niat untuk
ziarah ke kubah yang ada di dekat
pantai, lalu penulis dan Supian,S.Pd setujui niat tersebut. Mobil memasuki
daerah pasar Pagatan sesuai dengan arah lalu lintas yang terpasang sesudah
jembatan dekat pasar Pagatan tersebut. Semua mobil dari Batulicin memang
diharuskan jalan arah pasar tersebut.
Sesampai di dekat lapangan sepakbola Pagatan
mobil diarahkan oleh Yuliansyah,M.Pd menuju pantai, namun ternyata jalan
tersebut bukan arah ke kubah yang dimaksud, dan akhirnya mobil arah balik lagi
ke jalan semula. Yuliansyah, M.Pd yang menjadi supir lupa arah jalan masuk ke
makam tersebut, maka kami sibuk mencari informasi kemana arah jalannya. Supian, S.Pd mencari informasi
jalan ke arah kubah dengan menggunakan aplikasi ‘ goegle map’, sedangkan penulis menelpon seorang kawan yang tinggal
di Batulicin dan mengenal daerah Pagatan.
Dari berbagai informasi yang kami dapatkan,
ternyata arah jalan ke kubah tersebut melewati SMPN 1 Pagatan dan nantinya di
ujung jalan yang kami lewati itu ada persimpangan, lalu belok kanan dan
kemudian belok kiri ke arah pantai. Akhirnya, kami sampai juga di makam yang
dimaksud pada sekitar pukul 15.15 WITA. Kubah tersebut merupakan makam dari salah
satu zuriah dari Syekh Muhammad Arsyad al Banjari atau Datu Kalampayan, ulama
terkenal pada masa Kerajaan Banjar, yang nama beliau adalah K.H. M.Arsyad bin
K.H. M.As,ad.
Setelah ziarah di makam kubah tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan shalat berjamaah di musolla yang ada di samping
kubah. Sebelumnya, kami menyempatkan melihat dan berwudu di sumur dekat kubah
yang airnya tidak asin atau berkurang, maski berada dekat dengan bibir pantai
serta saat itu air laut dalam keadaan surut. K.H. M.Arsyad bin K.H. M.As,ad
atau dikenal dengan nama Tuan Mufti Lamak, merupakan seorang mufti di Kerajaan
Banjar.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang
berilmu dan mulia, Tuan Mufti Lamak wafat pada hari Sabtu, 23 Rabiul Awwal 1275
H dii masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, sekitar 48 tahun
setelah wafatnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang wafat pada 6 Syawwal
1227 H. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_Lamak).
Sekitar pukul 15.45 WITA kami
berangkat dari kubah Pagatan melanjutkan perjalanan pulang ke Pelaihari.
Perjalanan masih panjang untuk dapat sampai ke rumah kami di Pelaihari, Tanah
Laut, Kalimantan Selatan, meski Tanah Laut bertetangga dekat dengan Tanah Bumbu, namun luasnya
wilayah membuat jaraknya relatif jauh.
####edisikotabaru2019###
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-KOTABARU. Bagian 20. Sesi Ziarah ke Kubah Pagatan, Tanah Bumbu"