Bagian 7. Buku JMMP-2019. Menulis yang Terdekat : MENULIS TENTANG PROFESI KITA


Sejatinya kegiatan menulis tidak dapat dilepaskan dari profesi seorang guru, karena menulis merupakan salah satu cara guru mengembangkan profesinya agar terus terjaga dan meningkat, terlebih diera digital sekarang. Guru sudah atau bahkan setiap hari memberikan pelajaran kepada anak didiknya untuk menulis. Hal itu  sudah menjadi hal yang lumrah dan mudah dilakukan oleh guru. Lalu, mengapa ketika guru itu sendiri disuruh menulis, ia mengeluh dan mengatakan tidak dapat menulis? Sudah sepatutnya, guru menjadi motivator dan contoh bagi anak didiknya dalam hal menulis. Guru dapat  menulis apa saja  tentang profesinya sebagai guru dan dunia pendidikan. Permasalahannya, tergantung pada kemauan guru , dan kapan mengawali menulis itu sendiri.


Ada banyak objek dan permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam profesi guru. Dunia pendidikan merupakan dunia yang sangat kompleks dan dinamis. Perkembangan  teknologi informasi dan komunikasi diera globalisasi sekarang ini juga memberikan andil yang tidak sedikit bagi dunia pendidikan.  Guru sebagai agen pembaharuan  harus mengikuti proses perkembangan tersebut, sehingga tidak ketinggalan informasi dan gagap  teknologi.
Menulis dan profesi guru adalah dua hal yang harusnya sejalan dan  mampu saling mendukung. Misalnya, permasalahan guru dalam pembelajaran di kelas dapat menjadi sumber inspirasi untuk ditulis dalam bentuk tulisan atua karya tulis ilmiah seperti  laporan penelitian tindakan kelas (PTK) , paparan hasil inovasi pembelajaran (Inobel), makalah  best praktice, dan sebagainya. Dengan menulis, guru dapat memberikan solusi bagaimana memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dari persepsi dirinya, dan tulisan tersebut menjadi bukti outentik dan bermanfaat bagi guru itu sendiri maupun pihak lain. Dengan menulis, guru telah menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya bagi khazanah dunia pendidikan.
Memulai menulis dari yang terdekat dengan kegiatan profesi guru dan dunia pendidikan. Menulis tentang cara menghadapi anak didik yang ‘nakal’, cara menyajikan materi pelajaran yang dianggap ‘sulit’, atau penggunaan media pembelajaran yang sederhana, dan sebagainya. Kuncinya,  menulis itu adalah kemauan. Kemauan untuk maju, kemauan untuk mencari ilmu pengetahun baru atau pengalaman baru, dan tentunya yang penting adalah kemauan untuk menulis.
Berdasarkan pengalaman penulis selama ini menulis beberapa artikel tentang dunia pendidikan, baik yang dikirim ke koran Banjarmasin Post dan Radar Banjarmasin, maupun ke blog IGI dan Kompasiana, menulis tentang dunia pendidikan itu sangat kompleks dan luas.  Misalnya tentang sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, supervisi, kurikulum, sarana dan prasarana, buku, media pembelajaran, komite sekolah dan masyarakat, peran dunia usaha, dan sebagainya. Bahan referensi tersedia dalam berbagai ragam buku, jurnal, artikel, dan sebagainya.
Selain bahan referensi yang banyak dan beragam, ada bahan untuk menulis dalam bentuk pengalaman dalam dunia pendidikan, baik pengalaman menghadapi dan berinterakasi dengan rekan sejawat, siswa, dan sebagainya. Dengan menggunakan pengalaman pribadi atau pihak lain yang kita ketahui, maka semakin banyak bahan referensi kita untuk dijadikan tulisan, yang pada akhirnya menjadi buku.
Kompleks dan luasnya bahasan tentang dunia pendidikan diharapkan dapat menjadi peluang bagi guru yang ingin mengembangkan kemampuannya dalam bidang menulis. Memulai menulis dari yang terdekat dengan kegiatan profesi guru dan dunia pendidikan. Menulis tentang cara menghadapi anak didik yang ‘nakal’, cara menyajikan materi pelajaran yang dianggap ‘sulit’, atau penggunaan media pembelajaran yang sederhana, dan sebagainya. Kuncinya,  menulis itu adalah kemauan. Kemauan untuk maju, kemauan untuk mencari ilmu pengetahun baru atau pengalaman baru, dan tentunya yang penting adalah kemauan untuk menulis. Mulai yang mudah, terdekat, dan sesuai profesi.
Selanjutnya, penulis berikan contoh artikel yang memaparkan tentang profesi sebagai guru  yang ditulis seorang guru yang pernah mengikuti Workshop Menulis Artikel yang diselenggarakan oleh IGI  (Ikatan Guru Indonesia) Tanah Laut angkatan II Maret, 2018 yang lalu, judulnya “ Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak “ oleh  Jamilah, yang isinya “ Manusia adalah seorang pembelajar sejati,  dimana dia akan selalu mempelajari lingkungan terus menerus, baik secara langsung sebagai informasi atau sebagai bekal dia beradaptasi. Pembelajaran dimulai dari hal sederhana, ketika anak masih kecil,  seperti ketika dia belajar merasakan benda, berjalan atau bicara. Namun,  kebanyakan orang tua masih belum mengerti,  bahwa bagaimana ketika menyikapi proses pembejalan waktu kecil ini sangat berarti untuk pembelajaran dikemudian hari. Pada umumnya, proses pembelajaran pada saat anak mendapat respon yang kurang baik,  baik ketika mereka sedang belajar merasa dengan mulutnya, ketika mereka belajar berjalan, atau ketika mereka belajar berbicara yang belum meraka pahami artinya.
Ketika anak sudah mulai berbicara dan banyak bertanya, jawaban yang didapat pun sering kali tidak memuaskan. Anak cenderung ingin mengetahui sesuatu yang baru, namun kadang respon orang dewasa di sekelilingnya malah mengalihkan pertanyaan anak tersebut. Itulah yang menyebabkan anak sering malas belajar.
Kasus lainnya adalah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, orang tuanya mengeluhkan anaknya tidak suka belajar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya. Namun, ketika anak ditanya tentang hobinya, dia dengan sigap menjawab sepak bola, bahkan ia hafal seluruh nama pemain inti dan pemain cadangan, nama pelatih, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan, bahwa tidak ada masalah dengan otak anak, masalahnya datang dari sumber lain.
Melihat kasus tersebut di atas, jelas permasalahannya bukan karena anak bodoh, namun tidak ada ketertarikan untuk mempelajari pelajaran tersebut. Tentu ini perlu diberi respon yang benar, sehingga tidak mendapatkan perlawanan dan dapat membuat anak semangat untuk belajar. Tahap pertama perbaikan adalah dari orang tua terlebih dahulu. Bagi  anak, orang tua memegang peranan penting dalam masa tumbuh kembang anak,  serta membantu sekali mengatasi masalah anak. Lalu,  komunikasi dengan cinta dalam setiap didikannya.
Seorang pakar pendidikan Timothy Wibowo memberikan beberapa kiat supaya anak dapat  menjadi rajin dan mudah belajar di sekolah, sebagai berikut:  Pertama.  Saat anak pulang sekolah, tanyakan apa saja hal menyenangkan hari itu. Otomatis anak akan mencari hal-hal menyenangkan di sekolah dan secara tidak langsung membentuk mindset anak bahwa sekolah adalah tempat menyenangkan. Kedua. Ketika anak tidur masukkan sugesti positif dengan mengatakan bahwa belajar adalah hal menyenangkan. Belajar sama menyenangkannya dengan bermain atau berhitung dan menghafal itu sangat mudah. Ini salah satu bentuk hypnosleep positif pada anak.
Ketiga. Jelaskan guna materi pelajaran yang sedang dikerjakan. Sesuaikan pebjelasan dengan materi anak, misalnya dengan belajar perkalian, maka anak dapat menghitung jumlah koleksi mainannya atau menghitung sendiri harga action figure di sebuah supermarket dan membandingkannya dengan harga di mall lain.  Keempat.  Mintalah guru lesnya untuk sering mengatakan bahwa anak kita adalah anak hebat dan luar biasa. Pujian tulus dan memacu semangat anak untuk belajar lebih penting daripada diajari macam-macam teknik berhitung dan menghafal cepat. Mintalah bantuan orang sekitar termasuk guru untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri anak.
Dari beberapa poin di atas, maka dalam rangka memberikan semangat pada anak. Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya ‘menyuntikkan’  rasa percaya diri anak dalam batas wajar., sebab pada poin-poin  di atas jika dilakukan secara berlebihan justru akan berdampak tidak baik pada anak.











Post a Comment for "Bagian 7. Buku JMMP-2019. Menulis yang Terdekat : MENULIS TENTANG PROFESI KITA"