Seusai makan siang di rumah
Ahmadiyanto, penulis menyiapkan dan memuat ke mobil perlengkapan atau barang
yang akan dibawa ke Tamiang Layang. Saat itu, Ahad, 30 Juni 2019, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 14.00
WIT, dan kondisi cuaca sangat panas karena sinar mentari bersinang dengan
teriknya. Mobil yang terparkir di depan rumah Ahmadiyanto penulis buka semua
kacanya, karena berada di ruang terbuka tanpa apa pelindung dari terik sinar
matahari. Sementara itu, Ahmadiyanto juga menyiapkan perlengkapannya untuk
dibawa ke Tamiang Layang.
Perjalanan ke Tamiang Layang yang
berjarak sekitar 60 km pun dimulai pada pukul 14.00 WIT sesuai dengan rencana
semula. Mobil mulai meninggalkan rumah kediaman Ahmadiyanto, dengan dilepas
oleh isteri Ahmadiyanto sendiri karena anak-anaknya sedang tidur, kami pun
berangkat menuju Tamiang Layang. Perjalanan menulusi jalan ke arah Lampihong,
jalan yang pernah sebelumnya penulis lalui ketika berkunjung ke sekolah tempat
bertugas Ahmadiyanto, yaitu SMPN 1 Lampihong, Kabupaten Balangan. Jalan arah ke
Lampihong ini menelusuri pinggir Sungai
Balangang.
Ahmadiyanto menjadi penunjuk
jalan bagi penulis menjalankan mobil menuju ke Tamiang Layang, karena penulis
tidak mengenal dan mengetahui arah perjalanan ke sana. Dengan ikutnya
Ahmadiyanto ini penulis tidak perlu lagi dipandu oleh Amir, yang bertugas di
Tamiyang Layang, Barito Timur, Kalimantan Tengah dan bolak balik dari rumahnya di Paringin,
Balangan ke Tamiyang Layang. Arah perjalanan yang semula menulusi pinggiran
sungai kini beralih ke kawasan pegunungan, lalu menelusuri pinggiran sungai
lagi yang relatif panjang, yaitu Sungai Turap.
Setelah melawari perjalanan
hampir 1 jam, akhirnya kami memasuki kawasan pasar Kalua, yang masih merupakan
wilayah Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Pasar Kalua terlihat
cukup besar dan ramai dikunjungi oleh pembeli, karena menurut informasi
Ahamdiyanto pembelinya selain dari Kalua dan sekitarnya, juga datang dari
wilayah yang berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah.Perjalanan terus
dilanjutkan menuju Tamiang Layang, hingga akhirnya sampai di Pasar Panas, yang
merupakan titik perbatasan antara Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah.
Pasar Panas merupakan wilayah
yang sudah berada di Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, dan
menjadi pintu masuk ke wilayah Kalimantan Tengah atau sebaliknya masuk ke wilayah Kalimantan
Selatan. Perjalanan terus dilanjutkan menuju Tamiyang Layang, meski ada rencana
dan penulis sempat meminggirkan mobil untuk mampir sejenak di daerah
pertabatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah tersebut, tetapi kemudian
tidak jadi karena di tempat tersebut sepertinya ada kegiatan dengan adanya
banyak mobil yang terparkir di sekitar tempat tersebut.
Penulis kembali menjalankan mobil
ke arah Tamiyang Layang yang menjadi titik tujuan penulis. Kondisi jalan cukup
baik dan arus lalu lintas ke arah Tamiang Layang saat itu cukup lengang, tidak
banyak mobil atau sepeda motor yanng berpapasan dengan mobil penulis. Penulis
sempat mencari SPBU untuk mengisi BBM mobil yang semakin menipis. Selama
perjalanan dari Paringin hingga daerah Pasar Panas, penulis tidak melihat atau
menemukan ada SPBU di sepanjang perjalanan tersebut. Akhirnya, penulis
menemukannya di daerah yang cukup sepi yang berada di wilayah Kabupaten Barito
Timur pada jalan poros menuju Tamiang Layang. Setelah mengisi BBM di SPBU yang
relatif sederhana ini, penulis meneruskan perjalanan ke tujuan semula, yaitu
Tamiang Layang.
Ketika melihat ada musholla yang
terletak di tepi jalan, penulis menepikan mobil untuk mencari WC setalah
melakukan perjalanan relatif jauh. Waktu saat penulis mampir di musholla
tersebut sekitar pukul 15.30 WIT. Ahmadiyanto dan penulis mencari WC yang
berada di belakang langgar atau musholla yang relatif bersih dan terlihat masih
baru selesai dibangun. Memang cukup sulit menemukan masjid atau musholla yang
berada di pinggir jalan pada daerah Kabupaten Tamiang Layang tersebut, karena
masyarakat daerah ini mayoritas nonmuslim. Adanya masjid atau musholla dapat
menjadi tempat beristirahat dari perjalanan jauh dan tentunya juga ke WC.
Seusai dari WC penulis kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke tempat
tujuan yang semakin dekat, yaitu Kota Tamiyang Layang, Ibukota Kabupaten Barito
Timur.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 6. Perjalanan Menuju Tamiang Layang"