REGROUPING, PLUS-MINUS BAGI DUNIA PENDIDIKAN

Kembali, koran Banjarmasin Post mengangkat beritanya tentang masalah sekolah kekurangan siswa pada tahun pelajaran 2019/2020 dengan judul berita pada halaman pertamanya “ 55 SDN di Batola Bakal Digabung” , dan subjudul “ Disdik Banjarmasin Incar Dua Sekolah”. Menurut beritanya, Dinas Pendidikan Kabupaten Baritokuala (Batola) segera melakukan regrouping atau penggabungan  puluhan Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang kekurangan siswa. Regrouping dilakukan terhadap SDN yang jaraknya tidak sampai satu kilometer. “Iya ini sedang kami pikirkan regrouping puluhan SDN,” kata Kadisdik Batola, Sumarji, Kamis (13/6).

Menurut Sumarji, SDN yang akan digabung pada 2020 seperti SDN Mandastana 1 dan SDN Mandastana 2 di Kecamatan Mandastana. “Ada kemungkinan SDN Siderjo I dan Siderjo II di Kecamatan Wanaraya juga digrouping, “ kata Sumarji. Demikian pula dua SDN di Kecamatan Barambai.

Mencermati apa yang diberitakan dari koran di atas, muncul pertanyaan yang berkaitan dengan rencana penggabungan atau regrouping SDN tersebut. Apakah kondisi ini menjadi indikator kemajuan atau kemunduran dalam dunia pendidikan di daerah setempat? Penilaian kemajuan suatu daerah dapat dilihat secara fisik pada sebarapa banyak lembaga pendidikan atau sekolah yang ada di daerah tersebut. Melalui indikator adanya lembaga pendidikan atau sekolah yang ada di daerah tersebut, maka  dapat dinilai pula bagaimana tingkat kemajuan dan peradaban masyarakat di daerah tersebut.
Pendidikan menjadi salah satu indikator yang mencerminkan bagaimana tingkat kemanjuan peradaban dan budaya sebuah masyarakat. Semakin baik tingkat pendidikan warga masyarakat di daerah tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat peradaban dan budaya masyarakatnya. Selama ini, perkembangan dunia pendidikan pada suatu daerah dapat dilihat secara fisik melalui berapa banyak lembaga pendidikan atau sekolah yang ada di daerah tersebut, karena dengan adanya sekolah tersebut mengindikasikan tentang perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di daerah tersebut. Kemajuan dunia pendidikan memberikan kontribusi yang besar dan siginifikan bagi kemajuan peradaban dan budaya masyarakatnya.
Penggabungan atau regruoping sekolah sebagaimana diberitakan oleh koran di atas memberikan sebuah gambaran dan indikasi yang tidak menggembirakan dalam perkembangan dunia pendidikan di daerah tersebut. Bagaimana tidak, jumlah lembaga pendidikan atau sekolah (SDN) yang semula banyak kini menjadi jumlahnya semakin sedikit, dan hal tersebut mengindikasikan adanya penurunan jumlah anak yang masuk sekolah atau melanjutkan pendidikan. Penurunan jumlah anak masuk atau melanjutkan sekolah menjadi pertanyaan dan keprihatinan kita semua. Apakah penurunan jumlah siswa yang masuk atau melanjutkan sekolah ini disebabkan oleh semakin sedikitnya anak usia sekolah karena adanya keberhasilan program pengendalian penduduk atau KB, atau penyebab lainnya?
Dengan adanya penggabungan atau regruoping sekolah dilihat dari sisi positifnya, maka hal tersebut menjadi sebuah penghematan anggaran biaya operasional sekolah, efektivitas pengawasan, dan sebagainya. Dari sisi anggaran terjadi penghematan atas biaya operasional sekolah, karena tidak banyak lagi sekolah yang dibiayai oleh pemerintah. Sedangkan dari sisi kepengawasan akan semakin efektif, karena tidak banyak sekolah yang harus didatangi oleh pengawas sekolah atau pihak dinas terkait.
Dunia pendidikan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat di sekitarnya. Perubahan tersebut ada yang membawa dampak positif dan bermanfaat bagi dunia pendidikan, namun tidak jarang pula dapat berdampak kurang baik, seperti apa yang diberitakan oleh koran di atas. Semoga dengan berbagai perubahan dan dinamika tersebut dapat disikapi dengan arif dan bijaksana sehingga menjadi solusi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan kita. Semoga.

Post a Comment for "REGROUPING, PLUS-MINUS BAGI DUNIA PENDIDIKAN"