CATATAN SILATURRAHIM AHMADIYANTO SEKELUARGA KE PELAIHARI. Bagian 8. Ngopi Bareng di RTH Taman Mina Tirta


Penulis dan Ahmadiyanto berangkat menuju Taman Mina Tirta Pelaihari dari rumah penulis sekitar pukul 20.00 WITA pada Rabu, 25 Desember 2019 dengan menggunakan mobil. Malam itu kondisi cuaca sedang hujan rintik-rintik, sehingga penulis membawa mobil ke tempat pertemuan kami dengan Saiful Bahri sebagaimana disepakati pada pertemuan sore tadi.  Rencananya malam tersebut penulis, Ahmadiyanto, dan Saiful Bahri akan mengopi bareng di cafe yang berada di Taman Mina Tirta Pelaihari tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, penulis dan Ahamdiyanto sampai di Taman Mina Tirta Pelaihari. Setelah memarkir mobil, penulis dan Ahamdiyanto segera menuju tempat dimana Saiful Bahri sudah berada di dalam ruang saji cafe tersebut. Dari meja-meja yang ada di sekitar cafe tersebut hanya ada 2 (dua) meja yang terisi oleh tamu. Letak meja cafe yang berada di ruang terbuka tanpa atap membuat mejanya basah oleh guyuran air hujan yang turun siang dan malam itu.


Penulis, Ahmadiyanto, dan Saiful Bahri memesan kopi sesuai dengan selera masing-masing, lalu kemudian kami mencari meja untuk bersantai sambil menikmati suasana malam yang dingin dengan ditemani secangkir kopi hangat. Penulis memesan kopi jahe, dan demikian juga dengan Ahamdiyanto, sedangkan Saiful Bahri memesan kopi yang biasa. Sebelum duduk, kami harus membersihkan dan mengeringkan dulu kursi dan meja yang masih basah bekas diguyur hujan sebelumnya.

Cuaca yang dingin membuat terasa nikmat kopi hangat yang dicampur dengan jahe dan ditemani  pula dengan roti yang dibubuhi susu coklat. Kami bertiga awalnya berbincang-bincang ringan tentang keluarga dan kehidupan sehari-hari, lalu kemudian membicarakan banyak hal terkait guru dan pendidikan pada umumnya yang sedang menjadi topik pembicaraan khalayak sekarang ini. Maklum saja, kami bertiga ini merupakan guru dan praktisi dunia pendidikan yang mengalami dan merasakan langsung berbagai problematika dunia pendidikan, khususnya sekolah.
Bagi penulis, Ahmadiyanto merupakan sosok guru muda yang patut dicontoh oleh guru-guru lainnya, seperti Saiful Bahri, karena yang bersangkutan pernah meraih prestasi tingkat nasional sebagai Juara I Guru Berprestasi Tahun 2017 lalu, dan berbagai prestasi lainnya. Dengan kehadirannya dalam ngopi bareng tersebut diharapkan dapat berbagi pengalaman, dan wawasan terkait dengan berbagai prestasi yang telah diraihnya selama ini. 

Malam semakin larut dan bertambah dingin, karena sesekali ada tetesan air hujan yang turun. Angin malam pun mulai berhembus kencang, dan sesekkali terlihat dari kegelapan malam ada cahaya kilat dan bunyi petir dari kejauhan. Namun demikian, perbincangan masih berlanjut dengan berbagai topik yang berkaitan dengan pekerjaan dan profesi sebagai guru dan dunia pendidikan. Sementara itu, di meja yang dekat kami duduk  ada sekelompok pemuda ingin menikmati kopi sambi merokok  bersama koleganya.

Tidak lama kemudian, hujan turun dengan rintik-rintik kecilnya mulai membasahi kepala dan meja kami. Tentu kondisi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, dan solusinya adalah kami harus segera meninggal cafe terbuka ini untuk pulang ke rumah agar tidak kehujanan. Waktu saat itu memang sudah menunjukkan sekitar pukul 23.30 WITA, dan akhirnya kami memutuskan untuk berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Penulis dan Ahmadiyanto pulang ke rumah penulis, sedangkan Saiful Bahri masih mau melihat kawan-kawannya yang main bulutangkis di aula SKB Pelaihari.


Post a Comment for "CATATAN SILATURRAHIM AHMADIYANTO SEKELUARGA KE PELAIHARI. Bagian 8. Ngopi Bareng di RTH Taman Mina Tirta"