MEREPOSISI DAN ADAPTASI KURIKULUM

 


Menarik tulisan artikel  oleh Prof.DR.Abdul Muth’im M Pd dalam BPost pada Selasa, 25 Januari 2022 yang membahas masalah kurikulum dengan judul “ Kurikulum sebagai Acuan Pembelajaran “ tulisan yang mengannggapi tulisan pada koran yang sama yang ditulis oleh Muh. Fajaruddin Atsnan pada Rabu, 19 Januari 2022 yang berjudul “ Kurikulum Tanggung Pendidikan Linglung”.

Pembahasan kurikulum oleh pakar-pakar pendidikan tersebut tentunya menjadi referensi dan masukan dalam rangka  mendukung upaya dan kerja keras Kemendikbud Ristek dalam membantu sekolah dalam melakukan pemulihan pendidikan dan pembelajaran. Berbagai pendapat, masukan, saran, dan kritik dari pakar-pakar pendidikan merupakan bagian dari upaya bersama meningkatkan mutu pendidikan nasional dimasa pandemi COVID-19 sedikit mulai reda.

Pendidikan yang digadang-gadang menjadi pilar utama guna mewujudkan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi persaingan global dan era revolusi industri 4.0  pada era kekinian masih belum jelas arahnya. Tentu kita semua maklum dengan kondisi terkini, ketika hampir 2 tahun ini musibah pandemi COVID-19 telah banyak merubah dan menggerus pondasi tatanan kehidupan dari berbagai sektor. Pemerintah telah berupaya sekuat tenaga dan daya upaya menjaga agar pondasi dari berbagai sektor kehidupan agar tetap kuat berakar dan tidak tergerus diterpa pandemi berkepanjangan ini, termasuk sektor pendidikan.

Mengutip sebuah tulisan dari KalderNews.Com, situs berita online, menyatakan dalam sebuah artikel yang berjudul "Apa Itu Learning Loss? Begini Kata Pakar Pendidikan Michelle Kaffenberger", menyebutkan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 telah memaksa 1,7 miliar siswa melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat sekolah-sekolah ditutup. Masalahnya bukan seberapa lama PJJ tersebut akan dapat bertahan, namun seberapa tertinggal siswa memahami pelajaran akibat PJJ yang tidak efektif. Menurut Keffenberger, masalah itu disebut learning loss. Learning loss merupakan kerugian jangka panjang terhadap pembelajaran anak-anak akibat penutupan sementara.

Mengutip tulisan artikel di atas, dijelaskan bahwa dampak adanya learning loss bagi peserta didik sangat besar, terutama bagi peserta didik yang masih berada di bangku Sekolah Dasar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa siswa kelas 3 SD yang melewatkan waktu belajar 6 bulan berpotensi kemampuannya tertinggal 1,5 tahun. Sedangkan bagi peserta didik kelas 1 SD yang tidak belajar dalam waktu 6 bulan akan mengalami ketertinggalan hingga 2,2 tahun.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu memahami dengan seksama perkembangan peserta didik akibat penutupan sekolah semasa pandemi COVID-19 dan melaksanakan PJJ selama nyaris 2 tahun ini.  Kurikulum dan pembelajaran harus menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang secara dinamis, sehingga diharapkan  dapat meminimalisir dampak learning loss  akibat  pandemi ini.

Lalu, bagaimana sekolah berupaya mengantisipasi dan mengatasi masalah learning loss yang dialami oleh peserta didiknya setelah lebih dari 1,5 tahun terkahir ini? Tentu harus segera diambil langkah-langkah strategis oleh pihak sekolah secara cermat dan komprehensif. Langkah awal yang perlu diambil adalah dengan melakukan reposisi kurikulum satuan pendidikan, sehingga dapat mengadopsi kurikulum masa pandemi yang bersifat sederhana, terukur, dan adaftif. Ada alternatif kurikulum yang dapat diimplementasikan oleh sekolah dimasa pandemi COVID-19 ini, seperti Kurikulum 2013, kurikulum mandiri, maupun Kurikulum Prototipe 2022.

Terkait dengan upaya pemulihan pendidikan dan pembelajaran,  Kemendikbud Ristek  beberapa waktu  lalu telah mengeluarkan pengumuman tentang penyesuain kebijakan pembelajaran guna memudahkan peserta didik dan guru belajar mengajar dalam situasi pandemi COVID-19, salah satunya menerapkan Kurikulum Prototipe 2022. Salah satu pilihan kurikulum  alternatif  yang dapat diambil oleh satuan pendidikan yang melaksanakan pembelajaran bagi  sekolah dengan menyederhanakan kompetensi dasar.

Pada hakikatnya, sekolah harus melakukan reposisi dan adaptasi terhadap situasi dan kondisi yang berkembang saat ini, terlepas apakah pembelajaran tatap muka nantinya dapat dilaksanakan seperti sedia kala, pembelajaran jarak jauh, maupun kombinasi atau campuran keduanya. Reposisi dan adaptasi kurikulum tersebut harus diimpelemntasikan dalam dokumen I Kurikulum Tingkat  Satuan Pendidikan (KTSP) oleh sekolah masing-masing agar pendidikan segara pulih dan bangkit kembali. Semoga.

 

#BangkitPendidikanNegeriKu 

 

Post a Comment for "MEREPOSISI DAN ADAPTASI KURIKULUM"