CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 25. Makan Katupat Kandangan Kembali Saat Perjalanan Pulang



Sebelum sampai di rumah orangtua dan keluarganya Ahmadiyanto, Ahmadiyanto mengarahkan penulis untuk masuk ke sebuah kawasan atau lingkungan pondok pesantran yang terkenal di Pamangkih yang berada di seberang sungai yang luasnya sekitar 15 meter, hingga mobil harus menyeberangi jembatan untuk dapat masuk ke kawasan pondok pesantren tersebut. Kami hanya lewat sebentar saja, tidak singgah, dan kemudian kembali ke arah jembatan lagi untuk melanjutkan perjalanan ke rumah orangtua dan keluarga  yang berjarak sekitar 500 meter lagi.
Sekitar beberapa menit kemudian sampailah di depan rumah saudaranya Ahmadiyanto, tetapi kami tidak mampir di rumah tersebut, hanya menurunkan Raihan yang ingin segera bertemu dan sepupunya. Kami melanjutkan ke rumah saudaranya yang lain, sekitar 100 meter dari rumah pertama yang kami singgahi. Namun, ketika kami sampai di rumah saudaranya dituju tersebut, ternyata oranngnya lagi menghadiri acara resepsi perkawinan warga kampung yang saat itu. Penulis dan ananda Muhammad Munawir Akbari dipersilahkan masuk ke rumah saudaranya Ahamdiyanto untuk beristirahat setelah melewati perjalanan yang relatif panjang.
Sesaat kami menunggu pemilik rumah datang, namun yang ditunggu-tunggu belum ada tanda-tanda akan kembali ke rumahnya. Akhirnya penulis memutuskan untuk permisi pulang menuju rumah di Pelaihari kepada Ahmadiyanto, karena waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIT pada Rabu, 3 Juli 2019, sudah cukup siang. Penulis mengantarkan Ahmadiyanto ke rumah saudaranya yang pertama ditemui tadi sekalian balik menuju arah jalan ke Martapura. Kami pun berpamitan dan berpisah di Pamangkih, desa kelahiran Ahmadiyanto.
Perjalanan penulis lanjutkan siang itu bersama ananda Muhammad Munawir Akbari. Kondisi arus lalu lintas menuju Simpang Tiga Pantai Hambawang HST siang itu cukup sepi dan lengang, namun ketika memasuki jalur jalan trans Kalimantan di daerah Pantai Hambawang, HST, kondisi arus lalu lintas relatif padat, baik arah ke Martapura maupun ke arah hulu sungai dan seterusnya. Penulis menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, dan ketika sampai di sebuah warung makan sesudah Kota Kandangan, penulis   berhenti dan memarkirkan mobil di depan sebuah warung makan tersebut.
Kami berdua memesan makanan siang itu untuk mengisi perut yang sudah mulai kosong, maklum waktu saat itu sudah menunjukkan hampir menunjukkan pukul 13.00 WIT. Penulis dan ananda Muhammad Munawir Akbari memesan menu masakan katupat Kandangan, dan sesudah makan siang itu, penulis mencari oleh-oleh di kios yang ada di samping warung makan tersebut. Penulis mencarikan oleh-oleh makanan khas yang dikenal dengan nama dodol Kandangan beberapa bungkus disertai dengan makanan ringan khas daerah ini. Sebelumnya, penulis sempat pula membeli makanan khas di daerah Batu Mandi, yaitu kue cincin, yang dijual di pinggir-pinggir jalan trans Kalimantan.
Sesudah makan katupat Kandangan, penulis melanjutkan perjalanan pulang ke Pelaihari kembali dengan menelusuri jalan trans Kalimantan menuju Martapura, Kabupaten Banjar. Sesampai di sebuah masjid di daerah Kabupaten Tapin, penulis mampir untuk melaksanakan shalat, karena waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 13.45 WIT. Sekitar pukul 14.00 WIT, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Martapura, Ibukota Kabupaten Banjar. Siang itu cuaca cukup panas, sedangkan aruas lalu lintas dari dan menuju Martapura atau Banjarmasin semakin padat. Perjalanan pulang masih panjang.

Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 25. Makan Katupat Kandangan Kembali Saat Perjalanan Pulang"