Seusai melaksanakan shalat di
Masjid Besar Darul Ibadah Kota Tamiang Layang sekitar pukul 19.15 WIB pada
Selasa, 2 Juli 2019, kami segera melanjutkan perjalanan malam itu ke Paringin,
Kalimantan Selatan sekitar pukul 19.30 WIB. Kondisi cuaca malam itu sedikit
dingin, karena pada sore harinya ada turun hujan, meski tidak deras. Kecepatan
mobil yang penulis bawa sedang-sedang saja, sekitar 60-70 km perjam, karena
kondisi jalan yang gelap, banyak tikungan, dan belum sepenuhnya dikenal oleh
penulis.
Ada rasa lelah yang terasa di
sekujur badan, karena hampir seharian ini tidak ada istirahat yang cukup.
Setelah penutupan kegiatan Workshop SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) yang
dilaksanakan oleh Pengurus IGI (Ikatan Guru Indonesia) di aula BKD Kabupaten
Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, pada Selasa, 2 Juli 2019 pada pukul
15.00 WIB, langsung berangkat ke Ampah. Perjalanan ke Ampah yang berjarak
sekitar 45 km dari Tamiang Layang ini relatif berat dan melelahkan, bahkan
bolak-balik tanpa ada jeda atau istirahat yang cukup.
Demikian pula dengan rasa kantuk
yang mulai menghinggapi mata, karena hampir selama 3 (tiga) hari ini tidak ada
tidur siang dan tidur malam yang cukup.
Perjalanan pulang malam itu juga belum diisi dengan santapan jasmani
atau makan malam, karena di sepanjang perjalanan dari Tamiang Layang hingga
Pasar Panas yang masuk wilayah Kalimantan Tengah, tidak terlihat warung makan
atau sejenisnya. Berada dalam kondisi yang lelah, mengantuk, dan lapar memang
dapat membuat menjadi kurang konsentrasi atau fokus dalam perjalanan, namun
demikian penulis berupaya sekuat tenaga
untuk tetap kuat dan konsentrasi dalam menjalankan mobil malam itu.
Semakin jauh perjalanan dari
pusat Kota Tamiang Layang, semakin gelap jalan yang dilewati, karena di
kir-kana jalan banyak terdapat hutan atau kebun karet. Perjalanan harus tetap
dilanjutkan, agar sampai ke Tanjung, Ibukota Kabupaten Tabalong, sebagai tempat
persinggahan malam itu tidak terlalu larut malam. Penulis berupaya meningkatkan
laju mobil ketika mendapatkan jalur jalan yang relatif lurus dan ada lampu
penerangan jalannya, karena penulis berharap dapat segera sampai di Kota
Tanjung untuk dapat makan malam dan mengisi tanki BBM mobil yang mulai menipis.
Sesuai dengan rencana penulis dan
Ahmadiyanto, bahwa pada sesi perjalanan pulang ini tidak melewati jalur atau
jalan saat berangkat ke Tamiang Layang sebelumnya, tetapi melalui jalur lain
yang nantinya sampai ke Kota Tanjung.
Pemilihan jalur ke arah Kota Tanjung ini dimaksudkan agar nantinya dapat
makan malam dan mengisi BBM mobil di
sana, karena di Kota Tanjung ini relatif banyak warung makan dan SPBU yang buka
hingga larut malam. Jika melewati jalur
yang semula saat berangkat sebelumnya, dikhawatirkan tidak ada warung makan
atau sejenisnya dan SPBU yang masih buka
hingga larut malam.
Ternyata, perjalanan pulang dari
Tamiang Layang, Ibukota Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah,
terasa lebih cepat dari saat berangkat sebelumnya. Tanpa terasa kami sampai di
tugu perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, yaitu di
daerah Pasar Panas. Kami tiba di sekitar tugu tersebut saat kumandang azan
Shalat Isya terdengar dari beberapa masjid atau musolla yang ada di kiri dan
kanan jalan yang dilewati. Waktu saat itu sekitar pukul 19.50 WIT. apakah
karena perbedaan zona waktu atau karena faktor kebiasaan saja. Kalau sudah
terbiasa menjalani jalan tersebut, biasa waktu terasa lebih cepat dari pada
yang belum terbiasa.
Kini, penulis merasa lega dan
terasa semangat lagi, karena sudah memasuki wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan, tepatnya daerah Kalua, dengan kondisi yang ramai dan terang benderang
di sepanjang jalan. Kondisi arus lalu lintas mulai ramai oleh lalu lalang
kendaraan roda dua maupun roda empat, sehingga sudah tidak terasa sendirian
lagi dalam perjalanan. Rasa kantuk pun seolah enghilang dengan melihat kondisi
lingkungan selama perjalanan yang terang oleh lampu-lampu jalanan dan rumah
penduduk sekitarnya. Akhirnya, sekitar pukul 20.30 WIT, kami sudah sampai di Kota Tanjung,
Kalimantan Selatan.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 21. Perjuangan Menjaga Konsentrasi dalam Perjalanan Malam"