Syukur alhamdulillah, akhirnya dengan segala kemampuan yang dan ada dan
tenaga yang tersisa dapat sampai juga di Kota Tanjung, Ibukota Kabupaten
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan sekitar pukul 20.30 WIT. Kondisi kota ini pada malam hari, Selasa, 2
Juli 2019, terlihat masih ramai oleh berbagai kendaraan yang hilir mudik
menelusuri Kota Tanjung tersebut. Dengan menggunakan aplikasi pencari lokasi
berbasis internet yang ada pada handphone
penulis dan Ahamdiyanto pakai pada malam itu, dapat memberikan informasi arah
jalan dan tujuan persinggahan, yaitu warung makanan paliat, yang menjadi
kuliner khas Kota Tanjung.
Saat kami tiba di depan warung
makan tersebut, waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 20.45 WIT, sudah cukup
malam. Masih ada beberapa pelanggan warung makan ini yang sedang menyantap
makanannya dan ada pula yang baru datang bersamaan dengan kami bertiga.
Terlihat dari lemari pajangan makanan di bagian depan warung hanya tinggal
sedikit saja, bahkan ada ikan yang kami cari sudah habis, yaitu ikan baung.
Terpaksa malam itu kami pesan ikan lain yang masih tersisa, yaitu ikan
patin, karena nyaris tidak ada pilihan
yang lain.
Kami bertiga, yaitu penulis, Ahmadiyanto, dan ananda Muhammad
Munawir Akbari segera masuk menuju meja yang kosong setelah memesan makanan di
meja depan. Sambil menunggu makanan yang di pesan, kami ditawari oleh karyawan warung tersebut
minuman apa yang akan dipesan. Penulis dan Ahmadiyanto memesan air es jeruk
hangat, sedangkan ananda Muhammad Munawir Akbari memesan air putih biasa. Tidak begitu lama kami menunggu, akhirnya
pesanan makanan pun mulai berdatangan, mulai dari nasi, sayur, hingga masakan
paliat.
Baru kali ini penulis dan ananda
Muhammad Munawir Akbari merasakan langsung masakan paliat yang berkuah santan
kelapa dengan ikan yang dimasak secara dipais atau dikukus. Terlihat cukup
menggoda selera untuk segera menyantapnya dengan nasi yang masih hangat bersama
sayuran rebus yang dilengkapi dengan sambal terasi khas urang Banjar. Tidak menunggu lama setelah semua sajian sampai di
meja kami, maka dengan basmalah makanan pun mulai memasuki rongga mulut kami
bertiga pada malam itu. Terasa nikmat saat menikmatinya dalam kondisi perut
yang relatif sangat lapar.
Tidak berapa kemudian makanan
yang tersaji di depan kami malam itu sudah mulai hilang dari piringnya, hanya
tertinggal tulang ikan dan kepalanya yang tidak dapat dihabiskan. Sayuran duan
singkon dan kacang panjang rebus dengan didukung sambal terasi nyaris tidak
tersisa di tempatnya. Alhamdulillah,
makan malam dengan masakan paliat, masakan khas Tanjung, Tabalong telah mengenyangkan perut dan menyegarkan
kondisi fisik kami kembali. Sejenak kami beristirahat seusai makan sambil
menikmati pemandangan yang ada dalam warung makan tersebut, hingga kemudian
kami beranjak dari meja makan dan menuju kasir yang ada di bagian depan warung.
Penulis bersama Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari segera keluar
dari warung tersebut setelah membayar biaya makan malam tersebut.
Sebelum berangkat ke rumah Ahamdiyanto
di Kota Paringin, yang jarak tempuhnya sekitar 45 menit, kami menyempatkan diri
untuk istirahat dan menikmati pemandangan di RTH (Ruang Terbuka Hijau) Taman
Tanjung Lestari yang berada di depan warung makan tersebut. Malam itu terlihat
cukup banyak pengunjung yang menikmati lingkungan ruang terbuka hijau terbesar
di Kota Tanjung tersebut. Ada sekitar 15 menit kami beristirahat dan menikmati
suasana malam di ruang terbuka hijau tersebut, hingga akhirnya kami memutuskan
untuk segera berangkat pulang ke rumah Ahmadiyanto di Paringin malam itu.
Sebelum menuju ke arah jalan
menuju Paringin, penulis membelokkan mobil ke arah Kota Tanjung untuk
mendatangi sebuah SPBU yang tidak jauh dari warung makan tadi. Tiba di SPBU
tersebut, penulis mengisi BBM untuk persiapan pulang ke Paringin malam itu dan
besoknya akan meluncur ke Pelaihari, Ibukota Kabupaten Tanah Laut, yang
berjarak hampir 200 kilometer dari kota Tanjung ini. Seusai mengisi BBM mobil,
penulis segera meluncur menuju ke rumah Ahmadiyanto di Paringin. Waktu saat itu
sudah menunjukkan sekitar pukul 21.15 WIT.
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 22. Makan Malam Masakan Paliat di Tanjung, Tabalong"