CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 22. Makan Malam Masakan Paliat di Tanjung, Tabalong


Syukur alhamdulillah, akhirnya dengan segala kemampuan yang dan ada dan tenaga yang tersisa dapat sampai juga di Kota Tanjung, Ibukota Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan sekitar pukul 20.30 WIT.  Kondisi kota ini pada malam hari, Selasa, 2 Juli 2019, terlihat masih ramai oleh berbagai kendaraan yang hilir mudik menelusuri Kota Tanjung tersebut. Dengan menggunakan aplikasi pencari lokasi berbasis internet yang ada pada handphone penulis dan Ahamdiyanto pakai pada malam itu, dapat memberikan informasi arah jalan dan tujuan persinggahan, yaitu warung makanan paliat, yang menjadi kuliner  khas Kota Tanjung.
Saat kami tiba di depan warung makan tersebut, waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 20.45 WIT, sudah cukup malam. Masih ada beberapa pelanggan warung makan ini yang sedang menyantap makanannya dan ada pula yang baru datang bersamaan dengan kami bertiga. Terlihat dari lemari pajangan makanan di bagian depan warung hanya tinggal sedikit saja, bahkan ada ikan yang kami cari sudah habis, yaitu ikan baung. Terpaksa malam itu kami pesan ikan lain yang masih tersisa, yaitu ikan patin,  karena nyaris tidak ada pilihan yang lain.
Kami bertiga, yaitu  penulis, Ahmadiyanto, dan ananda Muhammad Munawir Akbari segera masuk menuju meja yang kosong setelah memesan makanan di meja depan. Sambil menunggu makanan yang di pesan,  kami ditawari oleh karyawan warung tersebut minuman apa yang akan dipesan. Penulis dan Ahmadiyanto memesan air es jeruk hangat, sedangkan ananda Muhammad Munawir Akbari memesan air putih biasa.  Tidak begitu lama kami menunggu, akhirnya pesanan makanan pun mulai berdatangan, mulai dari nasi, sayur, hingga masakan paliat.
Baru kali ini penulis dan ananda Muhammad Munawir Akbari merasakan langsung masakan paliat yang berkuah santan kelapa dengan ikan yang dimasak secara dipais atau dikukus. Terlihat cukup menggoda selera untuk segera menyantapnya dengan nasi yang masih hangat bersama sayuran rebus yang dilengkapi dengan sambal terasi khas urang Banjar. Tidak menunggu lama setelah semua sajian sampai di meja kami, maka dengan basmalah makanan pun mulai memasuki rongga mulut kami bertiga pada malam itu. Terasa nikmat saat menikmatinya dalam kondisi perut yang relatif sangat lapar.
Tidak berapa kemudian makanan yang tersaji di depan kami malam itu sudah mulai hilang dari piringnya, hanya tertinggal tulang ikan dan kepalanya yang tidak dapat dihabiskan. Sayuran duan singkon dan kacang panjang rebus dengan didukung sambal terasi nyaris tidak tersisa di tempatnya. Alhamdulillah, makan malam dengan masakan paliat, masakan khas Tanjung, Tabalong  telah mengenyangkan perut dan menyegarkan kondisi fisik kami kembali. Sejenak kami beristirahat seusai makan sambil menikmati pemandangan yang ada dalam warung makan tersebut, hingga kemudian kami beranjak dari meja makan dan menuju kasir yang ada di bagian depan warung. Penulis bersama Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari segera keluar dari warung tersebut setelah membayar biaya makan malam tersebut.
Sebelum berangkat ke rumah Ahamdiyanto di Kota Paringin, yang jarak tempuhnya sekitar 45 menit, kami menyempatkan diri untuk istirahat dan menikmati pemandangan di RTH (Ruang Terbuka Hijau) Taman Tanjung Lestari yang berada di depan warung makan tersebut. Malam itu terlihat cukup banyak pengunjung yang menikmati lingkungan ruang terbuka hijau terbesar di Kota Tanjung tersebut. Ada sekitar 15 menit kami beristirahat dan menikmati suasana malam di ruang terbuka hijau tersebut, hingga akhirnya kami memutuskan untuk segera berangkat pulang ke rumah Ahmadiyanto di Paringin malam itu.
Sebelum menuju ke arah jalan menuju Paringin, penulis membelokkan mobil ke arah Kota Tanjung untuk mendatangi sebuah SPBU yang tidak jauh dari warung makan tadi. Tiba di SPBU tersebut, penulis mengisi BBM untuk persiapan pulang ke Paringin malam itu dan besoknya akan meluncur ke Pelaihari, Ibukota Kabupaten Tanah Laut, yang berjarak hampir 200 kilometer dari kota Tanjung ini. Seusai mengisi BBM mobil, penulis segera meluncur menuju ke rumah Ahmadiyanto di Paringin. Waktu saat itu sudah menunjukkan sekitar pukul 21.15 WIT.  

Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 22. Makan Malam Masakan Paliat di Tanjung, Tabalong"