Judul tulisan ini penulis ambil
dari sebuah tulisan artikel dari buku “ Goresan Pena Finalis Guru Berprestasi 2018”
, yang diberikan oleh penulis artikel yang judulnya dijadikan tulisan penulis
di atas, yaitu Mutia Rahmah, S.Pd. Penulis mendapatkan hadiah buku luar biasa
tersebut secara tidak terduga, saat penulis menghadiri undangan syukuran dan
selamatan keberangkata ke tanah suci Mekkah, Arab Saudi di rumahnya, Ahad, 21
Juli 2019. Bagi penulis, pemberian buku yang tidak terduga ini merupakan suatu
penghargaan dan penghormatan yang luar biasa, sehingga penulis patut bersyukur
dan tentunya berteriama kasih kepada pemberinya, Mutia Rahmah, S.Pd tersebut.
Mengutip dari ‘Kata Pengantar”
buku “ Goresan Pena Finalis Guru Berprestasi 2018”, bahwa buku tersebut
merupakan kumpulan peserta finalis guru berprestasi dari 34 provinsi se
Indonesia. Mereka adalah guru yang telah melalui proses seleksi secara
berjenjang dengan berbagai tantangan yang melekat dan menyertainya. 34 tulisan dalam buku ini menceritakan
perjalanan panjang peserta guru berprestasi sampai pada puncak tertinggi
perlombaan yang memperebutkan juara nasional tergambar jelas di dalamnya.
Penulis sesampai di rumah segera
membuka dan membaca daftar isi buku tersebut yang memiliki 362 halaman, dan
tujuan pertamanya adalah membaca tulisan dari Mutia Rahmah, S.Pd, yang
memberikan buku tersebut. Ternyata tulisannya ada di halaman 313 hingga 326 ,
berada di bagiaan ke-31 dari 34 tulisan
dalam buku Goresan Pena Finalis Guru Berprestasi 2018 tersebut. Saat membaca di
daftar isi buku tersebut, penulis merasa terkejut dengan tulisan artikelnya
yang berjudul “ Juara Tanpa Mahkota”. Penasaran dengan judul yang cukup ‘aneh’
tersebut, penulis segera mencari halaman dan membaca isinya secara tuntas.
Sebelumnya, penulis sudah
mendapatkan cerita sekilas dari penulisnya tentang bagaimana perjuangannya dan
nasibnya sebagai guru berprestasi di tingkat daerah pada tahun 2018 yang lalu.
Ketika membaca tulisan artikelnya, penulis dapat merasakan dan memahami isi
tulisannya tersebut yang dihubungkan dengan kondisi yang dialaminya sebagai
guru berprestasi di tingkat daerah saat itu.
Penulis mengutip sedikit
tulisanya yang berberkaitan dengan kondisi yang dialami saat berada di hotel
tempat menginap peserta finalis guru berprestasi tingkat nasional tahun 2018
yang lalu. “ Ada yang tergenang di
pelupuk mataku (setiap gurpres yang kulihat lalu lalang di depan kami mereka
berpakaian sama dan mereka sebagian bersama para pendamping provinsi)...apalagi
saat mendengar oborolan ringan perjalanan mereka hingga sampai di hotel ini.
Lara bergelayut di hatiku...Kami berjuang sendiri “.
Lalu, penulis mencoba memahami
isi tulisan tersebut dengan kabar dan cerita yang sebelumnya penulis dapatkan
berkaitan dengan perjuangannya dan nasib Ibu Mutia Rahmah, S.Pd dalam mengikuti seleksi sebagai guru
berprestasi di tingkat daerah pada tahun 2018 yang lalu. Kondisinya saat itu
kurang sebaik dari tahun-tahun sebelumnya, baik pada jenjang kabupaten maupun
provinsi. Penulis yang sebelumnya juga pernah mengikuti seleksi demikian
bersama Mutia Rahmah, S.Pd pada tahun 2010. Saat itu pelaksanaan seleksi guru
dan tenaga kependidikan lainnya relatif lebih baik, khusunya saat pada jenjang
provinsi.
Penulis dapat memahami judul tulisan
artikelnya “ Juara Tanpa Mahkota”
dari cerita dan tulisan dari Mutia Rahmah, S.Pd tersebut. Disamping itu,
penulis juga mendengar langsung dari Ahamdiyanto, S.Pd, juara I Nasional guru
berpretasi tahun 2017, terkait dengan pelaksanaan seleksi di tingkat provinsi
pada tahun 2018 lalu. Hal ini sinkron dengan cerita lisan dan tulisan yang
digambarkan oleh Mutia Rahmah, S.Pd sebagaimana tulisannya dengan judul
tersebut.
Menjadi “ Juara Tanpa Mahkota” merupakan
ungkapan simbolik dari dalam dari
seorang guru yang telah berjuang membela nama baik dan citra daerahnya, namun semangat dan perjuangannya
tersebut belum mendapatkan apresiasi yang selayaknya seperti juara-juara bidang lain yang membawa
nama daerah. Akankah sebutan “ Guru Tanpa Tanda Jasa” akan terus
melekat dan mitos dalam perjuangan guru? Wallahu’alam.
###2014###
Post a Comment for "JUARA TANPA MAHKOTA"