Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 4. Membuat Lugu Sendiri


Siang itu, selepas pulang dari sekolah dasar yang ada di dekat rumah, aku dan Syaifudin mencari tempurung kelapa di sekitar warung Acil Siti yang letaknya tidak jauh dari rumah kami berdua. Warung Acil Siti ini biasanya menjual kelapa dalam bentuk yang sudah dikupas. Kami memerlukan tempurung kelapa yang cukup lebar untuk dijadikan lugu. Bagi kami , lugu merupakan salah satu alat permainan tradisional mengisi waktu bersama kawan-kawan di kampung.
“ Din, ayo kita ke warung Acil Siti” ucapku ketika berada di halaman rumah Syaifudin.
“ Tunggu, Lan. Aku lagi ganti baju” ujar Syaifudin dari dalam rumahnya.
“ Ya, aku tunggu di sini” jawabku sambil menunggu di bawah pohon belimbing


Tidak lama kemudian Syaifudin datang, dan kami pun segera menuju ke warung Acil Siti yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah Syaifudin. Sesampai di warung Acil Siti  kami langsung bergerak mencari potongan tempurung kelapa di tempat pembuangan sampah dekat warung tersebut. Warung Acil Siti ini merupakan warung yang lumayan besar dan banyak dagangannya di kampung kami.
“ Din, aku dapat” ujarku dengan Syaifudin yang masih sibuk mencari tempurung kelapa yang cocok untuk dibuat lugu.
“ iyakah “ jawab Syaifudin singkat.
“ Nah, aku dapat juga “ kata Syaifudin lagi.
“ Ayo, kita buat lugu” ucapku kembali.
Kami pun segera kembali ke rumah Syaifudin untuk membuat lugu. Aku mengambil parang yang sudah disiapkan dari rumah sebelumnya untuk mengukir tempurung kelapa tersebut menjadi sebuah lugu yang berbentuk segi lima, dengan ukuran selebar telapak tangan anak kecil. Kami pun asyik dan sibuk mengukir tempurung kelapa yang telah didapatkan tadi untuk menjadi lugu yang diinginkan.
“ Bagaimana, sudah selesai Din “ ujarku menyapa Syaifudin
“ Belum, Lan” jawab Syaifudin singkat
Lugu ku sudah hampir selesai” balasku
“ Ya, lugu ku tinggal sedikit lagi “ jawab Syaifudin
“ Aku mau cari bambu untuk bikin tongkat pelempar lugu “ kataku lagi
“ Ya, itu di samping rumahku ada bambu bekas bikin kandang ayam “ jawab Syaifudin
Aku yang semula mau cari ke tempat lain, setelah mendengar jawaban Syaifudin tersebut langsung mendatangi tempat yang dimaksud. Benar. Ada banyak potongan bambu yang sudah dibelah-belah sisa  ayah Syaifudin yang membuat kandang ayam. Aku ambil potongan bambu tersebut secukupnya untuk membuat tongkat pelempar lugu nantinya. Aku pilih potongan bambu yang lumayan tebal, karena pelempar lugu harus kuat dan lentur saat digunakan.
“ Din, ini ku bawakan bambu untuk mau juga” kataku dengan Syaifudin
“ Ya, terima kasih Lan” jawab Syaifudin sambil membereskan pekerjaan membuat lugu yang juga sudah selesai.
Kami pun kembali sibuk dan asyik membuat pelempar lugu yang terbuat dari bambu pilihan untuk melengkapi persiapan kami bermain lugu nantinya. Kalau tidak ada pelempar tersebut, tentu permainan lugu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
“ Lan, nanti kita ajak Aswan dan Masrani main balugu ya” ucap Syaifudin disela kami membuat pelempar lugu
“ Ya, kita main balugu di halaman sekolah nanti sore ” jawabku sambil terus menghaluskan alat pelempar lugu dengan sebilah parang.
Tidak berapa lama kemudian, selesailah usaha kami berdua membuat lugu dan pelemparnya sebagai salah satu alat permainan kami anak kampung. Kami sudah terbiasa membuat mainan sesuai dengan kemampuan dan keinginan sendiri, tidak mengandalkan bantuan orangtua atau orang lain. Semampu kami membuatnya, tidak ada juga yang menyalahkan atau menolak hasil karya tersebut. Hampir semua anak seusiaku di kampung sudah mampu membuat mainannya sendiri, bukan saja lugu tetapi juga layangan, ketapel, dan sebagainya.
****


Post a Comment for "Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 4. Membuat Lugu Sendiri"