Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 23. Musim ‘Manjatu’ Buah Kasturi (1)



Musim mulai berganti seiring dengan perputaran dan perjalanan waktu. Musim kemarau hampir berakhir dan berlalu, dan musim penghujan pun mulai datang. Seiring dengan musim penghujan, bunga dari pohon buah-buahan pun mulai bermunculan. Musim semi ala kampung kami.  Pohon kasturi yang banyak tumbuh di kampung mulai berkembang pada awal musim penghujan tersebut. Kasturi merupakan salah satu jenis pohon mangga yang banyak terdapat di Kalimantan,khususnya Kalimantan Selatan.
Kembang pohon kasturi yang berwarna putih terlihat menyelemuti setiap pohon kasturi yang ada di kampung kami. Ada puluhan atau bahkan ratusan pohon kasturi yang ada di kampung kami.Angin yang sering bertiup kencang dan hujan lebat yang sering turun dapat mengurangi kembang kasturi menjadi buah, karena tiupan angina  kencang dan air hujan  yang lebat dapat merontokkan kembang pohon kasturi dan pohon buah lainnya, sehingga mengurangi bekal buahnya. Kondisi tersebut yang dikhawatirkan oleh pemilik pohon kasturi, karena akan mengurangi buah kasturi yang ada.

Menurut Wikipedia, pohon mangga kasturi bisa mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang ± 40 – 115 cm. Kulit kayu berwarna putih keabu-abuan sampai coklat terang, kadangkala terdapat retakan atau celah kecil ± 1 cm berupa kulit kayu mati dan mirip dengan Mangifera indica. Daun bertangkai, berbentuk lanset memanjang dengan ujung runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12 – 25 tulang daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.
Bunga majemuk berkelamin ganda dengan bentuk bunga rasemos dan kerapkali berambut rapat. Panjang tangkai bunga ± 28 cm dengan anak tangkai sangat pendek, yaitu 2 – 4 mm. Daun kelopak bulat telur memanjang dengan panjang 2 – 3 mm. Daun mahkota bulat telur memanjang dan bunga berbau harum. Benang sari sama panjang dengan mahkota, staminodia sangat pendek dan seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga. Buah berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan berat kurang dari 80 gram, daging buah kuning atau oranye dan berserabut. Biji batu dengan dinding yang tebal. Mangga ini berbuah pada awal musim hujan atau sekitar bulan Januari  (https://id.wikipedia.org/wiki/Mangga_kasturi)

Kami, anak-anak kampung sangat  bersuka cita menyambut kedatangan musim buah kasturi, karena menjadi ajang dan wahana kami dalam bermain yang baru. Tidak setiap tahun kasturi berbuah lebat, ada masa-masanya tidak ada buah kasturi sama sekali, karena adanya  musim kemarau yang panjang,atau musim hujan yang datang lebih awal dengan disertai angin kencang.
Para pemilik pohon kasturi sudah bersiap-siap juga menyambut musim buah kasturi dengan cara membersihkan lahan di bawah pohon kasturi dan sekitarnya, karena selama beberapa waktu lahan yang berada di bawah pohon kasturi tersebut jarang dibersihkan oleh pemiliknya. Pada umumnya lahan yang berada di bawah pohon kasturi kurang dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam, karena dedaunan pohon kasturi yang besar itu menghambat masuknya sinar matahari ke tanah yang ada di bawahnya. Jika ada tumbuhan yang ada di bawah pohon kasturi, hanyalah semak-semak, rumpun banban,  atau tumbuhan liarnya.
Hari berganti hari, dan bulan pun berganti bulan. Kini, buah –buah kasturi sudah mulai masak di pohonnya. Pohon kasturi yang batangnya tinggi dan besar cukup memudahkan banyak orang mengetahui buahnya sudah masak atau belum, karena dari kejauhan sudah dapat terlihat buah kasturi tersebut. Jika buahnya sudah mulai masak, terlihat kehitam-hitaman dari kejauhan, dan inilah saatnya musim ‘ manjatu’ buah kasturi. Manjatu itu artinya mencari dan mengambil buah kasturi yang sudah jatuh ke lahan di bawah pohonnya.
“ Nang, pohon kasturi yang di darat Sungai Tabuk mulai masak buahnya, “ ujar ayah memberitahuku pada suatu malam.
“ Iyakah Yah, esok ulun memeriksanya  ke darat, “ jawabku
Ya. Pada tanah milik ayah dan keluarga di Sungai Tabuk, sekitar 2 kilometer dari rumah kami di kampung  ada pohon kasturi yang besar dan rimbun. Pohon kasturi itu sebenarnya milik keluarga besar kami, dan semua sanak keluarga  boleh saja mengambilnya untuk dimakan. Ayahku memiliki saudara ada 6 orang, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Kami biasa menyebutnya kalau ke tanah yang ada pohon kasturi itu ke darat.
“ Din, kamu mau ikut memeriksa pohon kasturi di Sungai Tabuk siang nanti, ujar ayahku buahnya mulai masak “ ajakku dengan Syaifudin saat pulang sekolah.
“ Bisa,Lan. Nanti kita ajak juga Masrani dan Aswan ,” jawab Syaifudin.
“ Iya,Din. Kita sama-sama Masrani dan  Aswan ke sana,”jawabku dengan  penuh semangat.
Siang itu, setelah makan siang di rumah masing-masing, aku, Masrani, Syaifudin, dan Aswan sudah berkumpul di bawah pohon kasturi Masrani yang ada di belakang sekolah kami. Sesuai dengan rencana, siang itu kami akan memeriksa buah kasturi yang ada di tanah milik keluargaku  yang berada di Sungai Tabuk.
“ Lan, kamu bawa apa, “ ujar Masrani  menanyaiku
“ Aku bawa parang untuk bersih-bersih di sana, “ jawabku.
“ Iya, aku juga bawa  parang  dan bakul, kalau-kalau ada buah kasturi masak yang sudah jatuh, “ ucap Aswan.
  Aku tidak bawa apa-apa,ikut bantu-bantu saja,” ujar Syaifudin.
“ Kalau  sudah siap, ayo kita berangkat, “ ujarku.
“ Iya,Lan. Cepat kita berangkat,takut nanti didahului orang lain ke  sana , “ ujar Masrani.
Kami menelusuri jalan setapak yang biasanya dilewati masyarakat kampung  kami jika mau ke Sungai Tabuk. Saat melintasi dan menyeberangi Sungai Tabuk kami tidak perlu khawatir basah atau kena air,karena aliran sungai yang lebar sekitar 6  meter dan dalam sekitar 4 meter kini sudah kering akibat kemarau. 
Sekitar 15  menit kami menapaki  jalan setapak dan melintasi aliran  Sungai Tabuk yang kering, akhirnya sampai di tempat tujuan. Betapa terkejutnya aku dan kawan-kawan ketika menjelang beberapa meter di tempat tujuan….

****

Post a Comment for "Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 23. Musim ‘Manjatu’ Buah Kasturi (1)"