DAMPAK SEKOLAH KEKURANGAN SISWA


Koran Banjarmasin Post, Sabtu, 28 Desember 2019, kembali dampak sekolah kekurangan siswa pada beritanya di halaman 10 dengan judul “ Dua SDN Segera Diregrouping”. Menurut beritanya, rencana regrouping atau penggabungan sekolah jenjang sekolah dasar (SD) di Kota Banjarmasin makin mengerucut. Targetnya jumlah murid dari kelas 1 sampai 6 itu kurang 60 orang. Dari analisa dinas pendidikan setempat, ada dua SDN yang bekal segera diregrouping.
Sekitar setahun yang lalu, koran ini juga mengangkat masalah sekolah kekurangan siswa jenjang SMP di Kota Banjarmasin sebagaimana penerbitannya pada Rabu, tanggal 18 Juli 2018, dengan judul “ 6 Guru Terancam Pindah Mengajar”, dengan subjdul “ SMPN 28 Target Tambah 15 Siswa”.  Sehari sebelumnya, koran Banjarmasin Post, Selasa, tanggal 17 Juli 2018, pada halaman  10, dengan judul “ SMPN 28 Kurang 220 Siswa” , bahwa menurut data yang diperoleh BPost dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, ada satu sekolah negeri yang kekurangan siswa sebanyak 220 siswa,  yaitu SMPN 28 Banjarmasin. Menurut data, sekolah ini mempunyai daya tampung sebanyak 259 siswa, namun sampai hari pertama masuk sekolah, tanggal 16 Juli 2018, peserta didiknya hanya 39 siswa, sehingga kekurangan sebanyak 220 siswa.
Jauh  hari sebelumnya, koran Banjarmasin Post pada juga sudah mengabarkan tentang fenomena kekurangan siswa tersebut, sebagaimana dikabarkan pada terbitan Kamis tanggal 5 Juli 2018, pada halaman 18, dengan judul berita “ Lima Kelas Terancam Kosong “ dan subjudul “ SMPN 28 Berencana Buka Pendaftaran Lagi”. Menurut berita tersebut bahwa sejak PPDB online diterapkan dalam dua tahun ajaran baru, SMPN 28 Banjarmasin di Jalan Kelayan A  Gang Dahlia, Banjarmasin Selatan, mengalami kekurangan siswa. Dibandingkan sebelumnya, dikatakan Bendahara Bantuan Operasional Sekolah SMPN 28  Kemuning, Siti Ridhawati atau biasa disapa Ridha, semua ruangan  belajar penuh. Namun, sejak dua tahun lalu, ada ruangan kelas yang tidak terisi lagi. Penyebabnya, tidak ada siswa.

Fenomena menurunnya  jumlah siswa di sekolah dari tahun ke tahun pelajaran, merupakan sebuah tantangan berat bagi kepala sekolah dan guru. Bagi kepala sekolah, penurunan jumlah siswa di sekolahnya,  akan berdampak kepada penerimaan dana Bantuan Operasional Sekolah atau BOS, karena dana BOS diberikan kepada sekolah berdasarkan data jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Dengan demikian, semakin menurun jumlah siswa dari tahun-tahun sebelumnya, maka akan berdampak pula terhadap kegiatan atau operasional sekolah yang selama ini dibiayai dari dana BOS, seperti pembayaran gaji bagi guru honorer, pemeliharaan fasilitas dan sarana sekolah, dan sebagainya.

Sedangkan bagi guru, dampak berkurangnya jumlah siswa juga akan berimbas pada berkurangnya jumlah mengajar, karena jumlah kelas juga berkurang. Hal tersebut,  akan berakibat pada berkurangnya jumlah jam mengajar, terlebih lagi kalau guru mata pelajaran sejenis cukup banyak jumlahnya di sekolah tersebut, misalnya guru mata pelajaran IPA.  Dengan berkurangnya jumlah jam mengajar tersebut, maka guru akan kekurangan jam wajib mengajar sebagaimana dipersyaratkan bagi guru penerima tunjangan sertifikasi, yaitu 24 jam per minggu.
Kekurangan jumlah jam mengajar di sekolah ini,  dapat membuat guru akan mencari tambahan jam pelajaran ke sekolah lain, agar dapat memenuhi atau mencukupi jam wajib mengajarnya untuk memperoleh tunjangan sertifikasi guru yang sangat diharapkan tersebut. Kondisi ini,  juga dapat membuat kepala sekolah harus berpikir keras bagaimana memberikan solusi kepada guru agar dapat tetap mengajar di sekolah sendiri, tidak menambah jam pelajaran ke sekolah lain, khusunya bagi guru  yang sudah bersertifikasi.  Bagaimana pun, kalau banyak guru di sekolahnya harus keluar menambah jam pelajaran, kepala sekolah akan merasa prihatin dengan kondisi sekolah yang dipimpinnya, karena sering ditinggalkan oleh guru di sekolahnya yang menambah jam mengajar di sekolah lain.
Guru merupakan tenaga inti yang menggerakkan proses pembelajaran di sekolah, tanpa kehadiran peran dan guru di kelas, maka mustahil proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Ketika guru harus mencari jam tambahan mengajar ke sekolah lain yang jaraknya relatif jauh, maka tentu proses pembelajaran kurang diperhatikan mutu dan prosesnya, karena guru kelelahan atau tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, terlebih guru tersebut seorang wanita.
Apabila sekolah pada setiap tahun pelajaran baru mengalami proses penurunan jumlah siswanya, maka tidak menutup kemungkinan  sekolah tersebut ditutup atau digabung dengan sekolah lain yang terdekat,   karena mengalami kemerosotan jumlah siswa yang berlangsung terus-menerus.
Fenomena sekolah kekurangan siswa perlu mendapat perhatian oleh semua pihak yang terkait, khususnya dinas pendidikan. Keterkaitan suatu masalah dengan masalah lainnya dalam kegiatan di sekolah akan berdampak pula terhadap mutu pelayanan sekolah terhadap siswanya, dan pada gilirannya berdampak pula terhadap mutu pendidikan itu sendiri.

Post a Comment for "DAMPAK SEKOLAH KEKURANGAN SISWA"