Seusai sarapan pagi tersebut penulis sekeluarga langsung berangkat
dengan menggunakan 3 (tiga) sepeda motor menuju ke Sekumpul Martapura, dengan
harapan pada pagi itu kami dapat lebih dekat ke tempat utama kegiatan haul,
yaitu di Musolla Ar-Raudah Sekumpul Martapura. Perkiraan penulis ternyata
meleset, karena ketika memasuki wilayah pasar Martapura jalan sudah dipenuhi
oleh jemaah yang berjalan kaki sehingga sepeda motor dan mobil nyaris tidak
dapat bergerak alias macet. Oleh sebab itu, penulis hanya dapat mengantarkan
isteri di dekat Masjid Al Karamah Martapura, selanjutnya isteri dan anak-anak
jalan kaki menuju Sekumpul yang berjarak sekitar 3 kilometer lagi.
Selanjutnya, penulis kembali ke kampung untuk membantu tim relawan yang
semakin sibuk mengatur arus lalu lintas pada pagi menjelang siang. Saat
diperjalanan balik ke kampung ini , penulis berlawanan arah dengan perjalanan
jemaah yang menuju ke Martapura, sehingga tidak mengalami kemacetan yang
berarti. Terus bertambah jumlah jemaah
haul yang datang dengan menggunakan kendaraan dari arah Banjarmasin membuat
kemacetan di beberapa titik, terutama di tempat yang ada persimpangannya,
seperti di simpang tiga Desa Teluk Selong
untuk naik jembatan menuju Desa Dalam
Pagar. Kondisi cuaca pagi menjelang itu
cukup panas terik dan hembusan angin nyaris tidak ada, sehingga membuat suasana
di jalanan terasa panas akibat ratusan sepeda motor yang mendomisasi jalanan
saat itu.
Baca Juga
- CATATAN HAUL ABAH GURU SEKUMPUL KE-15. Bagian 3. Ratusan Kapal Klotok Turut Membawa Jamaah Haul
- CATATAN HAUL ABAH GURU SEKUMPUL KE-15 Bagian 2. Kepadatan Arus Lalu Lintas dan Aksi Simpati Masyarakat jelang Puncak Haul
- CATATAN HAUL ABAH GURU SEKUMPUL KE-15. Bagian 6. Jemaah Tumpah Ruah ke Sekumpul Sesi Siang dan Sore
Kehadiran jumlah jemaah haul yang semakin banyak berdatangan tersebut
memang sudah diantisipasi oleh para relawan yang berjaga di sepanjang Jalan
Martapura Lama yang berada di Desa Sungai Rangan, Sungai Batang, Tangkas, Telok
Selong, Kramat, Pakauman hingga Martapura.
Saat Jalan Martapura Lama yang berada di wilayah Desa Telok Selong,
Kramat, Pakauman dinilai sudah padat dengan pejalan kaki dan pengendara roda
dua dan roda empat, maka kemudian arus jemaah haul dialihkan ke Sungai Kitano
melalui Jembatan Sultan Mustainbillah yang selanjutnya menuju Desa Dalam Pagar,
Kampung Melayu Ilir, Kampung Melayu, Mekar , dan diatur lagi untuk masuk ke
Martapura. Para relawan pengatur arus
lalu lintas dan relawan lainnya yang
mengatur pengendara sepeda motor dan mobil harus bekerja keras dan berjibaku
membantu kelancaran perjalanan mereka, meski harus berpanas-panasan dengan deru
suara sepeda motor dan asap knalpotnya.
Menjelang Shalat Dzuhur arus jemaah dari arah Banjarmasin sedikit
berkurang, sehingga tim relawan yang menjaga dan mengatur arus lalu lintas
dapat sedikit berisitirahat untuk minum atau makan siang. Terasa sekali bahwa
pada haul Abah Guru Sekumpul ke-15 tahun 2020 ini jemaah haul yang datang jumlahnya
banyak sekali dibandingkan tahun sebelumnya. Dari identitas wilayah stiker daerah
asal dan nomor polisi (nopol) kendaraan
yang dibawa jemaah haul dapat diinditifikasi banyak yang berasal dari luar
daerah Kalimantan Selatan, terutama dari Kalimantan Tengah. Kemungkinan besar mereka berangkat secara
bersama-sama dari kampungnya sejak siang kemarin dan menginap dulu diperjalanan,
dan selanjutnya meneruskan perjalanan pada pagi harinya.
Post a Comment for "CATATAN HAUL ABAH GURU SEKUMPUL KE-15. Bagian 5. Jemaah Tumpah Ruah ke Sekumpul Sesi Pagi dan Siang"