PTM TERBATAS, OASE DITENGAH PANDEMI

Banjarmasin Post, Senin (30/8) menurunkan berita di halaman depanya dengan judul “ 869 Sekolah di Banjar Gelar PTM” dan subjudul “ Banjarmasin Evaluasi PPKM Level 4 “. Dalam beritanya, mendapatkan lampu hijau dari pemerintah pusat, Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar mantap mengelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas, Senin (30/8). “ Insya Allah, Senin mulai PTM terbatas” kata Plt. Kepala Disdik Banjar, Liana Pennya, Minggu (29/8). Sebanyak 869 dari 927 sekolah diperkenankan buka.

Berdasarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sekolah yang dapat menyelenggarakan _PTM terbatas berada pada level 1-3, sedangkan yang berada pada level 4 hanya boleh menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kabupaten Banjar sebagaimana pemberitaan di atas termasuk 8 daerah yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan berada pada PPKM level 3, sedangkan 5 daerah lainnya, yaitu Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru masih berada pada PPKM level 4.

Pembukaan sekolah yang sudah sekian lama tidak dapat menyelenggarakan PTM sebagaimana pemberitaan BPost di atas diharapkan dapat diikuti oleh satuan pendidikan di daerah lain, khususnya di Kalimantan Selatan. Berbagai macam ragam keluhan dari orang tua/wali siswa sudah ‘kada kasandangan’ alias tidak tertahankan diterima oleh pihak satuan pendidikan hingga dinas pendidikan.

Dampak tidak dapat menyelenggarakan PTM  juga banyak dirasa satuan pendidikan yang di bawah pemerintah atau dinas pendidikan dan Kemenag, seperti makin berkurannya siswa yang masuk pada jenjang SD, SMP, dan seterusnya. Satuan pendidikan yang berada di bawah pemerintah tersebut tidak menyelenggarakan PTM sesuai ketentuan yang berlaku,  sehingga siswa atau orang tua/wali siswa tidak mau mendaftar atau masuk sekolah tersebut dan mencari satuan pendidikan yang menyelenggarakan PTM , seperti madrasah,  pondok pesentren, dan sebagainya.

Tuntutan dan desakan satuan pendidikan menyelenggarakan  PTM terbatas yang makin menggema akhir-akhir ini tidak terlepas dari kekhawatiran akan learning loss yang makin meningkat, karena hampir 2 (dua) tahun ini peserta didik belajar dari rumah (BDR) melalui PJJ. Menuurut The Education dan Development Forum (2020), learning loss  adalah siatuasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan, baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan (https://disdikkbb.org/news/learning-loss-dampak-pandemi-covid-19/).

Potensi dan  ancaman yang lain juga dapat terjadi, yaitu putus sekolah alias drop out. Banyak fakta di lapangan menunjukkan adanya fenomena siswa putus sekolah sebagai akibat tidak adanya penyelenggaraan PTM selama ini. Fenomena putus sekolah  dikhawatirkan akan semakin meningkat apabila PTM tidak kunjung–kunjung dilaksanakan, terutama pada jenjang sekolah menengah pertama dan atas, bahkan juga dapat terjadi pada jenjang SD kelas akhir.

Tentu masih banyak lagi dampak negatif yang dirasakan sekolah, siswa, orang tua/wali serta pemerintah dengan tidak dapat dibuka sekolah  dan diselenggarakannya PTM.  Selama ini pendidikan itu dipahami secara sederhana sebagai proses mendidik dan mengajar oleh guru di ruang kelas secara terjadwal dan sistematis. Dengan adanya PJJ ata BDR , maka jelas proses mendidik tidak dapat dilakukan secara maksimal dan intensif oleh guru dan sekolah. Hanya melalui pembelajaran tata muka dan kegiatan ekstra kurikuler sekolah atau pembiasaan proses mendidik dengan  penanaman nilai-nilai kepada siswa  dapat dilakukan. Tentu berbeda dengan PJJ atau BDR, praktis proses mendidik tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh guru atau sekolah, hanya pada sesi proses mengajar saja, dan itu pun tidak efektif.

Penyelenggaraan PTM terbatas pada beberapa sekolah di Kabupaten Banjar di atas diharapkan menjadi kenyataan yang berkelanjutan ditengah pandemi Covid-19 yang tidak jelas kapan berakhirnya. Pendidikan yang digadang-gadang menjadi tulang punggung peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar dapat bersaing di era globalisasi dan revolusi industri 4.0 harus segera bangkit kembali yang dimulai dengan menyelenggarakan PTM meski dengan serba keterbatasan. Dukungan semua pihak agar kondisi pandemi Covid-19 dapat dikendalikan sangat diperlukan agar penyelenggaraan PTJM tersebut dapat terus berkelanjutan. Semoga.

 

Post a Comment for "PTM TERBATAS, OASE DITENGAH PANDEMI"