Banjarmasin Post, Sabtu (35/9) menurunkan berita di halaman depanya dengan
judul “ Belum Ada Siswa Terpapar “. Dalam beritanya, baru beberapa waktu
menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM), sekolah di Kalimantan Selatan
dihadapkan pada resiko penularan Covid-19. Berdasarkan rilis Kemendikbud
Ristek, Kamis (23/9) , dari 46.580
sekolah yang melakukan PTM dan disurvei, sebanyak 2,8 persen atau 1.296
sekolah melaporkan adanya siswa atau tenaga pendidik yang terpapar”.
Berdasarkan pemberitaan koran tersebut, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
yang menggelar PTM sejak 29 Agustus 2021. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan HSS, Daru Priyanto, Jumat
(24/9), mengatakan penularan Covid-19 di kabupaten ini terus turun. Oleh karena
itu PTM terbatas bisa digelar. Bahkan,
jumlah sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan HSS, yang menggelar
PTM, diperbanyak. Di kabupaten ini ada 339 SD dan 37 SMP. “ Semuanya sudah PTM
terbatas,” kata Kadisdik HSS, Siti Erma beberapa waktu lalu.
Menurut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sekolah
yang dapat menyelenggarakan PTM terbatas berada pada level 1-3, sedangkan yang
berada pada level 4 hanya boleh menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Dengan kondisi yang masih demikian, pembukaan sekolah yang sudah sekian lama tidak
dapat menyelenggarakan PTM sebagaimana pemberitaan BPost di atas diharapkan
dapat diikuti oleh satuan pendidikan di daerah lain, khususnya di Kalimantan
Selatan.
Dampak tidak dapat menyelenggarakan PTM juga banyak dirasakan
oleh satuan pendidikan, seperti makin berkurannya siswa yang masuk pada jenjang
SD, SMP, dan seterusnya. Satuan pendidikan yang berada di bawah pemerintah tersebut
tidak menyelenggarakan PTM sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga
siswa atau orang tua/wali siswa tidak mau mendaftar atau masuk sekolah tersebut
dan mencari satuan pendidikan yang menyelenggarakan PTM , seperti
madrasah, pondok pesentren, dan sebagainya.
Tuntutan dan desakan agar satuan
pendidikan menyelenggarakan PTM terbatas yang makin menggema akhir-akhir
ini tidak terlepas seiring makin kuatnya kekhawatiran akan learning
loss yang makin meningkat, karena hampir 2 (dua) tahun ini peserta didik
belajar dari rumah (BDR) melalui PJJ. Menuurut The Education dan
Development Forum (2020), learning
loss adalah siatuasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan
keterampilan, baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis yang
terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya
proses pendidikan (https://disdikkbb.org/news/learning-loss-dampak-pandemi-covid-19/).
Potensi ancaman yang lain juga dapat terjadi, yaitu putus sekolah
alias drop out. Banyak fakta di lapangan menunjukkan adanya
fenomena siswa putus sekolah sebagai akibat sekolah masih belum diperbolehkan
menyelenggarakan PTM. Fenomena putus sekolah dikhawatirkan akan
semakin meningkat apabila PTM tidak kunjung dilaksanakan, terutama pada jenjang
sekolah menengah pertama dan atas, bahkan juga dapat terjadi pada jenjang SD
kelas akhir.
Tentu masih banyak lagi dampak negatif yang dirasakan sekolah, siswa, orang
tua/wali serta pemerintah akibat sekolah belum diperbolehkan menyelenggarakan
PTM. Selama ini pendidikan itu dipahami secara sederhana sebagai
proses mendidik dan mengajar oleh guru di ruang kelas secara terjadwal dan
sistematis. Dengan adanya PJJ ata BDR , maka jelas proses mendidik tidak dapat
dilakukan secara maksimal dan intensif oleh guru dan sekolah. Hanya melalui
pembelajaran tata muka dan kegiatan ekstra kurikuler sekolah atau pembiasaan
proses mendidik dengan penanaman nilai-nilai kepada siswa dapat
dilakukan. Tentu berbeda dengan PJJ atau BDR, praktis proses mendidik tidak
sepenuhnya dapat dilakukan oleh guru atau sekolah, hanya pada sesi proses
mengajar saja, dan itu pun tidak efektif.
Penyelenggaraan PTM terbatas pada beberapa sekolah di Kalimantan Selatan diharapkan menjadi kenyataan yang
berkelanjutan ditengah pandemi Covid-19 yang tidak jelas kapan berakhirnya.
Pendidikan yang digadang-gadang menjadi tulang punggung peningkatan sumber daya
manusia Indonesia agar dapat bersaing di era globalisasi dan revolusi industri
4.0 harus segera bangkit kembali yang dimulai dengan menyelenggarakan PTM meski
dengan serba keterbatasan. Dukungan semua pihak agar kondisi pandemi Covid-19
dapat dikendalikan sangat diperlukan agar penyelenggaraan PTJM tersebut dapat
terus berkelanjutan. Semoga.
#BangkitPendidikanNegeriKu
Post a Comment for "PTM, DIANTARA HARAPAN DAN KEKHAWATIRAN"