CATATAN PERJALANAN KE PEGUNUNGAN MERATUS : Part. 9. Terjebak Banjir di Jalan Alternatif

 

Jalan semakin gelap ketika memasuki jalan alternatif dari samping masjid di Selan, Astambul, pada malam Senin tanggal 29 Januari 2023, selepas kemacetan di jalan trans Kalimantan.  Posisi mobil yang saya bawa turus di belakang mobil Rahmadi, jaraknya sekitar 5-8 meter. Kondisi jalan pada umumnya beraspal, sempit, dan gelap karena di kiri kananya ada kebun karet atau semak belukar.

Sesampai di sebuah kampung yang cukup banyak rumah penduduknya, kami mendapatkan posko relawan  masyarakat setempat dalam rangka haul Guru Sekumpul ke-18. Kami mendapatkan minuman dan kue yang dibagikan secara gratis dari posko relawan. Alhamdulillah, saya  dapat mengobati rasa haus dan lapar dalam perjalanan meski dengan hanya segelas air mineral dan sebiji kue.Cukuplah untuk mengganjal sementara sebelum sampai ke rumah.

Sekitar beberapa kilometer dari posko relawan haul Guru Sekumpul ke-18 di atas, jalan yang dilalui terlihat mulai tergenang air. Tidak jauh kemudian, saat memasuki simpang tiga jalannya sudah digenangi air yang cukup dalam dan panjang. Terus berjalan memasuki sebuah perkampungan kondisi jalannya semakin banyak yang tergenang air. Saya yang berada di belakang mobil Rahmadi terus memperhatikan pergerakan mobilnya dan tetap menjaga jarak aman, sekitar 6-8 meter. Sesekali saya memainkan tombol lampu dim mobil guna memberikan isyarat kepada Rahmadi akan posisi mobil saya.

Menurut informasi adik ipar yang duduk di samping saya, bahwa katanya kalau tidak salah bahwa jalan dilalui itu berada di Desa Matang Danau. Maklum saja, kondisinya gelap sehingga tidak dapat membaca tulisan atau apapun yang ada di sekitar jalan yang dilewati. Terlebih saya sendiri penglihatan lebih fokus ke depan, khawatir ada jebakan lobang di tengah jalan, karena tertutup air dan jalan itu tidak pernah sama sekali saya jalani.

Dalam perjalanan di sepenjang jalan yang digenangi air banjir malam itu, kembali mobil kami bertemu dengan posko relawan haul Guru Sekumpul ke-18 di depan sebuah masjid. Pada posko ini kami mendapat pembagian nasi bungkus yang cukup banyak. Mungkin, karena tidak ada atau sepi pengendara jamaah haul yang melewati jalan tersebut, sehingga banyak nasi bungkus yang tidak terbagikan. Alhamdulillah, cukup untuk nantinya disantap saat sampai di rumah.

Selepas dari posko relawan tersebut, kembali kami melanjutkan perjalanan menuju Kalampayan. Dan, kondisi jalan yang dilewati masih banyak yang tergenang banjir, bahkan ada beberapa titik yang kondisi airnya cukup dalam dan arusnya deras. Saya harus ektra hati-hati saat melintasi jalan yang penuh air dan lumayan deras agar tidak terjebak dalam kubangan atau tanah yang lembek sehingga dapat membahayakan keselamatan kami. Lampu jauh yang terang sering saya gunakan untuk membuat kondisi jalan lebih terang dan jelas, dan sekaligus memberitahu mobil Rahmadi yang ada di depan.

Kondisi jalan yang tergenang banjir berlanjut hingga beberapa desa yang dilalui. Memang ada yang kondisi jalannya tidak tergenang banjir, namun hal itu hanya sedikit saja. Bahkan ketika memasuki Desa Kalampayan, kondisi jalannya lebih banyak tergenang banjir, termasuk jalan yang ada di depan pintu gerbang masuk kubah Datu Kalampayan (Syekh Muhammad Arsyad al Banjary). Air banjir menggenangi jalan  tersebut hingga ke pintu gerbang desa tersebut .

 

 bersambung ke part.10.......................................

#savemeratus

Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN KE PEGUNUNGAN MERATUS : Part. 9. Terjebak Banjir di Jalan Alternatif"