Sekitar pukul 17.30 Wita
rombongan kami mulai bergerak meninggalkan Sungai Raya untuk pulang ke Sungai
Kitano yang berjarak sekitar 40 kilometer, atau sekitar 1 (satu) jam waktu. Di
mobil saya ada adik bersama anak dan suaminya serta acil (bibi) Inah yang duduk di barisan bangku belakang sendirian. Sesaat
memasuki jalan trans Kalimantan arah ke Martapura, kondisi arus lalu lintas
sore itu terlihat mulai padat dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Sebagaimana
diinformasikan sebelumnya, bahwa pada malam nanti akan ada kegiatan haul Guru
Sekumpul (KH.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani) ke-18 di Sekumpul, Martapura.
Nah, arus kendaraan yang bergerak
menuju Martapura pada sore itu pada umumnya masyarakat atau jamaah haul yang
akan mengikuti kegiatan haul tersebut. Perkiraannya, kendaraan yang bergerak
tersebut berasal dari beberapa wilayah dari daerah hulu sungai, seperti Tapin,
Hulu Sungai Selatan, dan bahkan dari wilayah Kalimantan Timur atau Kalimantan
Tengah.
Ketika memasuki wilayah
Kecamatan Mataraman (Kabupaten Banjar), arus lalu lintas arah ke Martapura
mulai tersendak dan beberapa kali macet, meski jalan dibuka satu arah saja.
Saya yang membawa mobil berada di posisi depan dari rombongan kami. Namun,
ketika sampai di jalan trans Kalimantan yang terjebak macet tersebut, posisi
mobil rombongan kami sudah terpisah dan terjebak macet yang panjang. Hingga
menjelang azan Magrib masih terjebak macet total.
Saat kumandang azan Magrib terdengar
posisi mobil yang saya bawa berada di dekat masjid yang ada di daerah Selan.
Sebelumnya, di saat jalan arah berlawanan terlihat melintas mobil yang
dikemudikan oleh Rahmadi, tetapi tidak berapa lama mobil dapat masuk ke jalur
yang menuju Martapura dan kembali ikut terjebak macet. Sementara, adik ipar
yang duduk di sebelah saya menginformasikan bahwa ada jalan pintas tembus ke Kalampayan yang posisinya di samping
masjid tersebut. Namun, untuk melewati jalur alternatif itu dia kurang yakin
karena lama sekali pernah lewat jalan tersebut dan saat itu dia jalan pada
malam hari.
Tidak beberapa lama kemudian
saat tengah kemacetan tersebut, terlihat mobil Rahmadi keluar dari barisan dan
belok kea rah berlawanan. Saya dan adik ipar memperkirakan Rahmadi akan membawa
mobil memasuki jalan samping masjid untuk melwati jalan pintas menuju
Kalampayan. Ternyata benar, Rahmadi masuk jalan samping masjid. Lalu, saya pun
membelokkan mobil untuk mengikuti Rahmadi tersebut sambil membunyikan klapson
untuk memberitahunya, tetatpi tidak ditanggapinya.
Singkat cerita, akhirnya saya
mengikuti Rahmadi dari kejauhan, karena mobil Rahmadi meluncur cepat di jalan
yang cukup sempit dan gelap. Dari kejauhan terkadang masih terlihat lampu
belakang mobilnya menandakan jalan yang saya ikuti benar adanya. Sambil
mengejar mobil Rahmadi, adik ipar menelpon adiknya yang ada dalam mobil tersebut
untuk memberikan informasi kepada Rahmadi agar pelan-pelan karena mobil kami
mengikutinya. Alhamdulillah, telepon
dapat tersambung dan tidak berapa lama mobil saya dapat beriringan dengan mobil
Rahmadi.
#savemeratus
Post a Comment for "CATATAN PERJALANAN KE PEGUNUNGAN MERATUS : Part. 8. Terjebak Macet di Jalan Trans Kalimantan Saat Pulang"