CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 20. Perjalanan Menuju Ampah yang Luar Biasa.



Penulis dan Ibu Diana Mulawarmaningsih bergegas pulang ke hotel tempat kami menginap selama di Kota Tamiang Layang, Ibukota Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Tidak lama kami sudah sampai di hotel sekitar pukul 15.00 WIB. Menurut informasi dari Ibu Diana Mulawarmaningsih, bahwa beliau sudah pesan taksi travel dan akan menjemputnya di hotel pada pukul 15.00 WIB.  Oleh sebab itu, beliau segera menuju ke kamarnya guna mengambil perlengkapan yang akan dibawa pulang kembali ke Katingang, Kalimantan Tengah pada sore itu juga.
Penulis pun segera juga menuju kamar untuk mengemas pakaian yang masih belum dimasukkan ke dalam tas. Sedangkan Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari sudah terlebih dulu memasukkan pakaian dan perlengkapan lainnya ke dalam tasnya masing-masing, karena sore ini juga kami harus keluar atau ceck out dari hotel. Selesai memasukkan pakaian dan perlengkapan lainnya ke dalam tas, penulis pun segera keluar kamar mendatangi Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari yang sedang menonton televisi di ruang lobi hotel lantai II untuk memintanya segera mengambil tas dan ceck out dari hotel.
Kami segera ke bagian resepsionis hotel yang berada di lantai I untuk menyerahkan kunci kamar kepada petugas resepsionis yang sedang bertugas. Setelah menyerahkan kunci kamar, kami segera menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju Ampah, sebuah kota kecil yang berjarak 45 km dari Tamiang Layang arah ke Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.  Sebelum berangkat ke Ampah, penulis menyempatkan mengirim pesam melalui WA kepada Ibu Diana Mulawarningsih, bahwa kami pamit dan berangkat ke Ampah. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB.
Tujuan ke Ampah ini merupakan pengganti dari rencana awal ke Buntok, Kalimantan Tengah, karena orang yang ingin didatangi di sana sudah ketemu di hotel sehari sebelumnya, dan juga rumah orang yang akan didatangi tersebut adanya di Ampah, bukan di Buntok. Bagi penulis, Ahmadiyanto, dan ananda Muhammad Munawir Akbari perjalanan menuju Ampah ini merupakan yang pertama kali dilakukan selama ini. Penulis, memang sudah lama mendengar nama Ampah tersebut dari pembicaraan orangtua di kampung dulu, dan kini penulis akan melihat langsung kota kecil tersebut.
Perjalanan ke Ampah diperkirakan sekitar 45 menit sebagaimana informasi yang penulis dapatkan dari sopir mobil taksi travel yang mangkal dekat hotel sebelumnya. Penulis menjalankan mobil ke arah Ampah di jalan trans Kalimantan yang menghungkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pada awalnya kondisi jalan yang penulis lewati cukup lebar dan  baik aspalnya, namun ketika makin lama menuju Ampah, kondisi jalannya semakin sempit, aspalnya rusak, dan jalannya banyak berlobang.
Dengan adanya kondisi jalan trans Kalimantan menuju Ampah ini, maka kemungkinan besar perjalanan tidak sesuai dengan perkiraan waktu semula. Terlebih lagi, pada sore menjelang Magrib itu, terlihat banyak truk besar pengangkut batu, tanah, atau mungkin juga batubara banyak melintas di jalan trans Kalimantan tersebut. Kondisi jalan sebagian ada juga proses pelebaran dan perbaikan, sedangkan sebagian besarnya lagi masih dalam kondisi yang kurang baik dan sempit. Pada titik tertentu juga ada tikungan tajam dan tanjakan yang relatif tinggi. Penulis merasakan cukup berat membawa mobil pada kondisi jalan yang belum baik ini. Mungkin setahunatau beberapa tahun kemudian, jalan trans Kalimantan ini kondisi akan sama dengan jalan trans Kalimantan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ketika memasuki Kota Ampah, jalan mulai relatif baik dan luas. Suasana arus lalu lintas saat memasuki Kota Ampah sore itu semakin padat oleh kendaraan umum, baik roda dua maupun roda empat.  Sekitar pukul 17.00 WIB kami tiba di halaman sebuah masjid terbesar di Kota Ampah ini, yaitu Masjid Besar Sabilal Muhtadin. Kami pun segera keluar mobil untuk melihat kondisi lingkungan masjid dan sekitarnya. Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari ke masjid untuk melaksanakan Shalat Ashar, sedangkan penulis masih di tempat wudhu untuk melaksanakan shalat di masjid yang terlihat besar dan mewah di kota kecil tersebut.


Post a Comment for " CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 20. Perjalanan Menuju Ampah yang Luar Biasa."