Penulis dan Ibu Diana
Mulawarmaningsih bergegas pulang ke hotel tempat kami menginap selama di Kota
Tamiang Layang, Ibukota Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Tidak lama kami sudah sampai di hotel sekitar pukul 15.00 WIB. Menurut
informasi dari Ibu Diana Mulawarmaningsih, bahwa beliau sudah pesan taksi
travel dan akan menjemputnya di hotel pada pukul 15.00 WIB. Oleh sebab itu, beliau segera menuju ke
kamarnya guna mengambil perlengkapan yang akan dibawa pulang kembali ke
Katingang, Kalimantan Tengah pada sore itu juga.
Penulis pun segera juga menuju
kamar untuk mengemas pakaian yang masih belum dimasukkan ke dalam tas.
Sedangkan Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari sudah terlebih dulu
memasukkan pakaian dan perlengkapan lainnya ke dalam tasnya masing-masing,
karena sore ini juga kami harus keluar atau ceck
out dari hotel. Selesai memasukkan pakaian dan perlengkapan lainnya ke
dalam tas, penulis pun segera keluar kamar mendatangi Ahmadiyanto dan ananda
Muhammad Munawir Akbari yang sedang menonton televisi di ruang lobi hotel
lantai II untuk memintanya segera mengambil tas dan ceck out dari hotel.
Kami segera ke bagian resepsionis
hotel yang berada di lantai I untuk menyerahkan kunci kamar kepada petugas
resepsionis yang sedang bertugas. Setelah menyerahkan kunci kamar, kami segera
menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju Ampah, sebuah kota kecil yang
berjarak 45 km dari Tamiang Layang arah ke Palangkaraya, Ibukota Provinsi
Kalimantan Selatan. Sebelum berangkat ke
Ampah, penulis menyempatkan mengirim pesam melalui WA kepada Ibu Diana
Mulawarningsih, bahwa kami pamit dan berangkat ke Ampah. Waktu itu sudah
menunjukkan pukul 15.30 WIB.
Tujuan ke Ampah ini merupakan
pengganti dari rencana awal ke Buntok, Kalimantan Tengah, karena orang yang
ingin didatangi di sana sudah ketemu di hotel sehari sebelumnya, dan juga rumah
orang yang akan didatangi tersebut adanya di Ampah, bukan di Buntok. Bagi
penulis, Ahmadiyanto, dan ananda Muhammad Munawir Akbari perjalanan menuju
Ampah ini merupakan yang pertama kali dilakukan selama ini. Penulis, memang
sudah lama mendengar nama Ampah tersebut dari pembicaraan orangtua di kampung
dulu, dan kini penulis akan melihat langsung kota kecil tersebut.
Perjalanan ke Ampah diperkirakan
sekitar 45 menit sebagaimana informasi yang penulis dapatkan dari sopir mobil
taksi travel yang mangkal dekat hotel sebelumnya. Penulis menjalankan mobil ke
arah Ampah di jalan trans Kalimantan yang menghungkan Provinsi Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah. Pada awalnya kondisi jalan yang penulis lewati
cukup lebar dan baik aspalnya, namun
ketika makin lama menuju Ampah, kondisi jalannya semakin sempit, aspalnya
rusak, dan jalannya banyak berlobang.
Dengan adanya kondisi jalan trans
Kalimantan menuju Ampah ini, maka kemungkinan besar perjalanan tidak sesuai
dengan perkiraan waktu semula. Terlebih lagi, pada sore menjelang Magrib itu,
terlihat banyak truk besar pengangkut batu, tanah, atau mungkin juga batubara
banyak melintas di jalan trans Kalimantan tersebut. Kondisi jalan sebagian ada
juga proses pelebaran dan perbaikan, sedangkan sebagian besarnya lagi masih
dalam kondisi yang kurang baik dan sempit. Pada titik tertentu juga ada
tikungan tajam dan tanjakan yang relatif tinggi. Penulis merasakan cukup berat
membawa mobil pada kondisi jalan yang belum baik ini. Mungkin setahunatau
beberapa tahun kemudian, jalan trans Kalimantan ini kondisi akan sama dengan
jalan trans Kalimantan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ketika memasuki Kota Ampah, jalan
mulai relatif baik dan luas. Suasana arus lalu lintas saat memasuki Kota Ampah
sore itu semakin padat oleh kendaraan umum, baik roda dua maupun roda
empat. Sekitar pukul 17.00 WIB kami tiba
di halaman sebuah masjid terbesar di Kota Ampah ini, yaitu Masjid Besar Sabilal
Muhtadin. Kami pun segera keluar mobil untuk melihat kondisi lingkungan masjid
dan sekitarnya. Ahmadiyanto dan ananda Muhammad Munawir Akbari ke masjid untuk
melaksanakan Shalat Ashar, sedangkan penulis masih di tempat wudhu untuk
melaksanakan shalat di masjid yang terlihat besar dan mewah di kota kecil
tersebut.
Post a Comment for " CATATAN PERJALANAN PELAIHARI-TAMIANG LAYANG-2019. Bagian 20. Perjalanan Menuju Ampah yang Luar Biasa."