Tidak ada angin dan tidak ada petir, tiba-tiba
hujan turun di saat sang matahari yang bersinar terik. Jalan pun mulai berubah haluan, berubah 180
derajat dengan kondisi berputar secara mendadak, sehingga badan pun sempat
oleng dibuatnya. Peran yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tidak pernah
didamba-dambakan, tidak ada dalam bayangan, apalagi suatu ambisi yang
berlebihan alias ambisius.
Namun, Tuhan Yang Kuasa, Allah Swt, memiliki
rencana yang lain terhadap nasib dan perjalanan karir penulis. Percaya dan
sadar atas kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa itu, membuat penulis sadar akan arti
sebuah takdir, ketetapan Allah itu mutlak adanya. Tidak ada peran siapa pun yang dapat mengubah atau menentukannya.
Hanya Allah Swt lah memiliki ketetapan mutlak atas diri makhluknya, tidak
terkecuali bagi semua manusia, dan khususya diri penulis sendiri.
Kabar-kabur yang berhembus kencang selama
beberapa bulan terakhir ini, tidak dapat menjadi sebuah kenyataan, hanya sebuah
ilusi dan obsesi semata yang jelas rimbanya. Tentu, banyak spekulasi, persepsi,
dan bahkan argumentasi untuk menganalisis kabar-kabur tersebut yang didukung
oleh sedikit fakta imperis, kronoligis nisbi, dan asumsi-asumsi yang berkembang
liar dalam wacana publik.
Namun, akhirnya berbagai spekulasi,
argumentasi, maupun asumsi liar pun terpecahkan dengan adanya undangan yang
penulis terima sesudah shalat Isya. Ada rasa gembira sebelum membaca
seluruhnya, tetapi menjadi gundah gulana ketika membaca dengan penuh seksama.
Kedatangan surat undangan yang dikirim oleh pejabat tinggi yang menjadi atasan
penulis selama ini bukan isapan jempol dan asumsi belaka. Tertulis nyata dalam
kalimat resminya, namun bagi penulis semunya penuh tanda tanya.
Penulis mau coba bertanya kepada yang mengirim
surat melalui WA, namun tidak mampu terungkapkan dengan tulisan apalagi
kata-kata. Biarlah penulis menerimanya dengan disertai seribu satu tanda tanya,
akan kemana penulis berada setelah besok dibacakan surat keputusan resminya.
Apakah tetap di jalur yang sama dengan
tempat tugas yang berbeda, atau berbeda jalur dan tempat yang berbeda,
Seribu satu tanda tanya masih mengganggu di
alam pikiran dan hati penulis. Kepada siapa dapat bertanya, karena bukan
kehendak penulis untuk merubah jalur pengabdian hidup selama ini. Penulis
merasa nyaman berada di jalur yang sudah dijalani lebih dari seperempat abad,
sudah menyatu dengan aliran darah, menyatu dalam denyut nadi, menyatu dalam
hati, dan menyatu dalam sanubari. Lalu, apakah undangan tersebut akan merubah
jalur nyaman yang sudah sedemikian lama penulis geluti? Wallahu’alam.
###curhat2019###
Post a Comment for "CATATAN ATAS PERUBAHAN STATUS Bagian 1. Undangan yang Membuat 'Galau'"