MENCARI SOSOK GURU IDEAL DIERA MILENIAL Oleh IDA LISTIANA (Guru SMKN 1 Takisung- Tanah Laut)


Guru bukanlah profesi  yang sederhana. Menjadi seorang guru harus memenuhi berbagai macam persyaratan. Namun sayangnya, setelah menjadi guru banyak orang kurang menghargai profesi yang diembannya tersebut. Harusnya sebagai seorang guru bangga akan profesi tersebut, karena sebagian besar masyarakat percaya bahwa seorang guru tersebut menjadi sosok yang dapat dapat digugu dan ditiru . Tentu saja, harapan masyarakat tersebut menghendaki  agar guru dapat menjadi sosok teladan, khususnya tentang akhlaknya.
Seiring dengan perubahan zaman, kini penilaian masyarakat terhadap sosok guru sudah mulai  bergeser. Peran guru sebagai sosok dari yang harus digugu dan ditiru mulai dipertanyakan eksistensinya, terutama oleh siswanya sendiri di sekolah. Siswa makin berani melawan atau menentang perkataan atau pun nasihat gurunya. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa nasihat  yang keluar dari guru bukanlah dianggap siswa sebagai kata-kata sakti yang harusnya  mereka patuhi untuk kebaikan mereka.
Menurunnya penghargaan oleh siswa dan masyarakat terhadap sosok guru yang patut digugu dan ditiru antara lain disebabkan oleh faktor internal guru itu sendiri, seperti masih lemahnya komitmen pribadi guru terhadap profesinya,  kinerja guru yang kurang maksimal. Selain itu dari sisi ekternal antara lain disebabkan oleh  lingkungan rumah yaitu orang tua siswa, tayangan telivisi yang kurang mendidik, kemajuan tehnolgi informasi, dan lain-lain.
Sosok guru merupakan pengganti orang tua siswa selama mereka berada di sekolah.  Guru mempunyai kewajiban mendidik siswanya untuk menjadi seorang anak yang nantinya bukan cuma pintar dan cerdas secara intelektual saja,  namun juga harus mempunyai akhlak yang mulia. Menurut kamus Wikipedia, kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku itu harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak perhitungan, pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Adapun pengertian akhlak dalam Islam adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dari sifat tersebut timbul suatu perbuatan dengan mudah /gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. (al- Imam al-Ghazali).
Kedua pengertian akhlak baik menurut kamus Wikipedia dan dalam Islam mempunyai arti yang sama. Sehingga tujuannya mempunyai makna yang sama juga untuk membiasakan siswa melakukan hal-hal yang baik secara terus-menerus dengan bimbingan dari orang tua mereka, yang mana di sekolah diwakilkan oleh guru. Secara sederhana dapat kita jawab dengan tingkah laku yang mereka dapat tunjukkan dalam kesehariannya yaitu bisa menghormati kedua orang tuanya di rumah dan bisa menghormati gurunya di sekolah.
Guru dituntut untuk dapat menjalankan profesinya sebaik mungkin. Oleh sebab itu, guru disebut professional yaitu guru yang mampu menunjukkan  kemampuannya dalam mengajar, mendidik ataupun melatih siswanya secara baik dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sebagai seorang guru, maka hendaknya selalu meningkatkan profesi, kompetensi, dan kinerjanya untuk modal utama dalam mendidik siswa. Namun,  pada kenyataannya banyak guru yang belum mampu meningkatkan kompetensinya, sehingga guru terkesan ‘jalan di tempat’.
Proses pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru. Guru berupaya untuk membantu, membimbing dan mengarahkan serta berusaha membina potensi yang dimiliki siswa dalam membentuk pola sikap, tingkah laku sehingga mereka bisa mempunyai karakter mandiri dan bisa mengembangkan diri. Pada pelaksanaannya, komunikasi memegang peranan sangat penting, agar pembelajaran efektif maka guru harus berusaha mencurahkan dan mau mengaplikasikan seluruh kemampuannya.
Guru yang baik, tentu sudah mempersiapkan penyusunan program pengajaran seperti program tahunan, program semester dan RPP. Selain persiapan tersebut guru harus mampu sebagai: (1) organisator, yaitu guru harus bisa mengelola situasi dan kondisi perangkat pembelajaran karena guru bertindak sebagai penyelenggara proses pembelajaran.(2) Motivator, artinya guru mampu bertindak sebagai penyemangat siswanya dan mampu sebagai contoh yang baik (teladan). (3) Fasilitator, guru bertindak sebagai penyampai informasi pembelajaran.Maksudnya guru tidak sekedar memberi pelajaran tapi juga memberikan cara untuk mendapatkan pelajaran, guru hanya memantau, mengarahkan dan membimbing.(4) Evaluator, guru harus mampu mengamati tingkat keberhasilan siswanya secara terus-menerus sehingga memungkinkan hasil belajarnya selalu meningkat.
Dari berbagai uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa  sosok dan peran guru pada era milenial ini mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Guru harus mampu meningkatkan kompetensinya dalam rangka meningkatkatkan profesionalisme sebagai guru, sehingga dapat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu, guru diharapkan terus menjaga komitmen profesinya agar dapat mengemban amanah sebagai sosok yang patut digugu dan ditiru bagi generasi  dan masyarakat milenial sekarang ini.  

Post a Comment for "MENCARI SOSOK GURU IDEAL DIERA MILENIAL Oleh IDA LISTIANA (Guru SMKN 1 Takisung- Tanah Laut)"