Never Give Up! ( oleh Gina Safitri, Siswa SMPN 1 Lampihong, Balangan, Kalsel)



17 Juli 2017 adalah tanggal yang akan selalu terkenang dalam hidupku. Tanggal tersebut merupakan awal aku bersekolah di SMPN 1 Lampihong. Saat itu aku sangat senang, karena sekolahnya nyaman dan indah. Pada hari pertama sekolah, murid baru mengikuti upacara pagi Senin bersama dewan guru dan semua kakak kelas kami. Setelah itu kami diajak berkeliling sekolah dalam rangka kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS). Kami dipandu oleh kakak-kakak pengurus OSIS SMPN 1 Lampihong dan didampingi oleh dewan guru. Pada hari kedua, dewan guru memperkenalkan dirinya kepada kami. Setelah itu, kami juga memperkenalkan diri kami masing-masing. Kemudian, hari ketiga adalah hari yang ditunggu-tunggu, karena kegiatan hari terakhir ini ada  pembagian kelas.

Berdasarkan pengumuman pembagian kelas, ternyata aku berada di kelas VII B. Aku duduk sebangku dengan Lisa Ameliya. Di kelas VII B itu, aku juga sekelas dengan teman-temanku yang dulu sama-sama satu SD, yaitu Nurliana, Muhammad Agus, Alkusari dan Rahman. Teman-teman baruku di kelas juga banyak. Di kelas VII B tersebut muridnya ada 26 orang. Pada mulanya kondisi kelas kami ketika belajar biasa saja. Namun, lama kelamaan kelas kami menjadi  sangat ribut seperti di pasar. Ada yang bernyanyi, memukul-mukul meja, berlarian dan berteriak-teriak  di kelas. Mungkin mereka masih terbawa suasana waktu mereka masih duduk di bangku SD.
Guru-guru di sekolah dan wali kelas kami selalu menasehati dengan sabar, agar kami menghilangkan kebiasaan buruk kami sebelumnya. Mereka sangat baik terhadap kami. Oh , iya, di sekolahku juga banyak sekali kegiatan ekstra kurikuler. Aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler  olahraga bola volly dan Pramuka. Aku senang sekali, karena dapat menyalurkan bakatku bermain voli dan Pramuka. Dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut,  kami dilatih untuk bersikap mandiri dan bertanggung jawab. Di sekolahku juga sering melaksanakan berbagai lomba saat perayaan 17an, seperti   lomba makan kerupuk, lomba kelereng, lomba menyanyi lagu-lagu daerah dan nasional, lomba yel-yel dan lomba lainnya.

Kelas kami pun pernah mendapatkan juara III (tiga)  ketika mengikuti lomba yel-yel Hari Guru Nasional (HGN). Semua itu tidak lepas dari kerjasama dan kerja keras semua siswa di kelas kami. Waktu terasa berlalu begitu cepat, selang beberapa saat, tidak terasa pembagian rapot di semester 1(satu)  pun tiba. Saat pembagian rapot tersebut aku mendapatkan juara III (tiga).
 Aku sangat bahagia dan bertekad untuk belajar lebih giat lagi. Aku pun mulai sering membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolahku,  serta tidak lupa belajar di rumah. Ternyata semuanya tidak sia-sia, karena aku dan kawanku yang bernama Zuriatul Baidah terpilih  sebagai duta literasi.
 Alhamdulillah, puji syukur aku panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, saat pembagian rapot semester 2 (dua), kembali aku mendapat juara,  bahkan nilai dan hasilnya lebih baik dari semester terdahulu,  yakni juara  2 (dua). Aku sangat senang dan terharu. Semua ini tidak lepas dari doa dan dukungan orangtua  dan bimbingan seluruh dewan guru. Saat pengumuman kenaikan kelas, dewan guru selalu mengingatkan kami agar selalu bersyukur, terus belajar dan belajar serta jangan bersikap angkuh dan sombong, karena orang yang angkuh dan sombong tidak disukai oleh Tuhan dan juga tidak disenangi oleh teman. Dewan guru juga selalu mengingatkan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, kembangkanlah potensi yang ada pada diri kita masing-masing secara baik dan maksimal.
Terapkanlah ilmu padi," semakin masak dan berisi semakin merunduk".  Aku dan teman-temanku naik ke kelas VIII B. Syukur Alhamdulillah,  kami semua dapat naik kelas. Kami pun mempunyai adik-adik kelas baru. Di kelas VIII, aku terpilih menjadi KKR (Kader Kesehatan Remaja), dan itu membuatku lebih aktif lagi di sekolah. Aku juga sering mengikuti kegiatan penggalangan dana dan bakti sosial untuk korban bencana dan mereka yang terkena musibah bersama anggota-anggota Pramuka dari sekolah lain. Sebagian dari kami melaksanakan baksos di sekitar Tugu Gula Habang, ada juga yang berkeliling dari kampung ke kampung dengan berjalan kaki. Kegiatan tersebut sungguh sangat menyenangkan dan bermakna bagi kami, karena dapat menambah teman dan persaudaraan serta menumbuhkan rasa kemanusiaan dalam diriku. 
Kelas kami pun juga pernah ikut kegiatan lomba kebersihan kelas, lomba kreatifitas kelas, dan mading antar kelas. Kelas yang juara maupun yang belum juara, diberi kertas bergambar bintang untuk ditempel di kelas masing-masing. Kertas tersebut warnanya beragam, ada warna hijau, kuning, merah dan hitam. Saat lomba kelas tersebut diumumkan, kelas kami mendapatkan gambar bintang berwarna kuning yang artinya kelas kami masuk kategori baik. Aku dan teman-temanku pun begitu senang, karena hal itu tidak lain adalah hasil kerja keras kami yang selalu menjaga kebersihan kelas maupun sekolah.

Di kelas VIII B, sebagian dari kami terpilih menjadi anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) atau pun KKR (Kader Kesehatan Sekolah). Adapun kawan-kawan yang menjadi anggota OSIS diantaranya Al Kusari, M. Parif S.N, M.Taufik Hidayatul Ramadan, Winda Saputri dan Sri Wulandari. Sementara yang terpilih sebagai KKR adalah Ahmad Ruspandi, Hajerah, Jahratun Nisa, M. Agus, Riduan, Zulkifli dan aku sendiri. Duta sanitasi dan adiwiyata di kelas kami adalah Yeni Tami serta Kader keamanan dan ketertiban dari kelas kami adalah Widia Ningsih. Kami semua mendapatkan Id Card yang bertuliskan nama dan jabatan kami.
 Id Card tersebut diminta pembina OSIS kami untuk dipakai setiap hari. Ketua kelas kami pun yakni Ahmad Basuki atau yang biasa di sebut Coky juga mendapatkan Id Card Kader Penggiat Pancasila,  karena dia adalah ketua kelas di kelas kami. Wakil ketua kelas kami  adalah M. Agus, tubuhnya tinggi besar. Walaupun badannya tinggi dan gagah, namun ia tetap rendah hati dan tidak sombong.

 Setiap pagi, dewan guru selalu meminta kami untuk terbiasa untuk membersihkan selokan dan bagian depan kelas kami dari sampah dan daun-daun dari pohon ketapang yang berjatuhan. Bahkan bapak dan ibu guru juga sering membantu kami membersihkan lingkungan kelas dan sekolah. Selain halaman kelas, piket kebersihan kelas juga diminta untuk membersihkan ruang kelas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Agar kelas kami selalu bersih dan belajar pun menjadi nyaman. Kebetulanyang menjadi koordinator seksi kebersihan kelas adalah aku sendiri bersama dengan Alkusari.
Di sekolahku juga ada kegiatan 4J (Jumat Pintar, Jumat bersih, Jumat Taqwa, dan Jumat Sehat). Namun,  sekarang berubah nama menjadi 4S (Sabtu Pintar, Sabtu Bersih, Sabtu , dan Sabtu Sehat). Sabtu Pintar diisi dengan kegiatan membaca buku bersama di depan perpustakaan dan depan kantor. Setelah itu, satu orang perwakilan dari kelas masing-masing menceritakan kembali secara garis besar isi dari buku yang sudah dibaca. Kegiatan ini sungguh menyenangkan dan mengasah pengetahuan serta kemampuan berbicara kami di depan orang banyak.

Ketika kegiatan Sabtu Bersih, kami membersihkan lingkungan sekolah. Kami semua bergerak membersihkan rumput-rumput dan sampah-sampah yang dapat merusak lingkungan sekolah kami. Sementara Sabtu Taqwa, kami biasanya melaksanakan shalat dhuha bersama seluruh warga sekolah. Sedangkan Sabtu Sehat, kami melakukan senam bersama dan setelah itu diisi dengan kegiatan bermain volly, badminton dan kegiatan lainnya.
 Perpustakaan sekolahku juga lumayan nyaman. Di sana terdapat “Ambin Literasi” yang biasanya kami gunakan untuk membaca, duduk santai serta belajar. Ambin literasi ini dibuat di bagian depan perpustakaan (beranda perpustakaan) untuk menarik minat baca siswa dan untuk membuat siswa lebih nyaman membaca buku. Di dalam perpustakaan kami pun juga banyak buku-buku menarik untuk dibaca serta poster-poster yang mengajak kami untuk gemar membaca. 
Tak terasa beberapa bulan lagi aku dan teman-temanku akan memasuki ulangan semester 2 (dua). Namun, pada saat mau menghadapi uangan tersebut, awan gelap menyelimuti keluargaku. Rasa sedih menghampiri diriku. Kami semua mendapat kabar yang sangat membuat kaget kami sekeluarga. Adikku yang tinggal bersama nenek dan ayahku di Kuin, Banjarmasin. Adikku  didiagnosa terkena penyakit infeksi  paru-paru.
Aku, ibu dan adikku yang bungsu  bergegas berangkat ke Banjarmasin  untuk menemui adikku yang katanya sudah berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin. Aku lihat kondisi adik mulai lemah dan badannya agak kurus. Hampir beberapa minggu kami berada di Banjarmasin dan selama itu pula aku tidak bersekolah. Padahal jauh di lubuk hatiku, aku sangat merindukan sekolahku.
Hampir satu bulan aku, ibuku dan adikku, Riska Andini dan Najwa berada di Banjarmasin  untuk menjaga dan mendampingi adik yang sakit agar dia tetap kuat menghadapi cobaan yang ada pada dirinya. Terkadang aku merasa rindu dengan kampung halamanku, Lampihong, “Si Manis Si Gula Habang". Walaupun aku lahir di Banjarmasin, tapi aku telah menganggap lampihong sebagai tanah kelahiranku, karena aku sudah cukup lama tinggal di Lampihong.
Muhammad, adikku yang sakit cukup lama secara pelan mulai agak sehat, kami pun dengan berat hati kembali ke Lampihong, meninggalkan Muhammad dengan ayah kandungku di Banjarmasin, yang bekerja sebagai tukang bangunan. Adikku harus tetap berobat dan menjalani perawatan selama satu tahun. Setiap pagi dia minum 5 (lima) butir obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit agar penyakitnya tidak menyebar. Jika satu hari saja kelupaan atau tidak minum obat tersebut, maka proses pengobatan akan diperpanjang selama satu tahun selanjutnya. Obat tersebut setiap setengah bulan sekali harus diambil kembali  Rumah Sakit. Syukurnyanya, obat tersebut masih gratis berkat adanya program BPJS Kesehatan.
Berdasarkan keterangan dokter, paru-paru adikku yang berfungsi hanya sebelah dan dia hanya bernapas dengan menggunakan satu saluran pernafasannya. Aku sangat sedih, dan hanya mampu berdoa agar dia cepat sembuh dan dapat bersekolah kembali.  Sampai sekarang adikku masih belum bersekolah karena kondisinya yang tidak memungkinkan, padahal umurnya sudah 11 tahun. Namun, ayahku selalu berusaha mengajari dia membaca, sehingga sedikit demi sedikit dia terlihat sudah mulai mampu membaca. 
Ketika kondisi adikku mulai membaik, dengan berat hati aku dan ibuku kembali ke Lampihong. Sementara itu,  adikku tetap tinggal di Kuin bersama nenek dan ayahku, karena pertimbangan jarak yang lumayan jauh antara Lampihong dengan Banjarmasin, maka adikku tetap di sana guna rawat jalan dan harus berobat secara teratur. 
Sesampainya di Lampihong, besok harinyanya aku langsung bersekolah kembali. Tanpa menghiraukan rasa lelah sehabis perjalanan yang cukup jauh. Aku sudah tidak sabar lagi bertemu dengan teman-teman dan guruku, rasa lelahku pun terasa hilang. Aku berusaha mengejar ketertinggalanku dalam pelajaran serta berupaya memperbaiki nilai-nilai tugas dan ulangan harianku.
Dengan penuh semangat aku kembali  belajar di sekolah maupun di rumah. Tidak lupa aku selalu berdoa dan rajin membaca buku, karena aku tahu buku adalah jendela ilmu. Aku juga terinspirasi dari cerita biografi orang-orang sukses yang pernah ku baca di perpustakaan, misalnya  saja salah satu tokoh idolaku yakni Bapak B.J Habibie, beliau adalah orang yang suka membaca, sehingga menjadi orang yang pandai dan sukses. Aku pun bertekad membuat ibu bahagia dengan cara rajin belajar.
Ketika pembagiaan raport semester 1(satu) dikelas VIII ini, aku mendapatkan peringkat  ke 5 (lima). Meskipun peringkatku menurun, tetapi hal tersebut tidak membuatku berkecil hati. Malahan itu menjadi motivasi ku untuk menjadi lebih baik lagi. 
Tidak lupa aku berdoa kepada Allah Yang Maha Esa untuk memberi kemudahan padaku. Aku tetap bersyukur,  karena aku tetap dapat masuk peringkat 5 (lima) besar di kelas. Apalagi,  keluargaku ada tambahan rezeki dan membelikanku sepeda baru berwarna biru yang sangat aku sayangi. Sepeda warna hijau punyaku yang terdahulu, kini digunakan ibuku untuk menjajakan kue atau dalam bahasa Banjarnya di sebut "wadai". Ibuku setiap jam 05.00 pagi pergi ke tempat orang berjualan kue lalu ibuku pun menjajakan kembali kue tersebut keliling kampung. 
 Tak berapa lama lagi kami semua akan menjadi murid kelas IX, dan tentunya juga kami akan mendapatkan adik-adik kelas baru lagi. Tetapi sebelum itu, tentu saja kami harus belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh agar kami semua bisa naik ke kelas IX. Selama hampir 2 tahun bersekolah di SMPN 1 Lampihong, banyak pengalaman dan pelajaran hidup yang dapat ku jadikan pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebuah pengalaman dan bekal yang tak akan terlupakan dalam hidupku.
Hidup ini penuh perjuangan. Tidak ada keberhasilan tanpa adanya tetesan keringat dan air mata. Bahkan Thomas Alva Edison berkata ,"Kesuksesan adalah 1% dari kegeniusan dan 99% adalah dari kerja keras. Semakin kita merasakan perjuangan hidup, semakin dekat pula penemuan kita akan makna kehidupan yang sesungguhnya. Never Give Up!


Post a Comment for "Never Give Up! ( oleh Gina Safitri, Siswa SMPN 1 Lampihong, Balangan, Kalsel) "