Dalam
sistem dan proses pembelajaran selama ini, tugas rumah atau PR menjadi sesuatu yang lazim bagi siswa yang sedang
menempuh pendidikan. Ketika tugas itu dikerjakan dengan baik dan tepat waktu
maka siswa tersbut memperoleh nilai dari apa yang dikerjakan dalam PR tersebut.
Nilai yang diperoleh dari tugas PR juga merupakan nilai yang tidak terpisahkan
dari proses pembelajaran di kelas yang
dilaksanakan oleh guru, karena PR tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam pembelajaran.
Seiring
dengan perkembangan penyebaran virus korona atau covid-19 yang semakin masiv di
Indonesia, maka di banyak daerah meliburkan siswanya selama beberapa minggu.
Dalam rangka menyikapi masa libur sekolah pada masa krisis tersebut, maka
sekolah menugaskan kepada siswanya selama masa libur sekolah untuk mengerjakan tugas PR (pekerjaan rumah) yang diberikan oleh guru mereka. Mungkin saja, tugas PR yang
diberikan oleh guru tersebut merupakan tugas PR yang tidak direncanakan atau
diprogram sebelumnya, sehingga tugas PR
tersebut besar kemungkinannyanya tidak terstruktur dan bahkan tidak terukur.
Maklum saja, semuanya dilakukan secara mendadak dan darurat ditengah
kegentingan atau krisis penyebaran virus korona yang semakin meluas dan masiv
tersebut.
Guru merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) atau bentuk karya ilmiah
lainnya. Keberhasilan proses pembelajaran di kelas sangat tergantung dengan
guru itu sendiri dalam merencanakan dan memprogram suatu proses pembelajaran,
termasuk menyusun tugas PR bagi siswanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa
‘hitam-putihnya’ proses dan hasil pembelajaran sangat tergantung pada tangan
guru itu sendiri. Tujuan tugas PR pada dasarnya hanya untuk melengkapi dan
memperkuat materi pelajaran yang diberikan saat proses pembelajaran di kelas,
bukan bagian utama dalam pembelajaran.
Profesioanalisme
guru hendaknya didasari dengan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang
akan dilaksanakannyanya. Dalam perencanaan pembelajaran inilah pendidik
menyiapkan segala sesuatunya untuk proses pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan, misalnya dengan menentukan tujuan pembelajaran yang terukur,
bahan pelajaran yang tersedia, strategi dan metode pembelajaran yang veriatif
dan inovatif, sampai dengan PR atau tugas siswa yang akan dikerjakan
di rumah.
Persoalannya, banyak guru yang tidak
memiliki program dan perencanaan
pembelajaran dalam rangka melaksanakan tugasnya di depan kelas sehingga
proses pembelajaran tidak terencana dan tidak berjalan baik, bahkan terkesan
monoton dan membosankan bagi siswanya.
Keberadaan
guru profesional
menjadi bagian yang terpenting dan strategis bagi masa depan bangsa ini. Tidak
berlebihan kiranya bahwa sosok guru yang menjadi
idaman dan tumpuan harapan bangsa ini adalah mereka yang berjiwa pendidik sejati dengan
mengedapankan idealisme dalam kehidupan kepribadiannya dan
sikap profesional dalam melaksanakan tugasnya serta berkerpibadian sederhana dalam sikap, perilaku,
dan perbuatannya.
Pengendalian
diri dan emosi ketika sedang berhadapan dengan siswa yang majemuk di kelas menjadi faktor yang penting dan utama
bagi seorang guru. Kemajemukan
siswa yang dihadapi dengan latar belakang karakter, sikap,
perilaku, dan juga keluarga yang berbeda
satu sama lain merupakan tantang yang perlu dihadapi dengan
pengendalian diri dan emosi yang mumpuni, termasuk menghadapi siswa yang tidak
mau mengerjakan dan mengumpul PR atau
tugas lainnya sebagaimana diharapkan oleh guru.
Salah satu
kompetensi yang wajib dimiliki oleh pedagogik yang dalamnya mensyaratkan
kemampuan guru mengenali karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural,emosional, dan intelektual sebagaimana yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Pendekatan dan
pengenalan karakter peserta didik ini yang menjadi penting sebagai dasar utama dalam meniti
karir sebagai guru profesional. Ketika seorang guru tidak memiliki kemampuan
mengenal karakteristik peserta didiknya maka kemungkinan besar ia tidak mampu
mengelola kelas menjadi medium pembelajaran yang menyenangkan. Karakter peserta
didik menjadi titik awal bagaimana menentukan langkah stretegi, pendekatan, dan
metode yang akan dilakukan oleh sang
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang diempunya. Tatkala seorang
guru tidak mampu mengenali karakter peserta didiknya maka itu berarti langkah
awalnya membangun suasana dan kondisi pembelajaran di kelasnya terancam gagal.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa :“Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi”. Guru profesional pada intinya adalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran.
Profesionalisme guru dibangun
melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam
menyelesaikan pekerjaannya sebagai guru. ”Kompetensi-kompetensi penting jabatan
guru tersebut adalah kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi
bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta
kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan
profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai
profesional dituntut untuk senatiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan
kreativitasnya” masing-masing yang saling mempengaruhi.
Kemampuan guru dalam
menyiapkan tugas PR bagi siswa pada masa
krisis ini menjadi suatu keniscayaan, sehingga dalam penerapannya tidak membuat
siswa merasa terbebani dan membosankan. Dalam menghadapi kondisi yang darurat dan mendesak seperti
krisis penyebaran
virus korona atau covid-19 yang semakin masiv ini, maka kompetensi guru membuat
tugas PR diharapkan dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan
kondisi yang berkembang saat ini. Pembelajaran memang harus tetap berjalan
meski tanpa tatap muka di kelas, dan tugas PR menjadi salah satu alternatif
untuk mengkondisikan agar siswa tetap belajar dengan bimbingan dan arahan
orangtuanya di rumah masing-masing.
Tantangan
dan hambatan terhadap tugas PR itu pasti ada, karena adanya keterbatasan, belum
siap, dan berbagai masalah yang dihadapi guru itu sendiri dalam menyiapkan
tugas PR kepada siswanya. Dengan demikian, pihak orangtua hendaknya dapat
memahami kondisi guru dalam menyiapkan tugas PR tersebut, bukan mengeluh dengan
tugas PR yang berikan guru untuk anak-anaknya. Perlu komunikasi dan kerjasama
yang baik antara orangtua dengan guru dalam membantu siswa atau anak saat
mengerjakan tugas PR itu di rumah, sehingga pembelajaran di rumah dapat
berjalan efektif selama libur sekolah. Selamat berlibur di rumah bersama keluarga tercinta.
Post a Comment for "PR, TUGAS DILEMATIS DALAM MASA KRISIS "