Tulisan Kedua Kang Doddy : RUKUN UTAMA JURNALISTIK

 


Dalam tulisan kedua ini, saya akan melanjutkan mengenai ‘Materi Kesatu” dari Kang Doddy yang membahas mengenai jurnalistik. Pada tulisan sebelumnya telah dibahas mengenai perbedan dan contoh tulisan jurnalistik dengan bukan jurnalistik. Saya ingin menegaskan kembali bahwa paparan materi tulisan ini diambil dari tulisan Kang Doddy dalam grup WA “ Jurdik.id Bandung Raya” yang punya jargon “Jurdik.id (jurnalistik pedagogik, terdidik, mendidik) sebuah blog terbuka bagi para pengajar. Grup ini dibuat untuk menggodok rencana pelatihan jurnalistik (liputan, wawancara, studi pustaka, hingga penulisan laporan jurnalistik) untuk para pendidik (guru, dosen, ajengan, kiyai, suhu, dll).

Baiklah, tidak perlu panjang lebar pengantarnya, mari kita simak dan ikuti tulisan Kang Doddy ini dengan judul “ RUKUN UTAMA JURNALISTIK “

Rukun Jurnalistik dari waktu ke waktu, tak pernah berubah, yaitu apa yang disebut 5W+H, atau what (tentang apa), when (kapan), where (di mana), who (siapa), why (kenapa), dan how (bagaimana).

Begini paparan rincinya.

Ini contoh 5WH dalam berita piramida terbalik (straight news) yang sering digunakan dalam koran atau website berita.

Eril (who) tenggelam (what) di sungai Aare, swis (where) sejak 1 Juni 2022 (when), dan hingga sekarang belum ditemukan (why). Meskipun Tim SAR terbaik sudah dikerahkan, dan pencarian diintensifkan, namun Dubes RI untuk Swiss mengatakan, hingga sekarang usaha optimal itu belum menemukan hasil (How).

Lalu kutip pernyataan Dubes-nya. Perlu disebutkan juga, kapan dubes bicara dan dimana, kepada siapa saja dubes bicara? Bila ternyata kita juga mengambil berita ini dari 'pihak lain', maka harus disebutkan sumber yanIni sudah bisa dikatakan lengkap 5WH-nya, tapi nilai berita masih kurang, dari unsur prominent (figur publik) dan unsur proximely (kedekatan sumber dengan pembaca.

Akan beda nilainya bila ditambah seperti ini

Eril (who) putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (prominent sekaligus proximely), yang dinyatakan tenggelam sejak 1 Juni 2022, di Sungai Aare yang indah, di Kota Bern, Swis, hingga kini belum ditemukan jejaknya.

Seperti dilansir berbagai media, salah satunya kompas.id, upaya pencarian Eril telah diupayakan semaksimal mungkin, dengan melibatkan tim SAR, polisi, bahkan flyer tentang orang yang hanyut di Aare dengan memajang wajah Eril pun, dilakukan oleh warga di Bern.g dikutip.

Jadi malam ini, cukup sampey di 5WH dulu ya, sebagai RUKUN Jurnalistik, yang sebaiknya digunakan saat menilai sebuah postingan, atau share dari yang lain, atau tulisan di FB dan sosmed lainnya. Kita bisa mengukur sebuah informasi, apakah itu benar atau maudu, atau malah dhoif? Hoax atau fitnah?

Pun ketika kita menulis, sebaiknya menggunakan rukun 5WH, jika dimaksudkan untuk melaporkan sebuah peristiwa.

Untuk postingan bersifat ilmu, juga jangan hanya teori, harus ada referensi. Kiranya, referensi juga dibutuhkan dalam laporan jurnalistik.

Sumber jurnalistik berasal dari tiga aktivitas ini

1. Observasi atau covering, atau liputan.

2. Wawancara dengan narasumber terpercaya

3. Studi pustaka atau referensi.

Misalnya ketika akan menggambarkan keindahan sungai Aare, sementara kita tak pernah melihat langsung, maka referensi bisa digunakan, misalnya nonton dari youtube, dan sebutkan itu channel youtube-nya sebagai daftar pustaka.

Selanjutnya, mari kita praktik menuliskan laporan, dan bisa saja, menceritakan bagaimana pelatihan jurnalistik secara spontan, dilakukan di grup WAG, yang dalam grup itu ada si ini atau si itu, yang pematerinya si A, pada jam sekian, dengan hasil,,, menyebalkan apa memuaskan? Tapi yang terbaik, bukan menggambarkan hal yang sifatnya abstrak, kalau mendekati abstrak tak apalah... 'pelatihan itu, dengan paparan yang mudah dipahami' misalnya, lebih tepat ditulis seperti itu, ketimbang kalimat 'pelatihan itu menyebalkan/memuaskan'

Saya ingin sekali, para pendidik bisa menilai akurasi sebuah berita, atau postingan, dan makanya saya ingin berbagi hak-hal yang saya ketahui, semoga bermanfaat. Terutama jelang Pemilihan Jelangkung 2024, di grup suka marak postingan pencitraan atau fitnah.

Selanjutnya, dan semoga bisa, para pendidik pun bisa melaporkan hal-hal baik dengan cara yang baik, pada waktu dan tempat yang baik, dan semoga menjadi kebaikan.

Siswa berprestasi di sekolah, atau ada eksponen sekolah yang meraih penghargaan ini atau itu, mestinya ada yang bisa melaporkannya, bukan sekedar menge-share foto.

Kebaikan harus dikabarkan, dan yang tidak baik atau tak benar, harus dikoreksi, dengan argumentasi, didukung data dan fakta.

Dulu, jika ada kabar sampai ke telinga wartawan... eh si anu digigit anjing. Maka itu tidak akan diliput, kecuali si Anu meninggal setelah digigit. (Bednews is a good news). Namun, bila dikabarkan si A menggigit anjing, nah wartawan akan meliput karena dinilai unik.

Sekarang era di mana kebaikan harus dikabarkan apa adanya, sejujurnya, bukan sebatas pencitraan agar mendapat pujian. Tah, naluri hayang kapuji, adalah naluri purbawi manusia, tapi itu rasanya masuk ke dalam kategori riya dan sirik kecil.

Saya ingin sekali, para pendidik bisa menilai akurasi sebuah berita, atau postingan, dan makanya saya ingin berbagi hak-hal yang saya ketahui, semoga bermanfaat. Terutama jelang Pemilihan Jelangkung 2014, di grup suka marak postingan pencitraan atau fitnah.

Selanjutnya, dan semoga bisa, para pendidik pun bisa melaporkan hal-hal baik dengan cara yang baik, pada waktu dan tempat yang baik, dan semoga menjadi kebaikan.

Siswa berprestasi di sekolah, atau ada eksponen sekolah yang meraih penghargaan ini atau itu, mestinya ada yang bisa melaporkannya, bukan sekedar menge-share foto.

Kebaikan harus dikabarkan, dan yang tidak baik atau tak benar, harus dikoreksi, dengan argumentasi, didukung data dan fakta.

Baik, itulah paparan materi tentang ‘ Rukun Utama Jurnalistik’ merupakan bagian “materi kesatu’ dari matari yang disampaikan oleh Doddy Ahmad Fauzi, atau kang Doddy yang patut disimak oleh para guru atau pendidik yang ingin menulis, khususnya tulisan jurnalistik tentang kegiatan guru itu sendiri, sekolah, siswa , dan sebagainya. Semoga bermanfaat. Tunggu sambungan tulisan berikutnya...terima kasih...

 

Post a Comment for "Tulisan Kedua Kang Doddy : RUKUN UTAMA JURNALISTIK"