Senja mulai datang ketika kapal klotok rombongan wisata kami memasuki
Banjarmasin, kota yang dipisahkan oleh aliran Sungai Martapura. Arus lalu lintas sungai pada sore menjelang
senja itu cukup padat oleh lalu lalang kapal dari berbagai arah, ada yang dari
Banjarmasin dan sebaliknya. Kota Banjarmasin merupakan wilayah kota yang banyak
memiliki sungai-sungai kecil dan menjadi urat nadi perhubungan masyarakatnya,
sehingga kota Banjarmasin dijuluki sebagai kota seribu sungai.
Kapal klotok kami mulai mendekati pusat kota. Terlihat gedung –gedung
besar menghiasi di kanan kiri
Sungai Martapura yang membelah
kota Banjarmasin. Mendekati pusat kota, laju kapal klotok kami mulai diturunkan
karena arus lalu lintas di sungai saat itu makin padat,dan tidak berapa
kemudian sampai di tempat yang dituju,
yaitu dermaga Pasar Sudimampir
Banjarmasin. Kota Banjarmasin
merupakan titik persinggahan wisata yang terakhir sebelum melanjutkan
perjalanan pulang ke kampung. Oleh sebab
itu, saat mampir di Kota Banjarmasin ini
dimanfaatkan oleh peserta wisata dengan sebaik-baiknya.
Aku bersama ayah,ibu,dan adikku
juga turut jalan-jalan ke kota yang
terbesar di Kalimantan Selatan tersebut.
Meski waktu menjelang malam,
namun suasana kota terlihat semakin ramai karena malam itu adalah malam
Minggu, malam libur bagi kebanyakan
warga kota. Beberapa toko dan warung di
Pasar Sudimampir yang berada tepat di tepi Sungai Martapura masih buku,
terutama warung yang berjualan makanan
dan minuman.
“ Nang,kamu beli apa, “ ujar
ibu menawariku saat memasuki sebuah warung di Pasar
Sudimampir.
“ Adik beli apa bu, “
jawabku.
“ Adikmu beli makanan ringan untuk persediaan di kapal nanti, “kata
ibuku menjelaskan.
“ Ulun, beli kaya adik juga,”
jawabku.
Aku dan adikku perempuan yang baru berumur sekitar 5 tahun dibelikan makanan ringan untuk
persediaan selama perjalanan pulang ke kampung.
Perjalanan pulang diperkirakan lebih lambat dari berangkat pagi tadi,
karena kapal klotok akan melawan arus sungai, sehingga kecepatannya lebih
lambat.
Seusai membeli persediaan makanan secukupnya, kami berjalan-jalan
sekitar Pasar Sudimampir Banjarmasin
untuk melihat-lihat dan menikmati suasana kota pada malam itu. Suasanannya
cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan. Aku dan adikku selalu dipegang oleh kedua orang tua kami
ketika jalan-jalan di sekitar Pasar
Sudimampir. Hari semakin malam, dan kemudian kedua orang tua membawa kami
kembali ke kapal klotok, karena sebentar lagi kapal klotok akan berangkat
menuju kampung kami di Martapura.
Sesampai di kapal klotok , aku dan adikku berbaring di dekat ayah dan
ibu beralaskan bantal yang dibawa ibu
dari rumah, karena sudah dimaklumi perjalanan pulang pada malam hari. Para
penumpang mulai berdatangan dan
menempati posisinya masing-masing. Ada
yang berada di dalam dan banyak pula
yang duduk di atap kapal klotok. Mereka yang banyak duduk di atap kapal klotok adalah anak muda.
Kapal klotok mulai berjalan menelusuri Sungai Martapura kembali
mengarah ke hulu menuju ke kampung kami.
Kapal klotok melewati alur yang
berbeda dengan saat berangkat, karena saat berangkat melalui Sungai Andai yang menjadi jalur alternatif
yang lebih cepat sampai ke Pulau
Kembang tanpa melewati Kota Banjarmasin, sedangkan pada saat pulang melewati
kawasan Kota Banjarmasin. Kapal klotok
yang kami terus bergerak meninggalkan kawasan Kota Banjarmasin yang terlihat
terang dengan lampu-lampu disepanjang pinggiran Sungai Martapura.
Hari semakin malam, waktu sekitar pukul 20.00. Kecapatan kapal klotok
mulai meningkat ketika memasuki kawasan
yang terlihat gelap di kanan dan
kiri Sungai Martapura, kawasan yang
mungkin tidak ada perumahan penduduk ,
atau ada perumahan penduduknya tetapi tidak ada aliran listrik yang
masuk dikawasan tersebut. Sementara itu,
adikku sudah tertidur pulas di samping ibu, dan demikian pula dengan anak-anak kecil lainnya yang ada di
kapal klotok tersebut.
“ Ayah, aku mau tidur, “ kata dengan ayah yang ada di sampingku.
“ Iya,Nang, tidur saja
kalau memang sudah mulai mengantuk, ayah
belum mengantuk , “ ujar ayahku.
“ Iya, kamu tidur saja Nang,
“ujar ibuku juga,
Rasa lelah dan mengantuk
membuatku malamitu segera tertidur
pulas, meski deru suara mesin kapal klotok
dan getarannya terasa keras pada malam yang semakin larut itu. Sesekali
aku terbangun untuk mengalihkan posisi badan, dan tidak lama kemudian tertidur
pulas kembali.
“Nang,bangun sudah sampai, “
ujar ayah sambil menggerak-gerakkan badanku.
Aku mencoba membuka mata dan melihat sekitar, dan terlihat para
penumpang mulai membereskan barang bawaannya.
Sementara itu, adikku tidak dibangunkan dari tidurnya yang pulas dan
langsung digendong ibu saat keluar dari kapal klotok. Aku lihat dengan mataku yang belum sepenuhnya
hilang dari rasa mengantuk, penumpang di dalam kapal klotok sudah
berkurang. Ayah menuntunku saat keluar
dari kapal klotok dan berjalan ke rumahku yang tidak jauh dari tempat kapal
klotok berlabuh.
Saat sampai di kampung halamanku sekitar pukul 02.00 dini hari, karena sesekali terdengar ayam
berkokok dari kejauhan. Sesampai di
rumah, aku langsung berebah ditempat tidur, sedangkan ibuku memasangkan kelambu
tempat tidurku. Malam itu aku langsung tertidur pulas untuk melanjutkan
mimpi-mimpiku yang indah malam itu.Mimpi
indah anak sungai.
****
Jadi buku lagi
ReplyDeleteinsyaaLlah... Buku CERPEN ' KAMI ANAK SUNGAI ' atau 'KAS'
ReplyDelete