Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 17. Berwisata ke Pulau Kembang dengan Kapal Klotok (3.Habis)


Senja mulai datang ketika kapal klotok rombongan wisata kami memasuki Banjarmasin, kota yang dipisahkan oleh aliran Sungai Martapura.  Arus lalu lintas sungai pada sore menjelang senja itu cukup padat oleh lalu lalang kapal dari berbagai arah, ada yang dari Banjarmasin dan sebaliknya. Kota Banjarmasin merupakan wilayah kota yang banyak memiliki sungai-sungai kecil dan menjadi urat nadi perhubungan masyarakatnya, sehingga kota Banjarmasin dijuluki sebagai kota seribu sungai.
Kapal klotok kami mulai mendekati pusat kota. Terlihat gedung –gedung besar menghiasi di kanan kiri  Sungai  Martapura yang membelah kota Banjarmasin. Mendekati pusat kota, laju kapal klotok kami mulai diturunkan karena arus lalu lintas  di sungai  saat itu makin padat,dan tidak berapa kemudian sampai di tempat  yang dituju, yaitu dermaga Pasar Sudimampir  Banjarmasin. Kota  Banjarmasin merupakan titik persinggahan wisata yang terakhir sebelum melanjutkan perjalanan pulang  ke kampung. Oleh sebab itu, saat mampir di Kota Banjarmasin  ini dimanfaatkan oleh peserta wisata dengan sebaik-baiknya.


Aku bersama ayah,ibu,dan adikku  juga turut jalan-jalan ke kota yang  terbesar di Kalimantan Selatan tersebut.  Meski waktu menjelang  malam, namun suasana kota terlihat semakin ramai karena malam itu adalah malam Minggu,  malam libur bagi kebanyakan warga kota.  Beberapa toko dan warung di Pasar Sudimampir yang berada tepat di tepi Sungai Martapura masih buku, terutama warung yang berjualan makanan  dan minuman.
Nang,kamu beli apa, “ ujar ibu menawariku saat memasuki sebuah warung di Pasar
  Sudimampir.
“ Adik beli  apa  bu, “  jawabku.
“ Adikmu beli makanan ringan untuk persediaan di kapal nanti, “kata ibuku menjelaskan.
Ulun, beli kaya adik juga,” jawabku.
Aku dan adikku perempuan yang baru berumur sekitar  5 tahun dibelikan makanan ringan untuk persediaan selama perjalanan pulang ke kampung.  Perjalanan pulang diperkirakan lebih lambat dari berangkat pagi tadi, karena kapal klotok akan melawan arus sungai, sehingga kecepatannya lebih lambat.
Seusai membeli persediaan makanan secukupnya, kami berjalan-jalan sekitar  Pasar Sudimampir Banjarmasin untuk melihat-lihat dan menikmati suasana kota pada malam itu. Suasanannya cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan. Aku dan adikku  selalu dipegang oleh kedua orang tua kami ketika  jalan-jalan di sekitar Pasar Sudimampir. Hari semakin malam, dan kemudian kedua orang tua membawa kami kembali ke kapal klotok, karena sebentar lagi kapal klotok akan berangkat menuju kampung kami di  Martapura.

Sesampai di kapal klotok , aku dan adikku berbaring di dekat ayah dan ibu beralaskan bantal yang  dibawa ibu dari rumah, karena sudah dimaklumi perjalanan pulang pada malam hari. Para penumpang mulai  berdatangan dan menempati  posisinya masing-masing. Ada yang berada di dalam dan  banyak pula yang duduk di atap kapal klotok. Mereka yang banyak duduk di atap  kapal klotok adalah anak muda.
Kapal klotok mulai berjalan menelusuri Sungai Martapura kembali mengarah ke hulu menuju ke kampung kami.  Kapal klotok melewati alur yang  berbeda dengan saat berangkat, karena saat berangkat  melalui Sungai Andai yang menjadi jalur  alternatif  yang  lebih cepat sampai ke Pulau Kembang tanpa melewati Kota Banjarmasin, sedangkan pada saat pulang melewati kawasan  Kota Banjarmasin. Kapal klotok yang kami terus bergerak meninggalkan kawasan Kota Banjarmasin yang terlihat terang dengan lampu-lampu disepanjang pinggiran Sungai Martapura.
Hari semakin malam, waktu sekitar pukul 20.00. Kecapatan kapal klotok mulai meningkat ketika memasuki kawasan  yang  terlihat gelap di kanan dan kiri  Sungai Martapura, kawasan yang mungkin tidak ada perumahan penduduk ,  atau ada perumahan penduduknya tetapi tidak ada aliran listrik yang masuk dikawasan tersebut.  Sementara itu, adikku sudah tertidur pulas di samping ibu, dan demikian pula  dengan anak-anak kecil lainnya yang ada di kapal klotok tersebut.
“ Ayah, aku mau tidur, “ kata dengan ayah yang ada di sampingku.
“ Iya,Nang, tidur saja kalau  memang sudah mulai mengantuk, ayah belum  mengantuk , “ ujar ayahku.
“ Iya, kamu tidur saja Nang, “ujar ibuku juga,
Rasa lelah dan  mengantuk membuatku  malamitu segera tertidur pulas, meski deru suara mesin kapal klotok  dan getarannya terasa keras pada malam yang semakin larut itu. Sesekali aku terbangun untuk mengalihkan posisi badan, dan tidak lama kemudian tertidur pulas kembali.
Nang,bangun sudah sampai, “ ujar ayah sambil menggerak-gerakkan badanku.
Aku mencoba membuka mata dan melihat sekitar, dan terlihat para penumpang mulai membereskan barang bawaannya.  Sementara itu, adikku tidak dibangunkan dari tidurnya yang pulas dan langsung digendong ibu saat keluar dari kapal klotok.  Aku lihat dengan mataku yang belum sepenuhnya hilang dari rasa mengantuk, penumpang di dalam kapal klotok sudah berkurang.  Ayah menuntunku saat keluar dari kapal klotok dan berjalan ke rumahku yang tidak jauh dari tempat kapal klotok berlabuh.
Saat sampai di kampung halamanku sekitar pukul 02.00  dini hari, karena sesekali terdengar ayam berkokok dari kejauhan.  Sesampai di rumah, aku langsung berebah ditempat tidur, sedangkan ibuku memasangkan kelambu tempat tidurku. Malam itu aku langsung tertidur pulas untuk melanjutkan mimpi-mimpiku yang indah malam itu.Mimpi  indah anak sungai.
****

2 comments for "Cerpen Kami Anak Sungai : Bagian 17. Berwisata ke Pulau Kembang dengan Kapal Klotok (3.Habis)"