Membaca tulisan artikel dari
Moh.Yamin ,seorang penulis buku-buku pendidikan, dalam koran Banjarmasin Post
pada Rabu, 29 April 2020, dengan judul “ Rumah, Wajah Sekolah Kita Saat Ini “.
Dalam salah satu tulisan pada artikel itu disebutkan, bahwa saatnya para
orangtua mengambil peran strategis untuk mengawal pendidikan anak-anak mereka.
Apa yang sudah dipelajari oleh anak-anak di sekolah tinggal diingatkan kembali.
" saatnya para orangtua mengambil peran strategis untuk mengawal pendidikan anak-anak mereka. Apa yang sudah dipelajari oleh anak-anak di sekolah tinggal diingatkan kembali"
Dalam pendidikan anak peran
orangtua merupakan hal yang mendasar dan
utama dalam keluarga. Sedangkan guru mengambil sebagian dari peran orangtua
dalam sistem pendidikan nasional sesuai dengan tugas dan fungsi yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam sistem
pendidikan nasional, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, orangtua, dan masyarakat.
Peran orangtua dalam pendidikan
selama ini ditengarai masih belum optimal. Dengan adanya belajar dari rumah
semasa wabah covid-19 ini, maka hikmahnya peran orangtua semakin dapat
dioptimalkan. Senang tidak senang, suka tidak suka, adanya belajar dari rumah
sebagai dampak pendemi covid-19, peran orangtua membantu anaknya belajar di
rumah semakin diintensifkan.
Proses anak belajar dari rumah memang
cukup merepotkan orangtuanya. Berbagai keluhan orangtua mulai bermunculan
dengan berbagai alasan, seperti guru terlalu banyak memberikan tugas kepada
anaknya, kouta internet cepat habis, dan sebagainya. Bahkan, ada orangtua yang
melaporkan permasalahan tersebut ke KPAI
(Komisi Perlindungan Anak Indonesia).
Namun, seiring dengan perjalanan
waktu, orangtua pun mulai dapat menerima
suasana belajar dari rumah. Kondisi sebaliknya terjadi pada anaknya sendiri.
Kebosanan belajar dari rumah mulai melanda anak, karena belajar sendiri membuat
cepat jenuh dan membosankan, terlebih lagi tidak ada waktu yang pasti untuk
kembali ke sekolah.
Kondisi dan suasana belajar di
kelas secara bersama dengan bimbingan dan arahan guru mulai dirindukan oleh
anak. Meski ada beberapa sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran atau
kelas online, tetapi pembelajaran tersebut tidak dapat berlangsung lama alias
terbatas. Kini, kehadiran dan peran guru secara langsung dalam pembelajaran
mulai disadari oleh anak, berbeda jauh dengan guru yang membimbingnya secara
online atau jarak jauh.
Guru dalam pembelajaran di kelas
mulai dirindukan kehadirannya. Peran guru memang tidak dapat digantikan dalam
pembelajaran, terlebih saat menemukan materi pelajaran yang sulit dipahami
tanpa pembimbingan, seperti mata pelajaran Matematika. Terlebih lagi, tidak
semua orangtua memiliki kemampuan, waktu, dan kesempatan penuh mendampingi
anaknya saat belajar di rumah.
Terlepas dari semua itu, pendemi
covid-19 yang melanda Indonesia dan
dunia tidak dapat dipastikan kapan berakhirnya. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sudah merancang skenario belajar dari rumah hingga akhir tahun 2020
jika wabah covid-19 belum juga reda. Dengan demikian, semester gasal atau
pertama tahun pelajaran 2020/2021 akan kembali menerapkan pola belajar dari
rumah. Selama satu semester kembali belajar dari rumah terpaksa dilakukan
kembali.
" Kerinduan anak terhadap guru atau teman di sekolah merupakan hal yang wajar, terlebih lagi ketika belajar dari rumah terus berkepanjangan alias tidak jelas kapan berakhirnya."
Kerinduan anak terhadap guru atau
teman di sekolah merupakan hal yang wajar, terlebih lagi ketika belajar dari
rumah terus berkepanjangan alias tidak jelas kapan berakhirnya. Bagaimana pun
juga, sekolah telah menjadi rumah kedua dan guru merupakan orangtua mereka di
sekolah, serta teman di sekolah telah dianggap sebagai saudara mereka. Semoga kerinduan anak terhadap sekolah, guru,
dan teman-temannya segara terobati dengan dapat masuk sekolah seperti
sediakala. Semoga.
#DirumahdanMenulisAja.
Post a Comment for "BELAJAR DARI RUMAH BERUJUNG RINDU SEKOLAH"