FENOMENA KEKURANGAN SISWA DAN REGROUPING SEKOLAH


Menarik pemberitaan BPost pada Rabu (1/3/2023) di halaman 6 dengan judul Eks Sekolah Negeri Terbangkalai, yang isinya memberitakan mengenai telah tutupnya sebuah sekolah dasar, yaitu SDN Pampanan yang berada di Desa Pampanan Kecamatan  Pugaan Kabupaten Tabalong. Penyebab sekolah tersebut  tidak opersional lagi sejak tahun 2014 menurut pemberitaan BPost  karena tidak ada peminat atau siswa, orangtua lebih memilih sekolah terdekat, dan orangtua lebih berminat sekolah agama (MIN).

Pemberitaan senada juga pernah diturunkan oleh BPost pada Selasa (3/1/2023) dengan judul berita Sekolah Kekurangan Murid Bakal Digabung, yang memberitakan mengenai beberapa sekolah dasar (SDN) di Kota Banjarmasin yang kekurangan murid dan akan dilakukan penggabungan atau regrouping. Kemudian, berita BPost pada Kamis (2/2/2023) dengan judul Disdik Kaji Dampak Penggabungan, dan subjudul Pemko Banjarmasin Wacanakan Regrouping Sejumlah SD.

Jika menelusuri lebih jauh ke belakang, cukup banyak koran  BPost menurunkan beritanya  mengenai sekolah kekurangan siswa pada beberapa daerah di Kalimantan Selatan, seperti pada Rabu (12/9/2018) di  halaman 11, dengan judul berita Disdik Bingung Murid Terus Berkurang ,dan subjudul 61 Sekolah Bakal Dievaluasi, yang mengangkat permasalahan sekolah yang kekurangan siswa di Kabupaten Barito Kuala atau Batola, atau pada Rabu (22/4/2020), di halaman 9 dengan judul SDN Handil Suruk II Cuma 21 Siswa , dan subjudul Enam SDN di Tala Segera Diregrouping. Mengangkat masalah kekurangan siswa di Kabupaten Tanah Laut.

Mencermati masalah sekolah kekurangan siswa dari tahun ke tahun berdasarkan pemberitaan koran di atas, maka tentu saja ada faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Dari pemberitaan di atas sudah ada jawaban sepintas atas terjadinya  kekurangan siswa pada sekolah negeri, khusus jenjang. Ada penurunan minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah umum (SD) dan cenderung dimasukkan ke sekolah agama (MIN). Fenomena kecenderungan orangtua menyerahkan pendidikan anaknya ke sekolah agama tidak saja terjadi di Tabalong sebagaimana berita di atas, tetapi mungkin terjadi di daerah lain yang ada di Kalimantan Selatan ini.

Lalu, mengapa orang tua lebih cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah agama? Mengutip pendapat dari  Muh.Yamin, dosen ULM Banjarmasin, dalam koran BPost (1/3/2023),  hal tersebut menjadi bagian dari upayanya menguatkan karakter keagamaannya. Hanya sekolah agama, anak didik mengenal pendidikan agama lebih dekat dan lebih mendalam. Lebih lanjut dikatakannya bahwa prereferensi orangtua ke sekolah agama membuktikan, sekolah agama lebih menjanjikan untuk penguatan karakter anak didik. Slot waktu mengenal agama lebih banyak ketimbang sekolah umum.

Sehubungan dengan fenomena banyak sekolah kekurangan siswa dan bahkan tidak operasional lagi, maka regruoping atau penggabungan sekolah menjadi salah  wacana yang semakin kuat untuk dipertimbangkan oleh pemerintah daerah.  Sebagaimana diberitakan oleh koran di atas, Tanah laut dan Banjarmasin mewacanakan untuk melakukan regrouping sekolah yang mengalami penurunan siswa setiap tahunnya. Tentu saja sebelum diputuskan regrouping sekolah tersebut harus dipikirkan secara mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek.

Dengan adanya  regruoping atau penggabungan sekolah dapat dipandang sebagai kabar yang kurang menggembirakan dalam perkembangan dunia pendidikan di daerah tersebut. Bagaimana tidak, jumlah satuan pendidikan atau  sekolah (SDN) yang semula banyak kini menjadi jumlahnya semakin sedikit. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya penurunan jumlah anak yang masuk sekolah atau melanjutkan pendidikan. Penurunan jumlah anak usia sekolah masuk sekolah menjadi pertanyaan dan keprihatinan kita semua. Apakah penurunan jumlah anak yang masuk sekolah tersebut disebabkan oleh semakin sedikitnya anak usia sekolah karena adanya keberhasilan program pengendalian penduduk atau KB atau penyebab lainnya?

Selama ini yang dipahami secara umum bahwa perkembangan dunia pendidikan pada suatu daerah dapat dilihat secara fisik melalui seberapa banyak lembaga pendidikan atau sekolah yang ada di daerah tersebut, karena dengan adanya sekolah tersebut mengindikasikan tentang perkembangan dan kemajuan pendidikan di daerah tersebut. Kemajuan dunia pendidikan ini tentunya akan  memberikan kontribusi yang besar dan siginifikan bagi kemajuan peradaban dan budaya masyarakatnya.

Dunia pendidikan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat di sekitarnya. Perubahan tersebut ada yang membawa dampak positif dan bermanfaat bagi dunia pendidikan, namun tidak jarang pula dapat berdampak kurang baik, seperti apa yang diberitakan oleh koran di atas. Semoga dengan berbagai perubahan dan dinamika tersebut dapat disikapi dengan arif dan bijaksana sehingga menjadi solusi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan kita. Semoga.

 

 

Post a Comment for "FENOMENA KEKURANGAN SISWA DAN REGROUPING SEKOLAH"